Semua Bab Nice to Meet You Again: Bab 61 - Bab 70
105 Bab
Hari Kemenangan Arga
 Meliana Sekar Dewi, wanita itu sudah bergulung di balik selimut tebal karena tahu hawa mencekam yang suaminya bawa. Baru saja ia keringkan rambut yang basah kuyup itu dan aromanya masih berputar di kamar hingga senyum sinis ia dapatkan dari sang suami. Meliana hanya mengintip sedikit saja, ia sudah bisa memastikan kalau pria itu akan membuatnya menjerit tanpa lelah sebagai balasan tujuh hari berlalu yang sudah mereka lewati tanpa sentuhan apapun, bahkan Meliana jauh lebih sibuk dalam urusan Juna dan Rika yang kini tengah dimabuk asmara. "Sayang, kau sudah tidur?" tanya Arga bersuara berat, sengaja seperti singat hutan yang endak menerkam mangsanya. "Sayang," panggilnya sekali lagi sembari melangkah lebih dekat. Aroma itu? Ah, sudah Meliana duga lagi kalau sebelum masuk ke kamar ini Arga pasti menumpang mandi di kamar mandi Juna. Pria itu benar-benar bersiap untuk menerkamnya malam ini, tidak memberi
Baca selengkapnya
Dua Kata Maaf
 Meskipun tak mungkin lagi tuk menjadi pasanganmu, namun ku yakini cinta, kau kekasih hati. Kahitna, soulmate. Entah kenapa lagu itu seolah menjadi penghibur yang paling tepat maam ini, sebelum mereka berangkat ke rumah Heri dan mengulas masa lalu untuk mencari sebuah obat luka di hati. "Sayang," sapa Arga sembari menenggelamkan wajahnya ke ceruk leher Meliana. Mereka tengah tidak kuasa mendengar sebuah kisah masa lalu tentang para orang tua dan cinta yang ada, kisah yang tidak jauh berbeda dari apa yang terjadi hati ini di mana semua cinta jatuh pada tempat yang tepat dan tidak ada sakit hati di sana. Mungkin kisah yang mereka dengar malam ini adalah sebuah kisah yang semestinya terjadi, hanya saja melintas waktu hingga sampai pada masa di mana Arga dan Meliana ada di dunia ini. Rika dan Juna yang sudah bersatu, juga kedua orang tua Arga yang telah menerima kenyataan yang ada meskipun itu pahit. Begi
Baca selengkapnya
Pemeriksaan Berikutnya Meliana
 Meliana berlari kecil menuju kamarnya, ada air mata yang berlinang di sana. Ia berharap ini mimpi, tapi ini hal nyata yang mungkin tidak ia nanti di bulan ini. Dia datang bulan lagi setelah program pertama ia lakukan bersama Arga, belum ada nyawa kecil yang menempel dan hidup di rahimnya. "Sayang, nggak apa, masih ada waktu." Arga tenangkan istrinya yang tengah menangis terseduh itu. Mungkin Meliana bisa bersabar dan tenang bila itu bukan hal yang menjadi jaminan hubungannya bersama Neni, sang ibu mertua. Hal itu jaminan yang ia yakini bisa membuat Neni suka padanya, apalagi Rika dan Juna akan segera menikah, ia merasa sedikit tertekan. Terbayang sudah omongan di luar sana seperti apa, dia yang sudah menikah dua kali belum juga dikaruniai seorang anak. Apa yang dikatakan Neni seolah menjadi batu besar yang menghujamnya tanpa henti. "Bu, Yah. Aku dan Amel sudah berusaha sebis
Baca selengkapnya
Perjuangan Menjadi Ibu
 Tidak ada yang tahu kapan pastinya hati orang akan berubah, dari baik menjadi jahat dan dari jahat menjadi baik. Walau Neni sedari tadi bersuara tinggi pada Meliana dan melempar barang tertentu tepat ke pangkuan, bahkan ada yang membuat lengan Meliana sakit. Tapi, semua yang Neni lakukan tidak lain untuk memberi semangat dan kekuatan pada menantunya itu. Hanya butuh kaca mata yang jeli saja untuk melihatnya dengan jelas, mungkin terlihat menyakitkan dan sedih menjadi Meliana, tidak tahukah semua orang yang melihat di sana bahwa Meliana tengah merasa senang. Air matanya mungkin saja terjatuh, tapi hatinya tenang dan senang, dia mendapatkan perhatian dari seorang ibu yang sangat ia impikan, tangan Neni dan suara Neni yang terus tertuju kepadanya. Selama ini hanya kebencian yang ia dapatkan, ancaman dan segala hal yang membuat lehernya tercekik, hari ini tidak. Wanita itu melempar banyak perhatian untuknya, menjelas
Baca selengkapnya
Rencana Rika
 "Iya, Ayah!" seru Arga membalas ayahnya yang terus saja mengintai apakah ia kerja dengan baik atau hanya melamun saja. Harto menyeringai tipis, ia cukup menyadari kalau Arga bukan anak kandungnya, tapi karakter anak itu tidak lepas dari dirinya di masa muda di mana selalu ingin menguasai Neni tanpa batas. Beruntung dulu dirinya mengembangkan usaha dan jarang ada di rumah saat rumah tangganya bersama Neni baru berjalan, kalau sampai itu terjadi pasti Neni menganggap apa yang terjadi pada Meliana juga terjadi padanya di masa lalu. "Aku yakin wanita itu akan kabur dariku, untung saja Amel sabar," gumam Harto setengah sebal pada anaknya. Arga bergegas menyelesaikan pekerjaan baru yang kini mulai ia geluti di kantor Harto, walau tidak sebesar kantor sebelumnya, tapi ini murni milik sang ayah. Bekerja di tempat sendiri memang tidak semudah bekerja di tempat orang karena kita tahu perhitungan uangnya dan selalu pusing b
Baca selengkapnya
Meliana Tidak Sadarkan Diri
 Tumpukan stok daster terbaru sudah datang pagi ini, Meliana mengatur jadwalnya agar tidak bertabrakan dengan kegiatan lain yang cukup menyita waktu dan fikiran juga, termasuk program kehamilan jilid dua yang sudah berjalan hampir satu bulan. Sebentar lagi tanggal penuh kecemasan akan menghampirinya, Rika yang tahu akan hal itu dan dia sendiri tengah menyiapkan pernikahan, tidak berhenti memanjatkan doa untuk keberhasilan MEliana dalam program kali ini. "Aku berharap dia mendapatkan apa yang dia mau, bukan hanya perhatian dari Neni, tapi juga kebahagiaannya yang tertunda sejak dulu," gumam Rika. Ia lihat gerak cepat temannya itu, menata dan mengambil gambar untuk promosi dalam hitungan waktu yang tidak boleh ada sisi percumanya. Setiap waktu sangat berharga sekarang, banyak hal yang Meliana dan Rika fikirkan di dua bulan ini, termasuk urusan pernikahan Rika dan Juna, juga program kehamilan itu. Walau sudah Arga la
Baca selengkapnya
Dua Nyawa
 Arga raup udara sebanyak-banyaknya, sebentar lagi kabar dari dokter akan ia dengarkan dan entah apa yang akan terjadi nanti, ia berharap tidak terjadi hal buruk pada istrinya. Rika dari dalam sana berteriak saat mata Meliana terbuka lebar, membuat kedua teman lainnya berlarian masuk bersama perawat yang berjaga. "Dia sudah sadar," ujar Rika dengan tubuh gemetar. "Biar saya periksa," ujar perawat itu sembari membawa alat periksanya mendekat ke sisi Meliana. Juna tahan Arga sebentar, pria itu sudah tidak sabar untuk memeluk Meliana dan menenangkan, kalau bisa Arga ingin memindahkan rasa sakit yang Meliana rasakan pada dirinya sendiri. Ia rela dan lebih baik dirinya yang sakit daripada Meliana yang merasakannya. "Saya akan panggil dokter sebentar," ujar perawat itu. Arga mengangguk, posisi kosong di samping Meliana menjadi tempat duduknya saat ini, Rika berpindah ke depan bersama Juna yang
Baca selengkapnya
Berebut Perhatian
Hoek, hoek, hoek .... "Kenapa mualnya tidak kunjung reda, Bu?" Arga ingin menekan tombol darurat lagi, memanggil perawat kesekian kalinya. "Tunggu, Arga, memang seperti ini orang hamil. Berisik sekali!" balas Neni. Sudah banyak yang Meliana ke luar sejak membuka mata tadi, tapi hanya sedikit yang masuk ke perutnya sebagai gantinya. Arga tak kuasa untuk bersabar lagi, ia ingin semua perangkat rumah sakit itu bekerja menangani sang istri. Hoek, hoek ... Neni dengan cekatan menangani Meliana, mencabut tombol yang menggantung dan meminta Arga duduk diam. "Kalau kau terus memberontak, aku akan mencekik istrimu, mau?" ancam Neni. "Jangan, Bu!" "Kalau begitu diamlah, aku ada di sini dan aku bisa menangani Meliana!" titah Neni tegas. Aku ada di sini, sebuah rangkaian kata yang sangat sejuk di telinga Meliana, terus terngiang sampai rasa mualnya pergi dan ia bisa
Baca selengkapnya
Cucu Bersama
 Keputusan Surti membawa Heri berkunjung ke rumah Arga memang dirasa olehnya sangat tepat. Tapi, bagi mereka yang menyambut di depan rumah itu tidaklah tepat karena saat ini perang dunia sedang terjadi di rumah itu sejak Meliana dikabarkan hamil. "Kenapa aku tidak boleh masuk?" tanya Heri, ia merasa rindu dan ingin memeluk Meliana segera.  "Ayah, sekarang-" Pyar, Suara lemparan piring itu benar terdengar, sepertinya bukan lagu saja yang membahas masalah piring dan gelas terbang, di rumah ini sudah terbukti nyata. Arga pejamkan matanya singkat, ia lantas mengajak Surti dan Heri untuk menyaksikan apa yang terjadi di dalam. "Apa yang ibumu lakukan?" tanya Heri menunjuk Neni yang berdiri di depan tempat putrinya duduk, Meliana bahkan tampak ketakutan. "Ibu sedang membuat peraturan untuk semua orang di rumah ini, dia senang mendapat cucu dariku, Ayah. Tapi, lihat sendiri,
Baca selengkapnya
Sayangku
 "Apa Juna akan baik-baik saja?" tanya Heri, ia merasa tidak enak pada Juna yang menaiki sepeda motor seorang diri, sedang dirinya dan Surti berada dalam satu mobil bersama Rika. "Tenang saja, dia akan baik-baik saja, calon menantuku itu sangat tangguh!" jawab Surti meyakinkan. Sudah menjadi keputusan bersama, mereka mengubah panggilan meskipun anak Meliana belum terlahir ke dunia. Harto dan Heri mendapat panggilan kakek, Neni dan Surti mendapat panggilan nenek, sedangkan Juna dan Rika mendapat panggilan om dan tante. Panggilan itu berlaku hari ini, sesuai dengan apa yang Neni putuskan, tapi bagi mereka yang ke luar rumah saat ini tetap sepakat untuk memanggil seperti dulu saja, terdengar lucu kalau Rika harus memanggil ibunya dengan panggilan nenek. Rika ingin tertawa keras membayangkan semua hal itu, masih menggerakkan bibir saja sudah membuat tawanya meledak. "Kek, eh, maksudku Om ... Aku panggil o
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status