Semua Bab Nice to Meet You Again: Bab 71 - Bab 80
105 Bab
Neni yang Berlebihan
 ARGA! Pintu kamar itu pun terbuka lebar, di sana terlihat Meliana sedang duduk bersandar di bahu ranjang dan Arga yang baru saja ke luar dari kamar mandi. "Ada apa, Bu?" tanya Arga berpura-pura tidak terjadi apapun. Neni melihat ke sekitar kamar, tidak ada yang mencurigakan, bahkan wajah Meliana baik-baik saja, tidak ada guratan sakit di sana. Masih belum percaya, tanpa banyak bicara Neni langsung saja masuk dan mengelilingi kamar itu dari satu sisi ke sisi lainnya. Ia periksa juga wadah untuk muntahan Meliana, masih basah di sana, itu artinya Meliana baru saja muntah pagi ini dan seperti apa yang ia dengar. Tapi, kenapa saat ia masuk Meliana baik-baik saja? Apa fikiran dan halusinasinya yang terlalu besar di sini? Neni pandangi putranya yang membuatkan minuman hangat untuk Meliana itu, Arga pun tidak terlihat panik seperti yang ia bayangkan. Ah, ada apa ini? Dia berlebihan
Baca selengkapnya
Ngidam Ibu Hamil
 Hanya di ruang tamu saja beberapa jam malam ini Arga menemani Meliana, melihat teras rumah yang gelap dan depan bangunan kamar Rika yang hanya diterangi dengan satu lampu kuning kesukaan temannya itu. Meliana menunjuk pohon yang ada di dekat bangunan kamar Rika, mata Arga yang mengikutinya sontak menajam dan tidak menemukan apapun, tapi bulu kuduknya merinding, berdiri dan tegang. "Sayang, jangan bicarakan yang macam-macam!" Arga peringatkan istrinya. Sepertinya benar kenapa Neni melarang Meliana ke luar kamar di malam hari, tidak lain karena indera ibu hamil itu menjadi lebih sensitif dari segi apapun, sedang ia ketakutan saat ini. Arga berusaha merayu istrinya untuk kembali lagi ke kamar, tapi yang ada Meliana keukeh karena menurutnya ada yang menarik di sana. "Apa, Mel?" tidak berani membuka mata meskipun wajahnya ada di celah jendela. "Lihat itu, ada benda lucu yang diletakkan di dekat pohon, ada
Baca selengkapnya
Periksa Kehamilan Bulan Pertama
 Bau garam, tidak terbayangkan sudah apa yang Meliana maksud, ia sampai meminta suaminya itu untuk mandi dua kali sampai setidaknya ia tidak mencium bau garam di tubuh Arga. Bukan kamar atau sekitar rumah yang Neni dan Arga semprot kemarin, tapi tubuh mereka karena terus berperang membahas masalah ngidam ibu hamil yang fenomenal yang suka berbeda setiap orangnya. "Apa aku masih bau? Aku rasa garam itu tidak berbau, Mel, garam itu hanya rasanya saja yang asin," jelas Arga sembari bertanya. Masa bodoh, Meliana tetap menganggap bau tidak enak itu berasala dari suaminya yang basah kuyup karena air garam, habis sudah persediaan garam di dapurnya, padahal ia membeli dalam jumlah banyak dan mungkin bisa ia pakai setengah tahun. "Aku tidak suka," ujar Meliana menjauhkan wajahnya, tidak mengizinkan Arga untuk mengecup wajahnya. "Mel, aku kangen, sayang!" desak Arga. Meliana tetap keukeh dengan keputusannya kal
Baca selengkapnya
Tidak Termaafkan
 Arga mendengus kesal lirih, ingin ia ajak beradu hantam saja kalau dua orang itu bukan sosok wanita. Rahim? Meliana cukup terkejut mendegar tuduhan yang mantan ibu mertuanya katakan pada Arga. "Arga-"  Arga mengangkap satu tangannya, meminta Meliana diam dan mengerti kalau dirinya tidak akan terpancing dengan emosi yang ibu Natan siramkan. "Istriku hamil dengan normal, kamu berusaha selama dua bulan lamanya, mengonsumsi makanan sehat dan olahraga teratur, semua itu bisa saja terjadi karena rejeki manusia tidak ada yang tahu kapan datangnya, mungkin Tuhan percaya pada kami hingga memberikan karunia itu sekarang. Bagaimana dengan menantumu, Bu?" jelas Arga membalas, raut wajahnya yang ramah membuat ibu Natan dan Fira semakin tercekik. "Be-belum, menantuku ini belum bisa mempertahankan kandungan karena lemah, dia mudah sekali mengalami keguguran. Aku kira kalian menyewa rahim atau mungkin melakukan bayi tabung,
Baca selengkapnya
Pernikahan Juna dan Rika
 Arga bergulung di balik selimut yang sudah susah payah Meliana tepikan, pria itu terus saja semakin menggodanya untuk marah atau sekedar mengomel. "Apa yang kau lakukan? Kita harus ikut ke rumah Rika dan ayah untuk mengambil seragam pernikahan," tanya Meliana menahan gemas, ia sudah bisa berdiri tanpa mual sekarang. Arga buka selimut yang menutupi wajahnya, bekerja dengan jadwal yang padat membuatnya suka malas ke luar rumah dan hanya bermanja dengan kasur di rumah, belum lagi kalau ada istrinya, dia bisa semakin malas. "Arga," panggil Meliana geram. "Hem?" "Ayo, bersiap, ibu sudah menunggu di depan. Keluarga Juna juga sudah pasti sampai ke rumah Rika, ayo!" Arga dengan mata bantalnya terpaksa bangun, acara itu masih empat jam lagi, belum kalau jam karetnya terpasang, bisa jadi akan berjalan sekitar lima tau enam jam kemudian. Tapi, para wanita di rumahnya itu tidak menganut sistem karet
Baca selengkapnya
Khawatir
 Haru dan hening menjadi satu, ada air mata yang menetes dan ada juga batin yang berkecambuk dalam. Seharusnya, restu itu Neni berikan tepat saat mereka menikah, tapi justru terjadi saat ini di mana pernikahan Juna dan Rika baru saja berlangsung. Sungguh, tidak ada yang tahu kapan hati manusia terketuk untuk berubah dan menyadari semua yang dirasa kurang tepat. "Arga, apa ibumu baik-baik saja?" Heri bertanya karena dia sendiri tidak menyangka di moment yang tidak sendiri itu, Neni menampilkan apa yang tersimpan dan bisa saja membuat dirinya malu. Neni dengan segala kuasa dan keteguhan hatinya, wanita yang tak terkalahkan dan jarang mau merendah seperti itu, bisa bersikap di depan umum tanpa memikirkan apapun selain rasa sesal. Arga tenangkan ayah mertuanya, di sana Neni sudah bersama Harto, ayahnya itu sedang berusaha membuat ibunya kembali berfikir jernih. Setelah melihat akad nikah Juna dan Rika, ha
Baca selengkapnya
Nostalgia Pertama
 Heri pandangi wajah senang putrinya itu, sangat mirip dengan wajah sang istri yang telah tiada, membuat rasa rindu di dalam hatinya tersembuhkan setelah sekian lama, terlebih lagi saat ini Meliana tengah berjuang untuk menjadi seorang ibu. "Nak, sudah malam, istirahatlah!" Heri bersihkan piring kotor itu, meminta Meliana untuk kembali memperhatikan Arga. Meliana mengangguk, entah sudah berapa lama suaminya itu ia abaikan, yang jelas sama sekali tidak ada aksi protes yang Arga tunjukkan. Ruang tamu yang tadinya penuh dengan suara televisi mendadak hening, Meliana intip jam di sudut rumah itu, sudah cukup lama rupanya dan Arga tidak ada di tempat itu atau di kamarnya. "Arga," panggilnya berjalan ke luar, ia bahkan menghubungi ponsel suaminya itu. "Arga, di mana?" tanyanya, ia mengintip dari jendela. Arga duduk di teras rumah sembari melambaikan tangan, meminta Meliana menunggu di dalam saja karena udar
Baca selengkapnya
Pagi Pertama
 "Bagaimana ini, tidak ada sprei yang tersimpan di sini, pasti di kamar ayah semua," gumam Meliana bingung, ia mulai ketakutan kalau mendadak meminta sprei pada ayahnya. Pagi buta seperti ini yang seharusnya menjadi jalan untuknya berpura-pura justru tidak memihak kepadanya dan Arga, pria itu sedang mandi saat ini untuk mengurangi kecurigaan ayahnya akan rambut basah yang bersamaan. Tapi, masalah utama terletak di sprei kamar Meliana, tidak mungkin mereka meninggalkan kamar itu tanpa sprei dan membawa sprei kotor itu tanpa sepengetahuan Heri, ini pasti sangat memalukan. "Arga," panggilnya memelankan suara, membuka pintu kamar mandi itu pelan, bahkan kamar mandi saja di dekat dapur, mereka harus serba pelan di sini agar Heri tidak terbangun. "Apa?" Arga menoleh, ia sudah selesai dan endak kembali ke kamar. "Ayo, masuk, aku mau bicara sesuatu." Arga menurut, tidak ada suara gemericik air di sana, mereka
Baca selengkapnya
Hampir Keguguran
 Pecahkan saja gelas kacanya biar ramai sekalian, mungkin itu kalimat yang tepat untuk mewakili perdebatan Arga dan Neni hari ini. Satu bulan pertama pernikahan Juna dan Rika, mereka berdua endak melakukan bulan madu dan berniat mengajak Arga juga Meliana yang mungkin ingin melakukan babymoon karena dulu tidak ada bulan madu untuk keduanya. Permasalahan besar di masa itu tidak membuat mereka meluangkan waktu sejenak untuk bersenang-senang, terlalu sibuk menghadapi masalah sampai kini Meliana sudah hamil anaknya. "Ibu tidak akan mengizinkan kau membawa Amel pergi, ke tempat sepert itu hanya akan membuat dia lelah dan sangat mengkhawatirkan, Arga!" Neni keukeh dengan pendapatnya, ia tidak menghiraukan aksi ngidam atau apa, keselamatan Meliana dan cucunya lebih utama. "Tapi, Amel mau dan aku bisa menjaganya, Bu." "Aku tidak peduli, bayinya juga tidak akan bermasalah nanti kalau aku melarang ibunya menuruti kemauan ng
Baca selengkapnya
Buah Kesabaran
 "Hati-hati, jangan sampai bersenang-senang membuat kalian lupa menjaga kesehatan," ujar Meliana berpesan, ia tidak bisa terlalu lama berdiri sehingga hanya bisa memberi pesan pada Rika di kamar saja. Teman baiknya itu akan berbulan madu ke pulau Dewata, hal yang sangat diinginkan para pasangan muda yang baru saja menikah, menghabiskan waktu sembari menikmati keindahan alam di sana. "Akan aku belikan oleh-oleh yang banyak dan bagus untuk kau juga bayi ini," ujar Rika sembari mengusap perut Meliana. "Buatlah bersenang-senang, aku memberimu uang saku ini bukan untuk membelikan aku oleh-oleh, tapi untuk hadiah pernikahan kalian, aku tidak tahu harus berterima kasih seperti apa padamu, jadi aku beri-" "Amel, apa kau kira pertemanan kita ini tidak tulus. Aku akan berbahagia di sana untukmu, membawa benih handal juga untukmu, kau harus ikut bangga melihatku!" pukas Rika menahan tangis, selalu saja begini kalau mereka endak berpisah.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status