All Chapters of Nice to Meet You Again: Chapter 51 - Chapter 60
105 Chapters
Arga Diperiksa
 Meliana bangun lalu berlari masuk ke dalam, ia peluk suaminya yang tengah duduk bersantai bersama sang ayah sembari menikmati keripik singkong pedas. Obrolan bisnis mereka terhenti sejenak karena kehadiran Meliana yang mendadak dan berteriak histeris. Tidak biasanya Meliana kan tampak sebahagia ini, bahkan saat mereka kembali dari rumah sakit, wajah murung itu masih ada. Dan satu lagi, Meliana tidak pernah berani bersuara keras selama ada Neni di sini. "Ada apa, sayang?" Arga sibakkan rambut Meliana yang jatuh ke wajahnya. "Aku senang sekali," jawab Meliana sembari mengecupi wajah Arga tanpa malu di depan ayah mertuanya. Harto senang, tapi dia juga iri kalau melihat pasangan lain bersikap romantis seperti itu. "Katakan, ada apa?" Meliana tenangkan dirinya terlebih dahulu sampai dia benar-benar merasa sangat baik, menarik nafas sedalam mungkin lalu ia lepaskan perlahan.
Read more
Kerjasama yang Baik
 Kembali sebelum Arga menarik tangan Meliana untuk masuk ke ruang di mana dirinya harus memainkan imajinasi pribadi demi kelanjutan pemeriksaan untuk program kehamilan itu. Meliana duduk sembari memilin jemarinya, ia menunduk saat dua pasang mata dokter itu mengawasi dan bertanya-tanya akan siapa yang tengah berada di dekatnya itu. Mereka tidak tahu kalau Meliana sudah berpisah dari Natan, waktu terakhir Meliana berkunjung, kisah itu belum disampaikan hingga ada simpati tersendiri juga rasa bersalah pada diri dokter di sana. Kalau saja sudah dijelaskan dari awal, mungkin treatment yang Meliana lakukan tidak akan terlalu berat mengingat saat itu kondisinya down dan belum bisa berhubungan dengan siapapun, dia sudah berpisah, sedang program itu untuk satu pasang suami dan istri. "Jadi, ini Pak Arga suami baru Ibu Meliana?" tanya dokter itu formal. Arga mengangguk, "Apa Amel pernah datang kemari dulu?" Do
Read more
Doa dari Ayah
 Krok ... Krok ... Fiuh ... Fiuh .... Rika memutar tubuhnya, menoleh untuk memastikan siapa yang tengah mendengkur di mobil itu. "Apa dia selelah itu?" tanyanya menunjuk wajah Arga yang pulas. Meliana mengangguk, suaminya itu tengah tidur di pangkuan dengan wajah sangat pulas tanpa dosa. Rencana Juna akan meminta Arga menemaninya mengemudi hancur sudah, sejak berangkat Arga sudah mengambil posisi ternyaman di bangku belakang bersama Meliana, merebahkan diri menyamping dan bersikap manja. Mereka kira Arga akan bercerita sepanjang perjalanan karena tadi belum sempat mengatakan apapun, Harto terburu meminta Arga untuk membersihkan diri karena terlalu banyak rona malu di wajahnya. "Arga, bangun!" seru Juna kesal, ia tidak bisa mengemudi di sebelah Rika yang juga mengantuk itu, dia pasti akan terbawa mengantuk juga. "Dia kelelahan berfikir sepertinya," ujar Meliana, ia kembali menunduk menyemb
Read more
Maaf untuk Masa Lalu
 Heri peluk putrinya itu sebelum kembali meninggalkan rumah ini dalam kesepian, ia tahu Meliana berat dan ingin menginap lebih lama. Tapi, kondisi anaknya yang baru saja diterima oleh Neni membuat Heri tidak bisa mengizinkan mereka semua menginap di sini, kalaupun ingin berziarah ke makam sang ibu, lebih baik mereka kembali lagi besok. Heri ingin Meliana tidak membuat ibu mertuanya itu salah paham, anaknya itu harus menurut untuk mengambil hati dan menciptakan suasana yang kondusif lebih dulu. "Ayah tahu dia tidak akan mau menerima salam dari ayah, tapi aku tetap menitipkannya, Nak ... Sampaikan ya," tutur Heri sebelum melepas pelukan itu. Meliana mengangguk, tanpa Heri meminta pun nanti dia akan tetap berbasa-basi pada ibu mertuanya itu, walau bagaimanapun hubungan Heri dan Neni akan terus berlanjut karena mereka bukan hanya teman saat ini, melainkan besan, hubungan yang sangat dekat dan dituntut untuk saling bekerja sama.
Read more
Rasa Takut
 Uhuk, uhuk, uhuk .... Sepertinya ada dua pengantin baru di rumah ini, Rika dan Juna mengedarkan mata yang dirasa jengah karena terlalu banyak kecemburuan di sana. Suasana pagi yang diwarnai dengan senyum hangat kedua orang tua juga kedua pasangan yang memamerkan rambut basah mereka. "Apa ada alien yang masuk ke rumah ini sampai mereka semua harus mencuci rambut?" bisik Juna.Rika mengesah pelan, "Alien apa yang kau maksud? Alien tidak punya rambut!" omelnya."Aku merasa sial hari ini," gumam Juna.Kondisi Harto dan Neni sudah lebih baik, mereka tidak menggunakan kursi roda lagi sebagai alat bantu berjalan, begitu juga Arga yang sejal kemarin sudah menyiapkan diri untuk kembali bekerja.Tugas Juna dan Rika selesai sampai di sini, tapi mereka akan tetap melakukan sarapan bersama mengingat ada orang tua yang harus mereka hormati.Walau sebenarnya mereka malas melihat lirikan Neni yang lebih suka hawa sepi,
Read more
Balada Datang Bulan
 Hasilnya, baik. Harto perhatikan raut wajah Arga yang tidak bersahabat dengan apa yang baru saja Meliana jelaskan. Bukti-bukti akan hasil pemeriksaan keduanya terpajang nyata di meja, semua sudah melihat, termasuk Neni sendiri memastikan Meliana dan Arga dalam kondisi baik-baik saja juga siap untuk melakukan program kehamilan dibulan berikutnya. "Apa yang terjadi?" Juna mewakili semua orang di sana, satu pertanyaan dari empat kepala yang ada. Neni memutar bola matanya pada Meliana, bergantian pada Arga yang kembali menggerutu tidak jelas. "Program itu akan kami lakukan bulan depan, tepatnya saat aku selesai datang bulan," ujar Meliana. "Lalu, apa masalahnya sampai dia-" Harto melirik dan memberi kode pada Meliana tentang pria yang tengah memberengut di dekatnya itu. "Huhh, aku tidak tahu harus seperti apa menjelaskannya, Ayah. Dia tidak terima kalau aku harus melewati dan mengalami siklu
Read more
Akhirnya Datang Juga
 Plak, Terpaksa sudah Neni memukul dan menjitak kepala Arga, ia terlalu gemas karena anaknya itu tidak kunjung mengerti dan sangat keras kepala, sekali ingin akan selamanya ingin dan bisa-bisa membuat Meliana gila. Bagaimana tidak, Arga tidak mau kalau Meliana datang bulan meskipun semalaman Meliana berusaha untuk menjinakkannya, menuruti semua kemauannya. Arga seperti anak muda baru yang tidak tahu sama sekali masalah wanita. "Ibu kan tahu kalau Nia tidak pernah datang bulan, kalaupun ada hanya tiga hari paling lama," ungkap Arga. Hah? Astaga, Neni baru sadar setelah Arga berucap seperti itu, pasalnya dia lupa kalau Nia menikah dengan Arga dalam kondisi sudah tidak normal, dan ia tutupi waktu itu. Nia tidak datang bulan rutin, bahkan pernah gadis itu mengaku padanya telat datang bulan selama tiga periode meskipun dia tidak berhubungan dengan laki-laki, itu karena masalah hormonnya yang t
Read more
Dengan Cara Lain
 Malu, Satu rasa yang berjuta rasanya karena hari ini Meliana harus tampil aneh bersama suaminya di depan keluarga yang lain. Berulang kali Neni melirik tidak setuju, tapi apa daya kalau dirinya hanya seorang istri. Arga tidak mengizinkannya makan di luar kamar, mereka menikmati sisa waktu hari ini dengan berada terus di dalam kamar. Bahkan untuk pesanan yang sudah masuk di aplikasi belanja online atas namanya dan Rika, harus Rika kerjakan bersama Juna. "Arga, mau minum susu dengan roti ini?" tanya Meliana menawarkan sesuatu. Arga mengangguk, "Aku akan setuju asalkan kau ikut memakannya di sini." Baiklah, setelah balada masalah akan kedua mertuanya, kini godaan Meliana ketika sudah menjadi istri Arga adalah kesabaran melawan sifat suaminya yang terlewat manja. Arga dan dirinya sama-sama anak tunggal dalam sebuah keluarga, tapi mungkin selama ini hidup Arga tak sekeras dirinya
Read more
Menjadi Mak Comblang
Rika meremat jemarinya, ingin sekali ia hubungi Juna untuk memperjelas semuanya, terutama menegur bocah itu agar lebih baik lagi. Menurutnya bertanya kabar lewat Meliana bukanlah hal yang baik bagi seorang pria dewasa, dia seharusnya lebih berani kalau memang mempunyai niat lebih padanya. Dia sendiri sudah lelah hidup sendiri, ingin rasanya seperti Meliana ketika ingin teh susu, dia tinggal meminta tolong pada sang suami untuk membelikannya pulang kerja. Lama-lama dia cemburu dan ingin juga, matanya sedikit melirik ponsel padam itu, senyap tanpa berita hingga dia tidak tahu harus menegur Juna seperti apa. "Dah, Arga ... Aku mencintaimu, sayang." Rika melirik jengah Meliana yang menghela nafas setelah melapor pada komandan perangnya. "Apa dia juga menyampaikan pesan dari Juna?" tanya Rika. Meliana bergeleng, "Tidak, ada apa?" "Tidak ada apa-apa, sudahlah, aku malas membahas pria pe
Read more
Waktu Satu Minggu
 Arga lipat kedua tangannya, berdecak dan terus mendengus di depan Meliana yang sengaja ia ikat sembari terduduk. Entah hantu apa yang merasuki tubuh istrinya itu hingga dia bertekad untuk menyatukan Rika dan Juna dalam waktu singkat. Meliana cukup merasa di tahu dan kenal baik dengan kedua orang yang terlibat itu, dia sangat berharap dan sudah bermimpi akan keberhasil untuk keduanya. "Amel," geram Arga melihat istrinya tidak mau diam. Meliana mengangkat dua jarinya tinggi, "Aku janji akan menurut padamu nanti setelah misi ini selesai dan aku juga bersih, aku bisa kau kuasai di kamar sesuka hati, sungguh!" Kening Arga sontak mengerut, istrinya itu tengah mengajaknya bernegosiasi akan hal yang dirasa menguntungkan kedua belah pihak. Dia dengan malam hangat yang tanpa batas dan Meliana yang nantinya bisa seenak hati selama tujuh hari. Huh, Suka dan setuju, Arga anggukan kepalanya, ia lantas
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status