Semua Bab The Story Between Us: Bab 11 - Bab 20
70 Bab
Apa Saja
"Minggu depan,Pa. Minggu depan tolong lamarkan Siti untuk Rayhan," ucap Rayhan lantang membuat Siti membulatkan mata dengan sempurna. Mama Ray terkejut.    "Tuan... maksudnya apa ya?" Siti mendekatkan dirinya ke Rayhan menanyakan maksud perkataannya dengan nada ditekan menahan kesal. Ini jelas melenceng jauh dari rencana awal, dan mengandung bahaya yang sangat mengancam dirinya.    "Maksudnya aku mau ngajak kamu menikah," jawab Rayhan menatap serius Siti.   "No way! Jangan ngarang!" Siti menggumam dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Papa Ardan dan Mama Ray menyaksikan percakapan keduanya dalam diam.    "Permisi Om, Tante.. Siti ijin pamit pulang dulu." Siti sudah tidak bisa mentolerir sikap semena-mena Rayhan. Ia beranjak dari duduknya dan meninggalkan ruang makan meski belum mendapat persetujuan tuan rumah.   Melihat Siti yang melangkahkan kakinya dengan tergesa d
Baca selengkapnya
Apa Jadinya
  Siti akhirnya bisa melepaskan dirinya dari kejaran anjing penjaga rumah yang tiba-tiba muncul menggonggongi dirinya layaknya seorang maling. Ia mengatur nafasnya yang masih tersengal-sengal. Di sampingnya duduk Rayhan yang mengemudikan mobil dalam diam. Diamnya Rayhan bukanlah diam biasa. Diamnya Rayhan karena memikirkan persyaratan yang ia berikan pada Siti saat gadis itu memintanya untuk segera menjalankan mobil, meninggalkan anjing penjaga yang mengejar gadis labil itu.   Siti mengambil air mineral yang ada di dashboard tanpa ijin si pemilik. Diminumnya sampai habis sambil menghela kerigat yang membasahi keningnya. Rayhan menatap gadis di sebelahnya yang wajahnya bersemu merah karena kelelahan setelah berlarian ke sana kemari. Buliran keringat masih keluar dari sela-sela poni Siti dan mengalir turun membasahi kening, pelipis dan alis Siti. Rayhan mendadak gerah, ia dengan cepat mengambil satu kotak tisu yang ada di depannya dan mengangsurkannya
Baca selengkapnya
Asih Yang Menyebalkan
I hate monday. Ternyata berlaku juga dalam kamus kehidupan Siti. Bukan karena pekerjaan yang membuatnya merasa uring-uringan, melainkan bibir nyiniyir Asih yang sudah membuat moodnya memburuk,ketika kaki kanannya menapak di lantai toko sedang tangan kirinya mendorong kuat pintu masuk yang terbuat dari kaca bening yang tebal.  "Nah, yang baru saja jadi topik pembicaraan sudah datang. Tanya langsung aja sama si Julaekah.." ujar Asih ketus dengan mata mengerling menjengkelkan dan bibir tebalnya yang mincap mincep, ke depan dan ke belakang.  Siti yang baru saja memasuki toko melangkah dengan langkah bingung. Ada apa nih, pagi-pagi kok hawanya nggak enak begini, gumamnya terus mendekati meja kasir. Udin si driver antaran berjalan mendekati Siti sambil menyerahkan sebuah amplop putih. "Ada yang menitipkan ini untukmu. Seseorang dengan jas mahal melekat di tubuhnya. Siapa?" Udin mencoba menghilangkan rasa penasarannya. "Ya mana tau, fans ku kan ban
Baca selengkapnya
Enggan Mengingat
Siti menatap Asih dengan tatapan ingin menelannya bulat-bulat. Arya masih setia menunggu jawaban Siti. "Ka... Kamu udah nikah?" tanyanya lagi. Siti mengangkat ke sepuluh jarinya. "Ada cincin nggak?" Siti mendekatkan ke sepuluh jari ke wajah Arya. Arya tersenyum lega. Diturunkannya kedua tangannya dan membawa kedua nampan yang sudah penuh dengan roti pilihan Arya. Arya mengambil salah satu nampan dari tangan Siti dan berjalan mendahului Siti ke meja kasir. Siti kembali ke meja kasir, menghitung semua roti lalu menatanya dalam kotak roti, terakhir memasukkannya ke dalam paperbag. "Totalnya 230 ribu, Tuan." Arya mengeluarkan dompet dari saku belakang celananya dan memberinya 3 lembaran uang kertas berwarna merah.  "Terimakasih." Siti menyerahkan struk pembelian beserta kembaliannya.  "Buatmu saja." Arya hanya mengambil struk pembelian dan meninggalkan uang kembaliannya. Arya mengambil paperbag dar
Baca selengkapnya
Gara-Gara Senyum
Rayhan dan Arya akhirnya meninggalkan toko roti itu setelah acara sarapan pagi mereka selesai. Siti akhirnya dapat bernapas lega karena ia terlepas dari tatapan cemburu Rayhan dan tatapan curiga Arya. Tinggal satu teror yang masih mengintainya. Sosok itu sedang berjuang mendorong rak susun lima tingkat. Sungguh, bila mengingat betapa menyebalkan orang yang sedang mendorong rak itu dengan sekuat tenaga, ia sangat ingin menelannya bulat-bulat. Namun, bila bukan karenanya Siti tidak akan pernah bekerja dan mengenal begitu banyak kalangan-kalangan atas dengan semua kelebihan dan kekurangan mereka.  Asih. Ya, sosok itu adalah Asih. Terkadang ia bisa menjadi sosok yang sangat menyebalkan tapi di saat yang lain ia akan dengan cepat berubah menjadi sosok yang begitu perhatian dan menyenangkan. Tuhan Maha Adil. Ia begitu sempurna menciptakan manusia dengan berbagai sifat uniknya, yang tidak akan sama satu dengan yang lain, meski mereka kembar sekalipun.  Siti berjal
Baca selengkapnya
Buat Aku Jatuh Cinta Padamu
  Rayhan membawa mobilnya dengan sedikit ugal-ugalan. Siti yang membawa puding berteriak-teriak panik.    "Yaa...Apa tidak bisa pelan sedikit atau menyetir dengan lebih kalem?" teriaknya kesal. Jantungnya hari ini belum beristirahat sempurna karena sejak tadi pagi selalu melompat-lompat sesuka hati dikarenakan banyak hal, termasuk laki-laki yang tengah menyetir di sampingnya.    "Tidak." Rayhan menjawab dingin dan kembali diam.     "Kalau tidak bisa, turunkan... turunkan aku disini..turunkan aku disini saja! Enak saja jadi orang. Lu kalau mau mati ya mati aja sendiri, jangan ngajak-ngajak orang ya... Utang gua masih banyak, masih perlu menyenangkan hati emak dan bapak, pinjaman uang gua ke bang Tohir tukang martabak juga belum lunas, belum lagi utangnya Maman ke gua masih kurang tiga ratus ribu, Asih juga masih punya pinjaman ke gua, Lagian gua juga pengen nikah, jadi jangan asal nyetir k
Baca selengkapnya
Pria Idaman
"Dua bulan. Buat aku jatuh cinta padamu dalam waktu dua bulan. Bila kamu bisa membuatku berpaling dari pria idamanku, aku bersedia menikah denganmu," ucap Siti menatap lekat manik hitam lekat Rayhan. Rayhan tertegun mendengar ucapan Siti barusan. Dua bulan. Dirinya diberi waktu dua bulan untuk menundukkan hati gadis di hadapannya ini , dan membuat gadis itu  berpaling dari pria idamannya. Pria idaman. Pria idaman mana yang dimaksud? Bukan dia, bantahnya dalam hati. Jelas pria yang dimaksud bukan dirinya, gumamnya berpikir dalam hati. Ada yang lebih dulu berhasil menarik hati  gadis itu sebelum dirinya. Rayhan mengingat awal pertemuan mereka yang mungkin meninggalkan kesan yang buruk bagi Siti tapi tidak baginya. Ia justru terus mengingat dan menyimpan memori itu  rapat-rapat, tidak ingin melupakannya. Rayhan mengamati wajah Siti. Ia sudah menentukan pilihannya. Ia berharap gadis itu berjodoh dengannya, karena hanya gadis itu yang bisa menutupi
Baca selengkapnya
Kedatangan Arya dan Arken
Siti bergegas keluar dari mobil Rayhan dan sesegera mungkin masuk ke dalam toko roti tempatnya bekerja. Ia tidak mau mendengar larangan-larangan yang akan terlontar dari bibir tipis Rayhan, terkait rencana Arya yang akan mampir ke toko roti tempat Siti bekerja.  Rayhan melihat Siti yang berjalan dengan tergesa memasuki toko roti itu. Ia mengetukkan jari-jemarinya di setir kemudi. Menimbang, mana yang lebih baik ia lakukan, langsung kembali ke kantornya atau menunggu Siti dan mengantarkan gadis itu pulang sekalian. Saat ia tengah berkonsentrasi, ia melihat mobil Arya merayap masuk ke area parkiran di depan toko roti MCC. Sosok tinggi Arya keluar dari mobil SUV hitam miliknya. Ternyata, Arya tidak datang sendiri. Ia berjalan bersisian dengan seseorang yang tidak Rayhan kenali. Rayhan terus mengikuti langkah Arya dan laki-laki di sebelahnya yang kini sedang berjalan memasuki toko roti MCC. Siapa laki-lai yang berjalan bersama dengan Arya? Sedikit mengerutkan alisnya, Rayha
Baca selengkapnya
Lelaki Menyebalkan
  Pertemuan Siti dengan Arya dan Arken berakhir tepat pukul 5 sore.  Siti segera membereskan semua peralatan kerjanya, dan bergegas menekan absen pulang di mesin absen. Ia melangkahkan kakinya keluar dari MCC, menuju ke parkiran tempat sepeda mininya yang ia titipkan pada Maman, sang penjaga parkir. Maman yang melihat Siti berjalan keluar dari toko roti itu, berjalan mendekati Siti yang hendak mengambil sepedanya.   "Lu mau kemana ka?" Tanya Maman begitu dirinya sudah berada tepat di depan Siti.    "Ya, mau pulang lah... Kenapa emangnya? Nggak boleh? Atau lu mau nraktir gua di warung  baru? Ada soft opening warung baru ya? Dimana?" Siti justru balik bertanya pada Maman dengan antusias.   Maman menggeleng-gelengkan kepalanya.       "Bukan. Lu, bukannya dijemput sama calon suami lu?" Maman menunjuk ke arah seberang, sebuah mobil sedan berwarna
Baca selengkapnya
Emak
  Siti menatap Rayhan yang terus berjalan masuk ke dalam rumahnya setelah berhasil mengucap salam, dengan tatapan satu maksud, maksud ingin menelan laki-laki itu hidup-hidup.    Ditendangnya kerikil-kerikil kecil yang berada di depannnya. Satu kerikil berhasil ia tendang hingga masuk ke dalam tong sampah di samping rumahnya. Sama halnya dengan kerikil yang kedua dan ketiga. Untuk yang keempat, ternyata ia memilih jalannya sendiri. Lepas dari tendangan kakinya, kerikil itu jatuh tepat mengenai seseorang yang sedang berjalan dari samping rumah, hendak ke tempat ia berdiri saat ini.   "Sitiiiiii!" Suara cempreng memanggil namanya.   "Sudah pulang tidak tepat waktu, sekarang kirim batu untuk balas sayangnya emak, iya begitu?" Omel sang Emak. Siti langsung lari mendekat. Sambil tertawa kecil, ia berusaha meminta maaf pada emak.    "Nggak sengaja, Mak. Maksudnya ke tong sampah tapi k
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status