Semua Bab My Brilliant Doctor: Bab 41 - Bab 50
115 Bab
Chapter 41: Vulnus Schlopetorum
Happy reading ;)------------------"Orang orang brengsek." Vin melipat tangan di dada seraya menatap gedung gedung yang menjulang tinggi mengisi negara Italia. Angin yang berhembus kencang mencoba menenangkan di tengah kekesalan terkait bisnis yang mengharuskan kehadiran sang ayah."Mereka adalah mitra bisnis, kau harus menghormati walau brengsek." Mr Kiel mengikuti arah pandang sang anak."Kau tak perlu bersusah payah untuk datang kesini Dadd, akan membahayakan kesehatan mu," ujar Vin khawatir. Ia melirik sesaat pada pria paruh baya yang entah mengapa kian menua seiring berjalannya waktu.Sedangkan Mr Kiel menepuk bahu sang anak dengan senyum khas. "Maka dari itu, berikan aku cucu. Ku dengar kau menjalin hubungan dengan Tara.""Kau selalu memata mataiku. Ku tebak kali ini Matt yang membocorkan rahasiaku.""Fyodor," ujar sang ayah dengan kekehan kecil."Kau masih kurang dalam menganalisis, tak heran jika mereka menginginkanku
Baca selengkapnya
Chapter 42: Hechting
Happy reading ;) ------------------ Tara terduduk lemah dalam koridor, ia hampir saja kehilangan pria tua itu. Kedua jemarinya memijit pelipis yang terasa kaku. "Aku sudah memesan ayam kesukaanmu Tara," ujar Gabriella yang ikut duduk di samping sahabatnya. "Benar, aku sangat lapar. Namun, Gabriel apa kau akan berprasangka buruk jika hal ini terjadi pada kekasihmu?" tanya wanita itu seraya melipat kedua kaki. "Maksudmu?" "Tunggu." Tara meraih ponsel yang berdering. "Ya, dokter Laura." "Jika kau sudah selesai operasi tolong segera kemari, ada pasien luka tembak yang tak ingin diobati. Ia ingin kau yang menanganinya, tapi peluru itu sempat ku keluarkan," ujar Laura di sebrang telepon. "Apa?!" "Dia bilang, dia calon suamimu, dan dia pergi ke ruang praktikmu sekarang," kekeh Laura. "Baik, aku akan kesana. Terimakasih." Tut. "Ada apa?" tanya Gabriella mengernyit heran. "Mari kita makan
Baca selengkapnya
Chapter 43: Can I Talk With You?
Happy reading ;)-------------------"Tara!" seru Gabriella saat wanita itu datang menyusul sahabatnya di caffe. "Kau menepati janjimu," ujarnya kemudian."Tentu." Tara segera duduk dan melahap potongan ayam panggang yang telah tersedia di sana. "Aku jarang melihatmu dokter Tara." Felix yang membawa minuman kesukaan Tara segera duduk di berdampingan dengan Tara."Aku sibuk Felix, tapi bisakah kau bawakan aku wine?""Wine? Kau tak boleh mabuk di rumah sakit," tolak Felix."Aku tak ada jadwal setelah ini, aku terlalu pusing hari ini." Tara memijit pelipisnya keras."Bawakan saja ia wine, kalau perlu semua wine yang ada di sini berikan padanya," saran Gabriella dengan kekehan kecil. Pria itu menghela nafas dalam kemudian berlalu."Tara, jadi apa yang terjadi?" tanyanya kemudian."Dua luka tembak Mr Kiel, satu pelurunya ada pada Vin.""Apa?!" pekik Gabriella. Tara menghembuskan nafas kasar. Ia menatap sahabatnya denga
Baca selengkapnya
Chapter 44: Please Try To Understand
Happy reading ;)--------------------"Bicaralah.. ." Tara melepas sedikit tali bathrobe sebelum memeriksa luka Vin. Sedetik kemudian ia merutuki diri atas getaran halus akibat walnut yang bertabrakan dengan otot otot di sana."Maafkan aku," lirih Vin lemah. Entah harus mulai dari mana dan apa yang harus ia katakan pun tak akan mengubah keadaannya."Ya." Tara menutup kembali dan mengikat tali bathrobe seperti semula. "Kau tertembak di area yang sama, istirahatlah jangan melakukan hal berat." Wanita itu hendak berdiri. Vin meraih jemari Tara memintanya untuk tetap disana."Kau akan meninggalkanku lagi?" Vin mengerjap canggung. Damn! ini tak bisa di biarkan berlangsung lama jika tak ingin berakhir di rumah sakit jiwa."Apa? Lagi?" Wanita itu menatap Vin dengan kerutan kening dalam. Ia menghembuskan nafas kasar lalu mengalihkan pandangan pada jendela kamar."T-tara.. kau masih marah padaku?""Kau bertanya?""Aku sudah minta
Baca selengkapnya
Chapter 45: Arella?
Happy reading ;)------------------Vin terdiam. "Kau benar," sambungnya. Manik cokelat itu kembali menarik jerat pandang mereka untuk saling beradu."Lantas, apa kau menyanggupinya?" Tara menatap tajam pria yang setia menggenggam jemari nya. Kini Vin mengangguk dengan senyum simpul. Vin tak tahu akan berakhir seperti apa jika ia tak menyanggupi permintaan Tara.Namun dalam janji itu, jelas jelas ia tak dapat konsisten untuk menepati. Vin meraih pinggang Tara memeluk erat. Sedang Tara, jari jarinya terulur menggapai surai Vin yang masih berantakan. Ia dapat merasakan butiran air yang masih menggantung di setiap helai rambutnya.Wanita itu melepas pelukan Vin dan beranjak. Dengan cepat Vin menarik siku hingga Tara berbalik. "Kau mau kemana?" tanyanya panik. Tidak, ia tak ingin Tara pergi, bukankah ia telah berjanji padanya?"Aku akan mengambil handuk," satu garis bibir itu melengkung senyum. Berbeda dengan Vin yang terkekeh bodoh."Ada
Baca selengkapnya
Chapter 46: Full Moon
Happy reading ;)-----------------Tak menjawab pria itu justru melipat bibirnya menahan senyum. "Harus ku tegaskan berapa kali, aku hanya mencintaimu," ujarnya seraya menangkup sisi wajah Tara. Jemari itu mengusapnya lembut."Jika seperti itu, apa ia mantan kekasihmu?" selidik Tara dengan matanya yang memicing tajam. Bukan itu jawaban yang ia inginkan. "Tak perlu di bahas, ia hanya penghiburku saat penat. Akan ku kenalkan padamu nanti."***Ruangan bercat putih khas rumah sakit seolah menatap langkah Nick yang penuh amarah. Ia bahkan tak menghiraukan sapaan dari para perawat yang secara kebetulan berpapasan dengannya.Nick memilih masuk ke dalam ruang praktik dokter. Ia melepas jas putih kebanggaannya lalu melempar kasar ke atas kursi. Nafas yang berderu tak mampu menahan dada yang bergejolak panas.Pikiran dan hatinya terus menerus memutar kebersamaan mantan kekasih dengan pria yang membersamainya saat itu. Ia menatap jalanan perkot
Baca selengkapnya
Chapter 47: I Miss You
Happy reading ;)---------------------Vin menyergap bibir Tara sebelum wanita itu menyetujui pertanyaan Vin. Ia tak sabar dan di rasa tak perlu mendapat jawaban dari Tara. Vin menyesap dalam seolah menyuarakan rindu yang menyiksanya selama satu minggu ini.Sedang jemari Tara bergerak perlahan melilit leher Vin membuat pria itu menyudutkan wanitanya hingga ke arm sofa. Mereka saling memandang memuja saat ciuman itu terjeda."Kau merindukanku?" Tara memainkan dagu Vin dengan jari telunjuk menggoda."Ya, kau tak tahu seberapa tersiksanya selama ini," lirih Vin geram, sementara tangan Vin mencengkram erat head sofa saat walnut itu menangkap bibir Tara yang tergigit nakal."Did you miss me after not seeing me for a seven days?" Satu garis bibir Tara tertarik sinis. Berbeda bagi Vi, pertanyaan itu serupa pancingan diri atas kesalahan karena tak berkabar selama satu minggu ini."Lalu bagaimana denganmu?" Ibu jari dan telunjuk Vin yang menga
Baca selengkapnya
Chapter 48: Quarrel
Happy reading ;)-------------------Vin melirik Tara sesaat sebelum kembali melanjutkan pembicaraannya dengan seseorang di sebrang telepon. Tara berusaha bangkit namun tangan pria itu benar benar menguncinya di sana."Bagaimana keadaannya?" tanya Vin gusar. Tara yang masih setia di posisinya mengerut curiga pada pembicaraan sang kekasih di sebrang telepon. Ia memperhatikan raut Vin yang berubah cemas."Aku akan kesana, setelah melihat kondisi ayahku." Vin menutup telepon dan melemparnya ke sisi sofa."Ada apa?" Tara menatap lekat Vin, ia benar benar tak dapat menebak pembicaraan mereka. Namun melihat raut wajah Vin ia tahu ada hal penting yang mengusiknya."Aku.. aku ingin melihat kondisi ayahku."***Tara akhirnya membawa Vin ke kamar sang ayah yang tak jauh dari kamarnya. Lorong rumah sakit tampak sepi karena jam telah terhentu di angka 01.00 am. Pria itu melilitkan long coat dan berbelok ke arah kanan saat Tara membukakan p
Baca selengkapnya
Chapter 49: Mike Delwyn
Waa seneng banget ada permintaan lebih banyak tiap babnya hihi ;) permintaan di terima! LanjuuuttHappy reading ;)----------------Vin mendesah kasar. Pertanyaan Tara benar benar di luar kendali. Bagaimana bisa kekasihnya berfikir ia akan berkencan? Ia hanya ingin melihat keadaan Emily setelah penugasan yang ia lakukan hari ini.Tatapan tajam Tara tak melunak, wanita itu bahkan kerap bergetar marah. Vin menggaruk pelipisnya dan dengan terpaksa ia menggendong Tara di atas bahunya yang kokoh."Astaga! Kau melakukannya lagi?! Vin turunkan aku!" Tara memukul punggung sang kekasih dengan keras. Namun pria itu justru menepuk bokong Tara memperingati. "Diamlah, semua pasienmu akan terganggu karena suaramu." "Baiklah baiklah, cepat turunkan aku jika tidak aku akan membunuhmu," desis Emily tepat di balik telinga prianya.Vin menggeram samar dan memilih mempercepat langkahnya menuju mobil yang telah di siapkan Matt. Beberapa petugas secu
Baca selengkapnya
Chapter 50: Emily Blunt
Happy reading ;)------------------Tara memandang wajah Emily yang terkesan angkuh dan dingin dari balik kaca wastafel. Wanita itu terlihat cantik alami dengan rambut golden blonde menutupi hingga bahu. Namun entah mengapa sifat Emily dan Vin benar benar sama.Tata menempatkan kedua tangan di bawah hand dryer sebelum kembali duduk berhadapan dengan Emily. "Jangan salah paham, aku bukan kekasih Vin." Emily menyingkap selimut yang menutupi sebagian kakinya. Ia berjalan menuju soffa dan menuangkan tequila pada dua gelas kosong.Sedang Tara, ia terdiam lalu mengikuti langkah Emily dan duduk di sampingnya. Ada rasa tak enak hati menyusup dalam hatinya. "Ah, aku hanya... maafkan aku," lirihnya pasrah.Ia pun tidak tahu alasan apa yang tepat untuk membalas ucapan Emily yang faktanya memang benar. Emily terkekeh geli. "Mengapa kau minta maaf? Apa perkataan ku benar? Aku hanya memancing tadi." Ia meneguk tequila hingga tandas. Namun Tara dapat menangkap se
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status