All Chapters of Nice to Meet You Again: Chapter 81 - Chapter 90
105 Chapters
Bersama Lebih Baik
 Meliana tergelak kencang melihat wajah Neni yang penuh dengan coretan putih itu, lebih parah dari sang suami dan kedua ayahnya.  "Ahahahahah, aku bisa gila melihat ibu begitu, ahahahahaha," Meliana tergelak.  Beruntung dia sedang hamil, kalau saja tidak, dipastikan Neni akan menguncir mulutnya dengan banyak karet nasi bungkus itu.  Arga hanya menunduk, Neni sudah berjanji akan menuruti kemauan Meliana asalkan tidak ke luar rumah dan aman, termasuk menertawakan dirinya yang kalah malam ini.  "Sudah, masuk sana dan tidur, ini sudah malam!" titah Neni mengakhiri acara malam ini.  Semua bergerak masuk, meninggalkan Heri yang bertugas membereskan sisa permainan mereka. Neni yang melihat itu sontak meminta izin pada suaminya untuk berbicara sebentar dengan Heri.  Bukan soal permintaan Meliana dan izin darinya untuk tinggal di sini selama dua hari, tapi hal lain.&n
Read more
Hati Wanita
 "Hah, kau yakin? Itu bukan mimpi kan?" Rika hampir melompat dari bath up mendengar kabar dari Meliana pagi ini. Busa yang menempel di tubuhnya hampir juga membuat ponsel itu terjadi karena licin, harapan yang sempat berubah menjadi debu untuk Meliana dulu akhirnya tercapai juga. Heri dan Neni bisa berteman baik kembali seperti halnya Meliana dan Arga, hanya saja hubungan mereka tidak terikat dengan cinta seperti anak-anak mereka sekarang. Intinya mereka benar-benar membuat kabar bahagia sampai ke pelosok negeri, pertengakaran sahabat lama itu telah musnah, bahkan Heri tidak perlu meminta izin lagi bila ingin menemui Meliana. "Aku tidak percaya ini dan rasanya aku ingin segera pulang, kau tahu aku sudah membelikan banyak barang untuk calon keponakanku itu!" Rika berseru sekali lagi karena terlalu bersemangat. Diam mendengarkan, "Apa, kenapa kau menanyakan aku? Kau kira bulan madu itu hanya bergulung d
Read more
Penghancur Suasana
 Arga ke luar ruangan dengan langkah memburu, ia pastikan tidak ada hadwal lain setelah ini dan dirinya bisa kembali pulang untuk menemui sang istri.  Ah, hal yang ia tunggu-tunggu akhirnya terlihat juga. Setelah pernikahan Rika dan di sana Neni memberi restu di depan umum, hari ini ia mendapatkan laporan di mana Neni berlaku sangat lembut pada Meliana.  "Sayang, sedang apa?" tanya Arga, ia hubungi sang istri. "Aku? Aku sedang bersama ibu di kamar, memilih souvenir dan mengganggunya menulis rekapan untuk acara syukuran, kenapa?" "Tidak, apa kalian mau pesan sesuatu?" sahut Arga seraya bertanya.  Meliana terdengar menanyakan masalah itu pada Neni, dirinya sedang tidak ingin apapun saat ini.  "Arga, kami sedang tidak ingin apa-ap, kau pulang saja kalau sudah selesai, kata ibu ... dia malas menemani aku yang pengganggu ini, ahahahah," jawab Meliana,  ia pun tergelak
Read more
Laporan Hamil
 Meliana tidak paham akan apa yang terjadi, ia hanya melihat bayangan Arga membawa benda keras panjang berwarna coklat dengan suara Neni yang menggelegar memberi perintah. Entah itu apa, Meliana yang baru tersadar hanya mampu meraih ponselnya untuk melihat pesan yang masuk, siapa tahu ada pesan yang belum sempat ia baca dan itu menjadi alasan ibu mertuanya marah besar. "Rika," ucap Meliana, sontak ia membekap mulutnya sendiri. Bagaimana ini? Bahkan di sana ada keterangan di mana Rika mengaku telah berani memanggil ibu Arga dengan sebutan nenek lampir, hal yang tentunya gawat, padahal beberapa hari lalu Neni sempat mengatakan pada Meliana kalau sudah tidak sabar ingin bertemu Rika dan Juna. "Anak ini memang ya, merusak suasana saja!" gumam Meliana, tapi dia bisa apa, semua melarangnya untuk turun ranjang sendiri, harus dengan bantuan Arga atau maid. Meliana pandang langit-langit kamar itu, beralih pada jendela di k
Read more
Syukuran Meliana
 "Apa kau merasakan sakit, sayang?" tanya Arga sembari melipat selimutnya. Ya, kehamilan Meliana sudah dikatakan aman, maka itu kemarin malam ia mendapatkan izin untuk menjenguk anaknya di dalam sana. Ia teramat rindu, tapi sesuai dengan peraturan yang dokter katakan, tidak boleh banyak dan hanya satu kali untuk sapaan saja mengingat kandungan lemah Meliana yang bisa saja kambuh sewaktu-waktu. Saat ini bisa saja kuat karena tidak banyak fikiran yang Meliana jadikan beban, Arga bisa menyentuhnya, tapi bila diberi kelelahan sedikit saja, maka dipastikan Arga sendiri nantinya yang susah karena tidak bisa menyentuh istri dan mengunjungi anaknya. "Mel," panggil Arga karena tidak mendapatkan jawaban, istrinya itu justru menggoda dengan berpura-pura tidur. "Amel!" Baiklah, Meliana membuka mata kalau suaminya sudah bersuara keras seperti itu, menandakan kalau Arga panik dan bisa saja membawanya ke rumah sakit
Read more
Baby Boy or Girl
 Tidak ada cemburu yang tersirat di sana, Meliana pastikan kondisi Arga sudah membaik pasca munculnya wajah Nia di belakang tubuhnya saat pengajian itu berlangsung. Arga bahkan sudah sempat mengunjungi makam Nia pagi ini seorang diri, Meliana tidak mendapatkan izin dari Neni karena pengalaman ke luar rumah masih bergitu menakutkan. Neni khawatir banyaknya jalanan yang tidak rata membuat gejolak di perut itu hingga membuat Meliana kembali lemah, belum lagi kalau sampai ada pendarahan, tentu hal itu pasti Neni minimalisir lebih dulu. "Sayang, mau aku ambilkan teh?" tawar Arga yang tahu istrinya tengah melamun sejak ia pergi. Meliana menoleh, ia lupakan bayangan besar dan kelabu di luar jendela itu, ia pun mengangguk. Secangkir teh herbal bunga yang memang bagus untuk ibu hamil, dua hari sekali Meliana bisa meneguknya hangat-hangat sembari menikmati senja. Hanya lewat jendela kamar semua hiburan itu Meli
Read more
Demi Anak
Apa!  Maid itu menjadi penengah antara dua wanita yang sama-sama keras kepala, tidak ada yang mau mengalah atas nama yang lebih tua ataupun muda.  Baik Rika atau Neni sama-sama menunjukan kekuasaan mereka atas diri Meliana, meng-klaim anak itu akan mirip dengan wajah mereka, bukan wajah Meliana atau Arga yang jelas-jelas orang tua kandung dari bayi itu.  "Aku sudah berusaha, tapi aku tidak bisa dan aku tidak boleh menyerah!" Neni bersikeukeh dengan kemampuannya, mengalahkan Rika yang masih belum puas dengan tarikan di ujung dasternya.  Mereka saling menarik sampai baju Rika menjadi korbannya, ada robekan di sana yang cukup besar.  Rika tidak dan belum mau mengalah, ia justru semakin dibuat berang karena Neni berhasil merusak bajunya.  Krek,  Aaaarrrrgh,  Berhasil, Rika berhasil menarik ujung daster Neni sampai robek setinggi paha, ia bahkan tidak sungkan-sungkan menari untuk meray
Read more
Program Pertama
 Usai sudah perang dunia kelima yang mungkin sudah Neni dan Rika ciptakan, membuat rumah ini tampak damai kembali setelah maaf saling terucap. Mereka bisa berkumpul bersama, bahkan mulai membahas masalah program kehamilan yang nanti akan Rika dan Juna lewati. "Setiap pasangan punya jalannya masing-masing, dilihat dari nanti hasil pemeriksaan kalian berdua bagaimana," ujar Meliana, ia bahkan membuka bagaimana proses pemeriksaan yang ia alami selama ini, begitu juga Arga. Rika meminta Meliana untuk menghentikan penjelasan itu, bukan tanpa alasan karena ia merasa tidak kuat membayangkan rasanya. Bila dia melakukan hubungan intim bersama Juna, ada balasan di sana dan Juna bekerja sama dengan baik, tapi dalam pemeriksaan yang Meliana katakan hanya sebuah alat yang mirip dengan milik Juna, Rika cukup ngeri membayangkan daerah intimnya bertemu dengan benda itu. "Tidak apa-apa, hanya sebentar untuk memastikan kondisi dan
Read more
Nama Cucu dari Nenek
 Rika dengan wajah tertekuknya, ia tarik tangan Juna yang tersadar dan terus saja menguap, ia kira akan seperti Meliana dan Arga ketika pulang dari klinik waktu itu. Juna bukan mengajaknya untuk berputat secara nyata satu kali lagi dengan hasrat yang besar, justru sebaliknya, itu hanya omongan belaka, sekarang pria itu berbaring tidak sadarkan diri di sofa ruang tamu kecil mereka.  Neni berikan resep yang harus Rika tebus untuk program itu, pengawasan mulai berlaku hari ini dan Rika harus patuh meskipun ia kesal yang teramat pada wanita bertampilan elegan itu.  "Juna, kau tidak berniat untuk membantuku, hah?" Rika tarik rambut kecil Juna.  Pria itu mengerjap, hanya bergumam, tidak ada respon lebih untuk Rika di sana, Juna masih melekatkan kelopak matanya.  "Huh, kau bilang akan melakukan program nyata denganku setelah ini, tapi apa, baru satu kali mencoba hal baru saja kau sudah tertidur, hancu
Read more
Sore Haru Bersama Rika
 "Kirana Adinda Putri Pradipta, nama siapa ini?" tanya Rika mengerutkan keningnya.  Rika bolak-balik kertas yang Meliana berikan, dia tidak mengerti sama sekali meskipun sudah banyak kode yang Meliana tunjukkan.  Dari mengusap perut sampai mengerlingkan mata dan menunjukkan gerakan kakinya yang sedang memakai sepatu merah muda.  "Apa sih?" Rika semakin mengerutkan keningnya, bahkan wajah semi pucat karena kelelahan itu tampak menyerah dengan kabar yang Meliana bawa.  "Kau tidak paham benar?" tanya Meliana, kesal sudah kalau insting Rika yang cepat dulu lenyap seketika.  Meliana sentuh kening dan kedua pipi temannya, ada keringat dingin di sana, ia kesampingkan dahulu kertas kusut yang bertuliskan nama anaknya itu, beralih pada kondisi Rika. "Kau sakit?" tanya Meliana, ia sudah lima hari ini tidak bertemu Rika karena Juna mengajak istrinya itu menginap di rumah orang tuanya.&nb
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status