Lahat ng Kabanata ng Hoffen: Kabanata 61 - Kabanata 70
99 Kabanata
Apa Dia Marah?
Lio membuka matanya karena mendengar suara seseorang yang sedang memasak di dapur. Apa bibinya datang untuk memasak? Tidak mungkin kalau Trisha datang pagi-pagi sekali hanya untuk membuatkan sarapan. Ditambah lagi di tengah marah karena menolak tawarannya. Dia pun memutuskan untuk kembali tertidur karena masih sangat mengantuk. Di sisi lain, wanita gemuk itu memasak dengan ekspresi penuh rencana. Ya, dia adalah Trisha yang sudah memikirkan cara lain untuk memaksa Lio menjadi asisten. Kali ini dia pasti tidak akan menolak tawarannya. Trisha sudah membeli banyak sekali bahan makanan untuk ke depannya. Sesuai yang diucapkan Vanda tadi malam, membuat perasaannya sampai tersentuh dan menerima menjadi asisten. Kalau hari ini Lio masih menolak tawarannya, setiap hari Trisha akan membuatnya sarapan dan makan malam untuknya. Trisha mempercepat gerakannya agar selesai tepat waktu. Waktu yang tersisa tidaklah banyak, wanita gemuk itu hanya mempunyai waktu satu jam untuk memasak
Magbasa pa
Tak Terduga
“Ternyata beneran lo?” tanyanya dengan senyuman menyeringai.Tatapan benci dari sorot mata Trisha pun membuat lelaki itu langsung melepas tarikannya dengan tertawa kecil, dia sedikit membungkukkan tubuhnya dengan mengangkat dagu wanita gemuk itu perlahan. Dia menarik bibirnya membentuk senyuman menyeringai. “Belum berubah lo? Makin lebar pula!” ejeknya dengan menurunkan dagu Trisha dengan kasar.Trisha yang di perlakukan seperti itu memilih diam daripada melawan. Bukan karena takut, dia hanya menghemat tenaga. Kecuali kalau dia semakin keterlaluan.Berbeda dengan lelaki yang berdiri di hadapan Trisha dengan tatapan merendahkan wanita gemuk itu. “Oh, selain semakin lebar, lo juga bisu setelah putus sama gue?” sarkasnya dengan mendorong tubuh wanita berkacamata itu. Untung saja Trisha bisa menjaga keseimbangan tubuhnya, jadi dia tidak terjatuh seperti lima tahun lalu.“Mau lo sebenarnya apa. Dan?!” pekik Trish
Magbasa pa
Overthinking
“Lo ngapain balik ke rumah lagi?” tanya Lio yang sedang makan. Trisha hanya tersenyum tanpa menjawab ucapan Lio, dia duduk di hadapannya dengan memperhatikan lelaki itu makan dengan lahap. Sedangkan orang yang ditatap itu melihat wanita gemuk curiga. Apa lagi rencananya? Tidak mungkinkan kalau dia langsung menarik paksa menjadi asisten?“Apa lagi?” tanya Lio mengangkat satu alis. “Enak?” tanya Trisha dengan nada lembut. Lelaki itu menganggukkan kepalanya sambil memasukan satu suap ke dalam mulut. Trisha sangat senang melihatnya makan dengan lahap. Wanita gemuk itu seketika bergerak maju ke depan, spontan membuat Lio sedikit memundurkan kepalanya. Keduanya saling bertatapan satu sama lain. Trisha yang merasa suasana mendadak canggung pun langsung berdeham pelan dan mengambil satu butir nasi yang menempel di sudut bibir sambil menyengir. “Maaf, gue cuma ambil ini,” ucapnya menunjukan butiran itu di jarinya. Lio pun hanya tersenyum paksa, ia kemba
Magbasa pa
Membocorkan satu rahasia Trisha
Sev menatap engsel pintu sejenak, lalu menarik napas dan membuka pintu itu dengan senyuman paksa. Matanya membuka lebar saat melihat orang yang datang. “Lama banget, sih!” protesnya yang langsung masuk. Sev menatap punggung wanita itu dengan menghela napas lega, ternyata tidak seperti yang ia pikirkan. Ya, bukan Trisha yang datang. Melainkan Tiana, yang datang karena khawatir pada kondisi Sev. “Lo nggak sakit?” tanya Tiana meletakan keranjang buah di meja makan. “Siapa yang bilang?” Bukannya menjawan, lelaki itu malah kembali bertanya seraya kembali menutup pintu dan melangkahkan kakinya ke sofa. “Sutradara yang bilang,” jawabnya seraya duduk di samping Sev dan memberikan piring yang berisi buah. Sev tidak menjawab lagi dan memilih untuk menonton televisi. Tiana pun hanya menatap heran lelaki itu. Dia sedikit beda dari biasanya. Apa dia lagi ada masalah dengan sutradara? “Lo kenapa? Ada masalah?” tanya Tiana dengan memas
Magbasa pa
Interogasi
Trisha berjalan menuju dapur untuk memasak makan siang, dia melihat Sev dari kejauhan yang tengah mengobrol dengan Tiana. Entah apa yang mereka bicarakan, wanita gemuk itu sama sekali tidak mendengar apa yang diucapkan. Namun, dia bisa melihat raut wajah Sev yang terlihat terkejut.Apa Tiana memberitahu kalau dia sudah mempunyai calon suami? Trisha menggeleng cepat, seharusnya Sev sudah tau akan hal itu.Trisha memilih untuk tidak berpikir terlalu banyak, dia memulai untuk memasak sebelum dia mengomel. Wanita gemuk itu melirik Sev yang kembali duduk di sofa dengan sekilas, ia sendiri masih tidak paham alasan lelaki itu memanggilnya untuk pulang.Saat melihat wajah Sev dari samping, dia merasa kalau wajahnya itu sedikit mirip dengan Lio. Sifat pun hampir sama, hanya saja Lio sekarang tidak seperti saat pertama kali ketemu. Berbeda dengan Sev yang suka berubah-ubah. Kadang baik, kadang sifat iblis kembali muncul.Apa karena Sev tidak mempunyai orang tua yan
Magbasa pa
Merawat Sev
Selesai menelpon Lio, Trisha meletakan ponsel ke atas nakas seraya mengeluarkan laptop dan peralatan untuk menggambar yang dia letakkan di bawah kasur. Ini adalah kesempatan yang tepat untuk menggambar karena Sev sudah tidur.Trisha beranjak dari kasurnya, lalu berjalan cepat menuju pintu untuk memastikan kalau sudah terkunci. Wanita gemuk itu menghela napas lega dan kembali ke kasur. Dia mulai berkonsentrasi agar gambarnya semakin bagus, akhir-akhir ini ia merasa kalau gambarnya kurang halus. Meski Lio sudah resmi menjadi asisten, Trisha tidak boleh menggampangkan masalah ini.Wanita gemuk itu tersenyum tipis saat membayangkan Sev saat marah, entah kenapa raut wajahnya semakin tampan. Apalagi saat tatapannya berubah menjadi dingin, sangat tampan meskipun menakutkan.Trisha menggelengkan kepalanya cepat saat membayangkan Sev menjadi pacarnya. Hatinya seakan terasa sesak saat memikirkan semua ini, bukan karena dia gemuk atau tidak pantas. Hanya saja, Trisha tidak
Magbasa pa
Salah Minum Obat
Sev keluar dari kamar dengan merapikan pakaian yang ia kenakan. Lelaki itu mengambil kotak obat tanpa membaca tulisan terlebih dahulu dan langsung meminum dua butir agar demamnya turun dengan cepat. Ia meletakan gelas itu kembali seraya menatap pintu kamar Trisha yang masih tertutup.“Sha, cepat!” teriak Sev dengan suara keras yang membuat Trisha langsung keluar dari kamarnya. Lelaki itu berdecak melihat rambut wanita gemuk itu masuk berantakan. “Rambut lo—““Iya, gue tau.” Trisha kembali masuk ke dalam kamarnya.Tidak ada lima menit, dia kembali keluar dengan rambut yang sudah dia kucir satu. Wanita gemuk itu berjalan mendekati Sev dengan tersenyum percaya diri.“Gimana rambut gue? Bagus?”Sev tersenyum sekilas. “Biasa aja,” jawabnya seraya berjalan lebih dulu meninggalkan Trisha.Wanita gemuk itu menghela napas panjang untuk menahan amarahnya. Bagaimana pun hari ini adalah p
Magbasa pa
Nggak Mungkin
Trisha duduk di kursi dan menidurkan Sev dengan perlahan di atas pahanya. Melihat lelaki itu yang sudah terlelap membuatnya tersenyum tipis, apalagi saat melihat sang aktor tampan dengan sangat dekat.Wanita gemuk itu menatap lurus ke depan menikmati embusan angin yang membuat rambutnya sedikit berantak. Trisha pun perlahan mulai merasakan nyaman bekerja menjadi asisten Sev, apalagi lelaki itu sudah sedikit berubah, meski dia masih menyebalkan.Trisha berdoa agar identitasnya menjadi mangaka tidak akan terbongkar, meski komik yang dia buat sudah selesai, ia masih ingin menjadi asisten Sev dan selalu ada di sampingnya. Wanita gemuk itu perlahan menundukkan kepalanya menatap wajah Sev yang tengah tidur itu, tangannya perlahan bergerak merapikan rambut milik Sev.Ini kedua kalinya melihat Sev yang sangat tenang.Wanita gemuk itu merogoh saku untuk mengambil ponsel karena merasakan getaran. Satu panggilan masuk dari Lio membuatnya kebingungan, Trisha takut ka
Magbasa pa
Rencana Gagal
Di sisi lain, Lio yang tiba-tiba dipeluk seperti ini sedikit merasa deg-degan. Apa lagi ketika mencium aroma tubuh Trisha yang sangat harum. Lio membalas pelukan Trisha guna untuk membuat satpam itu tidak mencurigai.“Kenapa gue deg0degan gini? Nggak mungkin, kan, gue suka sama Trisha?”Trisha melepas pelukan setelah satpam itu melewatinya, dia menghela napas lega dengan menarik kembali jaketnya. Lio pun berdeham kecil untuk mengusir rasa gugupnya, ia menatap Trisha dengan senyuman tipis.“Thanks.”Trisha menganggukkan kepalanya dan merogoh sakunya dengan memberikan flashdisk pada Lio dan mengatakan, “Ini ada dua chapter, kalau udah selesai perhalus dan diwarnai langsung kirim ke platform.”Lio pun menghela napas dengan senyuman paksa. “Baik, Nyonya,” ujarnya mengambil benda itu dari tangan Trisha. Lelaki itu mulai bingung pada Trisha yang ada di mall ini seorang diri tanpa membawa tas belanjaan. Apa
Magbasa pa
Mencari Jalan Keluar
“Ke mana aja lo dua hari ini? Kenapa telepon gue nggak lo angkat? Bukannya gue pernah nyuruh lo dateng ke studio?” kesal Vanda yang baru saja datang dan duduk di hadapan Trisha.Wanita gemuk itu yang tengah makan hanya melirik sekilas sang editor tanpa mengucap sepatah kata pun, Trisha menghela napas panjang karena Vanda sama sekali tidak merasakan penderitaannya menjadi pembantu di rumah Sev. Bahkan, sekarang ini dia hanya diberi waktu satu jam saja untuk pergi. Kalau bukan karena Tiana yang menolongnya, ia tidak bisa keluar dari rumah itu.Vanda yang memperhatikan Trisha pun mulai curiga, dia terus menatap sahabatnya itu dengan senyuman yang sulit dijelaskan. Sedangkan wanita yang ditatap hanya mengangkat satu alisnya. “Kenapa?” tanya Trisha meletakan sendok di piring.“Lo kurusan, Sha. Lo nggak ada kabar dua hari karena … diet?” tanya Vanda yang membuat Trisha berdecak sambil memukul lengan Vanda pelan.&ldquo
Magbasa pa
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status