All Chapters of Betelgeuse: Chapter 61 - Chapter 70
72 Chapters
62. Kegagalan
"Ibu? Kenapa diam saja?" Isla menatap ibunya yang kini bahkan tak berani menatap ke dalam kedua matanya, membuat gadis itu dilanda perasaan yang tak tenang."Bu? Tolong jangan diam saja, dan katakan saja Rhys ada di mana," ujar Isla.Maria menarik napas dalam dan wanita itu pun kembali mengubah posisi duduknya menjadi menghadap Isla. "Isla, sejujurnya Ibu juga tak tahu Rhys ada di mana. Para petugas yang ada di sana berkata kalau mereka hanya menemukanmu sendirian di tempat itu dan mereka tak menemukan siapa-siapa lagi. Isla menggelengkan kepalanya secara perlahan, "Tidak mungkin, Bu. Rhys jelas-jelas ada bersamaku waktu itu dan— Tao! A-apa mereka menemukan Tao? Bagaimana dengan dia?" tanyanya kemudian. Kedua alis milik Maria saling bertaut sesaat setelah mendengar pertanyaan dari Isla. "Tao? Siapa itu Tao?" tanyanya dengan kening yang mengerut. Isla seketika kembali terdiam setelahnya. "Jadi, begitu, ya. Kalian juga tak men
Read more
63. Misteri Lingkaran
"Teresa!!" Teresa langsung memeluk Isla erat dan membiarkan sahabatnya itu menangis di bahunya. Rasanya menyakitkan sekali mendengar Isla menangis seperti itu, membuatnya seolah merasakan sakit yang tengah Isla rasakan. "Kau sudah melakukan yang terbaik, Isla. Aku benar-benar berterima kasih padamu karena kau sudah kembali dan menepati perkataanmu," ujar Teresa dengan air mata yang sudah berderai. Ia mengusap punggung Isla, mencoba menenangkan gadis itu di sana. ***"Aku senang kalau kau akhirnya bisa kembali lagi ke sini. Walaupun sebenarnya bukan seperti ini cara yang aku harapkan," ujar Alex yang juga berada di sana. Sebelum pulang sekolah Teresa sempat mengajak Alex untuk pergi ke sana untuk menjenguk kondisi Isla. Mereka berdua yang tidak tahi kalau Isla sedang tak di kamarnya itu justru terkejut saat melihat keadaan kamar Isla yang kosong bahkan Maria sedang tidak ada di sana. Akhirnya mereka berdua pun me
Read more
64. Buket Bunga
Usai sarapan, Isla memutuskan untuk berjalan-jalan di luar kamar rawatnya dan gadis itu masih diharuskan untuk menggunakan tongkat sebagai alat bantunya berjalan karena kedua kakinya yang masih terasa sakit. Maria sempat ingin menemani Isla agar gadis itu tak merasa kebosanan dan memiliki teman bicara selama dirinya berada di luar tapi sayang sekali karena wanita itu mendadak mendapatkan sebuah telepon dari salah seorang temannya kalau ada yang mengalami kecelakaan jadi Maria mau tidak mau harus pergi untuk menjenguknya. Bahkan Isla sendiri sampai menyuruh agar sang ibu segera pergi untuk menemui temannya yang kecelakaan itu dan menjenguknya ke rumah sakit tempat di mana temannya sedang dirawat. Akhirnya begitu setelah selesai sarapan dan membereskan peralatan makan, Maria pun berpamitan untuk segera pergi dari sana dan berpesan agar putrinya itu selalu berhati-hati selama dirinya sedang pergi dan ia juga meminta Isla agar segera memanggil dokter ketika ia membutuhkan sesuatu atau m
Read more
65. Samoyed Bermata Merah
"Hujannya deras sekali. Untung saja Ibu kembali tepat waktu." Maria meletakkan tasnya di atas meja. Isla yang berbaring di atas tempat tidur itu hanya diam saja seraya memandangi hujan di luar sana.Bersamaan dengan itu, Maria menemukan sebuket bunga yang berada di atas meja. Kedua alisnya saling bertaut menatap benda itu. "Tunggu dulu,ini bunga dari siapa?" tanya Maria. Isla menatap buket yang tengah Maria pegang, kemudian gadis itu menjawab, "tadi pagi Alex datang ke sini sebelum dia berangkat ke sekolah," ujarnya."Benarkah?" Maria berkedip dua kali dan wanita itu kemudian menatap buket di tangannya, hingga akhirnya ia tersenyum setelahnya. "Dia memang anak yang baik," ujar Maria dan wanita itu terkikih setelahnya. "Berarti sore ini Alex dan juga Teresa tak akan datang ke sini?" tanya Maria kembali."Hm. Aku sudah menghubungi Teresa agar dia dan juga Alex tak perlu datang ke sini karena hujan deras yang tak
Read more
66. Kenangan
Maria membka kedua matanya dan ia melihat Isla yang tertidur dengan ponsel yang berada di genggaman tangannya. Wanita itu kemudian berjalan mendekati tempat tidur putrinya untuk membenarkan letak posisi selimut Isla yang sedikit tersingkap seraya mengambil ponsel milik gadis itu secara perlahan agar ia tak membuat tidur putri semata wayangnya itu terganggu. Saat hendak menyimpan ponsel itu di atas meja, sebuah notifikasi masuk ke ponsel milik putrinya hingga layar benda pipih itu pun kembali menyala. Karena ponsel milik Isla memang sering tidak memakai password, Maria pun bisa dengan mudah mengecek ponselnya dan kali ini wanita itu melihat dari siapakah pesan itu berasal dan ternyata itu dari teresa namun Maria tak membalasnya, ia membiarkan isla saja yang akan mebmalas pesan itu nanti ketika gadis itu sudah bangun. Kemudian tanpa sengaja Maria melihat sebuah foto yang menampakkan dua orang yang ada di dalam foto itu. "I-ini ... " Maria mengeru
Read more
67. Kenangan (2)
Isla dan Teresa saat ini tengah memakan beberapa potong buah yang sudah disiapkan leh Maria beberapa waktu yang lalu seraya sesekali mengobrol tentang berbagai hal hingga mereka berdua pun tertawa satu sama lain. "Emmm, ngomong-ngomong, Teresa, apakah saat ini kondisi bagian sekolah yang rusak sudah selesai diperbaiki?" tanya Isla sebelum gadis itu menggigit sepotong apel yang ia ambil dari piring yang ada di hadapannya. Saat ini ia dan juga Teresa tengah duduk bersila di atas tempat tidur dengan sepiring buah-buahan yang ada di depan mereka."Ah, soal itu. Kurasa sedikit lagi. Sebelumnya mereka memperbaiki pintu atap terlebih dahulu karena pintu itu benar-benar terlihat mengenaskan karena terbagi menjadi ukuran-ukuran yang lebih kecil dengan jumlah banyak," ujar Teresa. Gadis itu awalnya hendak menggigit potongan pir yang ia ambil dengan garpu namun ia mengurungkan niatnya itu dan kembali menatap Isla yang duduk di depannya."Isla, jika aku boleh tahu, se
Read more
68. Kiriman Cokelat
Dua minggu kemudian ... Isla keluar dari salah satu ruangan dengan begitu lesu dan juga tak bersemangat. Dua orang yang menunggunya di depan pintu ruangan itu pun segera menyemangatinya agar Isla tak terlihat mengerikan dengan ekspresi yang ada di wajahnya itu."Astaga, ada apa dengan raut wajahmu yang menyedihkan ini? Hei, kau kenapa? Apa soalnya sangat sulit?" tanya Teresa begitu Isla keluar dari ruangan itu.Isla membuang napasnya pelan lalu gadis itu menggelengkan kepalanya."Lalu apa mau kau bisa mengerjakan semuanya?" Kini giliran Alex yang bertanya.Kali ini, Isla menganggukkan kepala. Teresa dan Alex pun saling mengerutkan dahi dan mereka menatap satu sama lain. "Lalu? Apa masalahmu, Isla?" tanya Teresa dengan kening mengerut.Isla kemudian mendudukkan tubuhnya di sebuah bangku yang ada di sana dan gadis itu mendengkus pelan. "Rasanya aku benar-benar hampir gila karena mengerjakan semua soal itu!" ujarnya."
Read more
69. Kiriman Cokelat (2)
Isla menatap sebungkus croissant yang diletakkan oleh seseorang di hadapannya dan kemudian gadis itu mendongakkan kepala untuk menatap siapa orang yang meletakkannya. Gadis itu kemudian terdiam selama beberapa saat, mencoba mengenali sosok yang kini berdiri di sebelah mejanya itu. Ia bahkan sama sekali tak mengenali orang itu.Sementara Teresa dan Alex juga terlihat menatap satu sama lain, namun tak ada satu pun dari mereka yang mengenali orang itu. Mereka berdua lalu menatap kembali orang itu dan berusaha mengenali orang yamg baru saja memberikan sebungkus croissant kepada Isla. "Untukku?" tanya Isla. Laki-laki yang berdiri di sebelah itu kemudian menganggukkan kepala. "Ma-maaf, tapi ... kau siapa, ya? Aku sama sekali tak mengenalimu," ujar Isla. "Aku dari kelas lain," ujar laki-laki itu. "Tunggu, apa kau ... orang yang tadi menaruh cokelat di dalam loker milik Isla?" Kini giliran Teresa yang kemud
Read more
70. Stalker
"Isla? Siapa itu Isla? Dan, apakah aku dan kau berada di sekolah yang sama?" "Cokelat, katamu? Cokelat apa, ya? Aku benar-benar tidak paham dengan apa yang kau katakan.""Tunggu, tunggu. Kau dari tadi mengatakan tentang seseorang yang bernama Isla. Tapi aku benar-benar tak kenal dia, asal kau tahu saja. Mungkin kau ini salah orang, lain kali lebih teliti lah lagi. Kalau begitu aku permisi dulu."Alex seketika tak bisa diam di tempat tidurnya. Ia masih saja teringat dengan pria yang ditemuinya beberapa jam yang lalu itu. Bisa-bisanya dia lupa dengan kejadian pagi tadi. Padahal dia sendiri yang memulai semuanya. Dari menyimpan cokelat di dalam loker milik Isla secara diam-diam, hingga memberikan gadis itu sebuah croissant secara tiba-tiba saat sedang jam istirahat. "Ini sangat aneh. Apa mungkin ya, dia memang memiliki seorang kembaran di sekolah? Dan yang tadi bicara denganku apakah mungkin kalau itu ternyata kembarannya yang lain,
Read more
71. Rencana Awal Liburan
"Barusan itu ... murid laki-laki yang kemarin, kan?" Isla berkedip dua kali."Kupikir aku barusan salah lihat, Isla. Tapi ternyata kau juga melihat hal yang sama denganku," ujar Teresa."Tapi kurasa ada yang aneh, ya. Kenapa laki-laki itu ... malah bersikap biasa saja? Maksudku, barusan dia bersikap seperti orang yang benar-benar berbeda dari yang kemarin memberikan cokelat dan juga croissant ini." Isla kemudian menatap cokelat yang tengah berada di salah satu tangannya."Apa mungkin kalau yang barusan itu bukan dia? Apa dia orang yang berbeda dari yang sebelumnya?" Teresa berkedip. Gadis itu langsung menghabiskan cokelat yang ada di tangannya itu."Tunggu, maksudmu kalau dia itu ... memiliki seorang kembaran di sini?" Isla kemudian menatap Teresa yang ada di sebelahnya. Sahabatnya itu juga tampak masih terkejut dan gais itu terlihat masih berusaha mencerna situasi yang baru saja ia alami. "Atau mungkin kemarin kepalanya itu habis terbentur s
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status