Siti menatap Rayhan yang terus berjalan masuk ke dalam rumahnya setelah berhasil mengucap salam, dengan tatapan satu maksud, maksud ingin menelan laki-laki itu hidup-hidup.
Ditendangnya kerikil-kerikil kecil yang berada di depannnya. Satu kerikil berhasil ia tendang hingga masuk ke dalam tong sampah di samping rumahnya. Sama halnya dengan kerikil yang kedua dan ketiga. Untuk yang keempat, ternyata ia memilih jalannya sendiri. Lepas dari tendangan kakinya, kerikil itu jatuh tepat mengenai seseorang yang sedang berjalan dari samping rumah, hendak ke tempat ia berdiri saat ini.
"Sitiiiiii!" Suara cempreng memanggil namanya.
"Sudah pulang tidak tepat waktu, sekarang kirim batu untuk balas sayangnya emak, iya begitu?" Omel sang Emak. Siti langsung lari mendekat. Sambil tertawa kecil, ia berusaha meminta maaf pada emak.
"Nggak sengaja, Mak. Maksudnya ke tong sampah tapi k
Pagi itu, di MCC, terjadi kehebohan yang membuat semua karyawan pucat pasi. Mereka saling memandang satu sama lain dengan tatapan curiga. Tidak ada yang tahu persis. Tiba-tiba saja, terdengar teriakan Asih dari ruang khusus karyawan. Ruangan itu merupakan ruang administrasi yang berisi data-data karyawan, data keuangan dan data manajemen lainnya. Saat satu persatu masuk ke ruangan itu untuk mengetahui apa yang membuat Asih berteriak sedemikian kerasnya. Pemandangan di ruangan itu memang kacau balau. Semua dokumen berserakan di lantai. Semua lemari terbuka dan isinya berhamburan kemana-mana. Komputerpun terlihat dalam keadaan menyala. Merasa mengkhawatirkan hal yang sama, beberapa karyawan, langsung berlari ke ruangan khusus yang berisi brankas. Benar saja, kekhawatiran mereka menjadi kenyataan, ruangan khusus itupun dalam keadaan terbuka, terbuka karena dipaksa. Brankas masih dalam keadaan aman, namun lemari yang digunakan untuk meletakkan uang operasional sehari-hari, terbu
"Halo calon mantu kesayanganku.." Suara itu mengejutkan seluruh orang yang berada di gerai itu, terutama Arya yang baru saja melangkahkan kakinya masuk ke gerai. Arya langsung mengarahkan pandangannya ke Siti lalu kembali menatap wanita paruh baya di depannya "Tante.." Siti terkejut melihat kedatangan mama Ray siang ini. Siti menjadi salah tingkah ketika menemukan Arya yang berdiri tepat di belakangmama Ray sambil menatapnya tajam. "Tante..tante... Mama...susah banget disuruh ganti mama," sungut mama Ray. "Ehehehe, i iya, Ma.." Siti dengan tidak enak hati memanggil mama Rayhan dengan sapaan itu. "Mama lihat di televisi, toko kamu ini kemalingan. Karena itulah mama datang kemari. Apa benar?" "Eh?" Siti menatap tidak percaya. Mengapa wanita di depannya ini begitu memperhatikannya. "Sudah hubungi polisi?" "Sudah, Ma." Siti menjawab singkat. "Terus?" Mama Ray menuntut penjelasan.
Rayhan menatap Siti yang baru saja keluar dari ruang manajemen. Ia adalah yang terakhir keluar dari ruangan itu. Wajah gadis itu begitu suntuk membuat Rayhan semakin penasaran. Siti mencari tas selempang yang sebelumnya ia letakkan di bawah meja kasir. Tidak menemukan yang ia cari, Siti mematung. Ia mengingat-ingat posisi terakhir kali tas selempangnya berada. Matanya kembali melihat ke bawah meja kasir. Kosong. Tas nya tidak ada di sana. Saat ia mencoba untuk kembali masuk ke ruang manajemen, Rayhan datang dan langsung mengalungkan tas selempangnya. Gadis itu terkejut. "Mengapa belum pulang?" tanyanya sambil berjalan mengikuti Rayhan dari belakang. "Kan tadi aku sudah bilang akan menunggumu sampai kamu selesai," jawab Rayhan membuka pintu mobilnya, agar Siti segera masuk ke dalam. Maman sudah diberitahu Rayhan bahwa dirinya harus mengantar sepeda Siti ke rumah gadis itu, karena esok Siti akan libur untuk sementara waktu. "Sepedamu sudah kusuruh Maman untuk d
Rayhan mencari kebenaran di wajah Siti, kebenaran bahwa dirinya mengundurkan diri, bukan alasan yang lain. Siti menatap Rayhan. "Kalau tidak ada ya sudah, tidak apa-apa. Besok aku tanya tuan Arya saja atau Arken, mungkin di tempat mereka ada lowongan." Siti melempar pandangannya ke luar jendela. "Besok datang ke kantor jam 7 pagi. Tunggu aku di lobi kantor, di depan resepsionis. Katakan saja kau sudah membuat janji denganku." Rayhan langsung menjawab tanpa berpikir panjang begitu mendengar nama Arya dan Arken dari bibir Siti. Bila tidak ada lowongan saat ini, ia akan membuka sendiri dan Siti adalah yang terpilih tanpa harus tes atau apalah namanya. Sah-sah saja, kan dia bos-nya. Siti mengangguk tanpa ekspresi. "Kenapa masih sedih?" tanya Rayhan mulai kembali menghidupkan mesin mobilnya. Gadis itu menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa. Hanya lelah dan gerah. Selarut ini belum mandi, mana kecutnya bikin
Siti memasuki gedung perkantoran yang begitu besar dan luas. Baru saja ia sampai di pos satpam, ia dibuat terperangah dengan gedung yang menjulang tinggi di hadapannya. Ia ingin menghitung berapa tingkat gedung itu, namun keinginannya itu langsung ditolak mentah-mentah oleh leher penyangga kepalanya, yang harus menengadahkan kepalanya entah untuk berapa lama hanya untuk mengetahui total keseluruhan lantai yang ada di gedung itu. Siti berusaha keras menjaga keseimbangannya kala ia berjalan memasuki gedung berlantai marmer berwarna krem kecoklatan. Ia berjalan menuju ke meja resepsionis untuk bertemu dengan pak Indra sesuai dengan instruksi yang diberikan Rayhan sebelum dirinya diturunkan di tiga blok sebelum gedung kantor milik Rayhan. "Selamat Pagi, Mbak!" sapa Siti pada dua wanita yang sedang sibuk mencatat surat masuk dan menerima telpon. "Pagi," jawab gadis berambut pendek sedikit bergelombang yang sudah selesai menyalin surat masuk pagi ini.
"Selamat Siang." Merasa mendengar suara wanita menyapa dirinya, Siti mengangkat kepalanya, mengalihkan sejenak pandangannya dari tumpukan dokumen yang harus ia sortir hari itu juga. "Ya? Ada yang bisa sSya bantu?" Siti berdiri dari duduknya. "Saya ada janji bertemu dengan pimpinan perusahaan di sini, apakah bisa membantu mengantarkan Saya hingga ke ruangannya?" tanya wanita yang berparas blasteran itu. "Oh, sebentar, Nona. Saya tanyakan dulu apakah bapak direktur sudah bisa menerima tamu atau belum." Siti menekan angka 1 yang langsung terhubung ke ponsel Rayhan. Jangan heran, semua ini hasil pekerjaan Rayhan, ia yang menyetel angka 1 pada ponsel Siti agar bisa langsung terhubung dengannya. Siti sendiri mana paham soal begituan, ia hanya tahu cara mengetik sms, pesan wa dan menelpon, fitur lain tidak pernah diingatnya, kecuali untuk ber-swa foto.
Rayhan tertawa lebar begitu melihat Siti yang melesat masuk ke ruangannya padahal dia belum sempat memulai hitungannya. Pria itu langsung masuk ke ruangannya, mengikuti Siti yang kini sudah duduk manis di sofa tamu layaknya seorang yang hendak dimintai pertanggung-jawaban atas sikapnya yang telah menyalahi peraturan perusahaan. "Kenapa tegang begitu? Aku kan belum memulai apa-apa." Rayhan mulai kumat kejahilannya. Tegang? Siapa yang tegang? Sikap begini ini memang sikap seorang karyawan yang dipanggil menghadap atasannya, gumam Siti pada dirinya sendiri, dengan mata yang wira-wiri ke sana ke mari, memandang dokumen yang berserakan di atas meja di hadapannya. Ahh, tiba-tiba perasaannya menjadi tidak enak. Lepas dari mulut buaya, masuk ke dalam mulut harimau. Sial benar nasibnya hari ini. Siti mulai menanti-nanti perintah apa yang akan diberikan Rayhan padanya setelah ini. "Apa kau ingin membuatku begadang sampai besok pagi?" tanya Rayhan pada Siti
Akhirnya Siti berhasil menyelesaikan tugas pertamanya,dan kini ia sedang bersiap untuk melanjutkan tugas tambahannya hari itu. Jam sudah menunjukkan pukul 15 lebih 40 menit, waktunya para karyawan bersiap untuk pulang 10 menit lagi. Siti yang merupakan karyawan baru, belum memiliki teman satupun melangkahkan kakinya ke lantai bawah, mencari camilan untuk menemaninya lembur 20 menit lagi. Ketika kakinya berhenti di depan lift yang akan menuju ke lantai 1, ada tangan yang tiba-tiba menepuk pundaknya dari belakang. Siti terlonjak kaget. Pikirannya yang melanglang buana membuat dirinya tidak memperhatikan lingkungan sekitarnya. "Ya amplop, masih muda kok suka melamun. Bahaya! Ntar loe kesambet penunggu gedung ini baru tahu rasa..." terdengar suara cempreng di belakangnya. Siti memutar badannya menghadap asal suara. Ternyata, tepukan tadi berasal dari cewek yang tadi pagi menegurnya dan bersikap sok kenal sok akrab. "Hehehe.." Siti hanya terkekeh.