Semua Bab Jessica, Luka yang Terpendam: Bab 41 - Bab 50
62 Bab
Hamil Anak Tommy
Malam harinya Jessica duduk termangu di atas tempat tidurnya. Jam dinding telah menunjukkan pukul sebelas malam, namun gadis itu belum merasa mengantuk. Pikirannya kacau. Teringat olehnya betapa Melani berkeluh-kesah tentang nasibnya yang malang.           “Aku hamil anak Tommy, Sica…,” aku gadis itu setelah puas menangis dalam pelukan Jessica di kafe.           “Sudah kuduga,” sahut Jessica singkat. Namun tak urung dia merasa cemas juga. Bagaimana caranya meminta Tommy bertanggung jawab, ya? pikirnya bingung. Masih segar dalam ingatannya betapa pemuda itu menampar dan mengusir Melani begitu menyadari dirinya telah dijebak untuk berhubungan intim.           “Kalau kau berada dalam posisiku, apa yang akan kau lakukan?” tanya gadis m
Baca selengkapnya
Tangisan Jessica
Jessica lalu menguraikan persyaratan yang dikehendakinya, “Akan kuadopsi anakmu dengan sah secara hukum. Kau tak berhak lagi atas dirinya. Tapi jangan kuatir. Kelak aku pasti akan memberitahunya tentang jati dirinya yang sebenarnya. Sampai waktu itu tiba, tolong jangan dekati dia kecuali atas persetujuanku. Bagaimana?”           “Deal,” jawab gadis di depannya setuju. “Tapi apa yang bisa menjadi jaminan bahwa kau akan menepati ucapanmu?”           “Jaminan? Apa maksudmu?” tanya Jessica tak mengerti.           “Bagaimana kalau setelah aku mempertahankan kandunganku sampai besar ternyata kau berubah pikiran dan tak jadi mengadopsinya?”           
Baca selengkapnya
Keputusan yang Menyedihkan
Moses senang sekali melihat kemunculan Jessica di rumahnya. Langsung dipeluk dan diciuminya gadis itu dengan penuh perasaan. Jessica diam saja tak bereaksi. Pun ketika pria itu mengandeng tangannya untuk memperlihatkan sesuatu. “Aku punya kejutan untukmu,” katanya penuh rahasia.           Diajaknya gadis itu masuk ke dalam kamar utama. Hati Jessica serasa runtuh melihat perubahan pada ruangan tersebut dibandingkan terakhir kali dia melihatnya. Ruangan berukuran empat kali lima meter persegi yang semula berwarna putih polos itu kini dicat biru muda seluruhnya. Dinding bagian atas dihiasi lukisan awan-awan putih yang lembut dan bintang-bintang yang gemerlap. Tampak beberapa malaikat dalam rupa anak-anak kecil bersayap melayang dengan anggunnya. Di bagian langit-langit tampak bulan purnama yang bersinar dengan indahnya.           &ldq
Baca selengkapnya
Menjadi Penolong Tommy
Tuhan, tolong bantu aku melupakan Moses, pintanya dalam hati. Aku sudah memilih Tommy dan akan teguh pada pilihanku sampai akhir….             Ketika ciuman itu berakhir, Tommy tersenyum bahagia. Dia dapat merasakan gadis ini telah memilihnya. Diraihnya jari tangan Jessica yang telah mengenakan cincin berlian pemberiannya. Diciuminya jari-jemari lentik itu lalu disentuhkannya ke pipinya sendiri.           “Sica, mulai sekarang kita tak terpisahkan lagi, ya,” ucapnya lirih. Gadis di depannya tersenyum dan mengangguk. Dia lalu duduk di pangkuan pemuda itu. Mulai sekarang aku akan mendekatkan diriku padamu, Tom, putusnya dalam hati. Akan kuselami perasaanmu padaku sehingga aku bisa mencintaimu kembali seperti dulu. Akan kupersembahkan hatiku ini hanya untukmu….        
Baca selengkapnya
Pertemuan Enam Mata
“Jadi kita nanti ketemu di mana, Sica? Sekitar jam setengah satu siang, ya?”           “Iya. Apa kamu tahu restoran…?” tanya Jessica sembari menyebutkan nama tempat yang dimaksud.          “Aku tahu tempat itu. Tapi biasanya ramai kalau jam makan siang,” sahut Melani kuatir. Ini pembicaraan yang penting dan sensitif. Masa enak membahasnya di tempat yang ada banyak orang? pikir gadis itu cemas. Takut juga kalau nanti ada orang yang mengenalnya mendengar tentang kehamilannya. Mau ditaruh di mana mukanya nanti!           “Tommy sudah memesan tempat VIP di sana. Jadi jangan kuatir ada yang mendengar pembicaraan kita,” tandas Jessica tegas. Dia mengerti masalah yang akan mereka diskusikan ini sensitif sekali, terutama bagi si ibu
Baca selengkapnya
Bertemu Sarah
“Dia membenciku,” kata Melani setelah Tommy sudah tak kelihatan. Gadis itu merasa sedikit  bersalah. Bagaimanapun juga kehamilannya ini adalah akibat perbuatannya sendiri. Meskipun ada unsur campur tangan mendiang Wanda, namun kalau dia tidak setuju melakukannya maka ibunda Tommy itu juga tak kuasa memaksanya.             “Sudahlah, jangan pedulikan Tommy. Sikapnya memang begitu kalau sedang tak senang hati. Tapi percayalah, dia takkan ingkar janji. Sekarang kita makan, yuk,” ajak Jessica ramah. Diisinya piring kosong Melani dengan nasi, lauk, dan sayuran yang terhidang di meja. “Makan yang banyak ya, Mel. Karena sekarang asupanmu untuk dua orang, kan?”             Melani mengangguk. Dia senang diperhatikan seperti ini. “Terima kasih, Sica,” ucapnya tulus. Lalu kedua gadis itu mulai menyantap hidangan dengan lahap.  
Baca selengkapnya
Moses Menghilang
Jessica tak mampu berkata-kata. Hatinya tertusuk oleh kata-kata tajam wanita di depannya. Sarah yang melihat gadis yang disukai Moses itu diam saja akhirnya melanjutkan ucapannya dengan nada lebih lunak, “Aku menguatirkan Moses, Jess. Dua hari ini dia tak bisa kuhubungi. Ponselnya tidak aktif. Kutelepon kantornya juga tak ada yang tahu dia berada di mana. Seakan-akan lenyap ditelan bumi. Padahal aku punya klien penting yang ingin melihat beberapa ruko yang dipasarkannya. Apa kamu tahu nomor ponselnya yang lain?”           Lawan bicaranya tersentak. Moses menghilang? Sejak dua hari yang lalu? Bukankah itu hari terakhir mereka bertemu di rumah barunya? Rumah baru…. Oh, jangan-jangan….           “Setahuku dia tidak punya nomor lain, Sar. Tapi akan kucoba membantumu. Aku akan mencarinya,” jawab Jessica.
Baca selengkapnya
Mencari Moses
Apa mungkin dia stres, ya? pikirnya galau. Tapi Moses kan sudah berpengalaman dalam hal hubungan asmara. Masa sampai frustasi gara-gara aku tidak memilihnya? Lagipula secara status, kami belum resmi berpacaran. Hanya…yah…teman yang sangat dekat dan istimewa….           “Tom, sori aku nggak bisa ikut ke rumahmu. Cape banget badanku ini rasanya. Tolong kamu antar aku pulang aja, ya. Mau istirahat. Nggak apa-apa, kan?”           Tommy menatap Jessica lekat-lekat. Ada sebuah firasat tidak enak yang dirasakannya sejak gadis itu berbicara serius dengan Sarah tadi pagi di depan kantor pengacara. Pun pemuda itu tak berani menanyakan apa yang diperbincangkan sampai kekasihnya itu memintanya menyingkir. Takut gadis yang dicintainya tersebut merasa tersinggung.         
Baca selengkapnya
Don Juan yang Patah Hati
Hatinya ragu-ragu untuk masuk. Ini kamar laksana surga yang disiapkan Moses bagi mereka berdua. Gadis itu menutup mata dan menghela napas panjang. Dikuatkannya hatinya untuk membuka pintu.           Jantungnya berdegup kencang. Lampu kamar  menyala. AC-nya juga. Tercium bau kurang sedap yang campur aduk. Pandangannya lalu beralih pada lantai yang berantakan oleh kantung-kantung kresek, kotak-kotak makanan, dan berkaleng-kaleng bir di sana-sini. Di bagian tengah kamar tampak sesosok tubuh yang tidur meringkuk di atas sebuah kasur lipat berukuran 120x200 cm.           Moses…,  batin Jessica sedih. Dia masih memakai baju yang sama dengan dua hari yang lalu. Gadis itu melepaskan sepatu sandal yang dikenakannya dan diletakkannya di luar kamar. Kemudian dia melangkah masuk dan mendekati Moses. Sambil membungkuk, disentuhnya punggung
Baca selengkapnya
Saling Mencurahkan Isi Hati
Sang gadis ragu-ragu sejenak. Dia akan segera menikah dengan Tommy dalam hitungan minggu. Masa pantas sekarang dia  duduk di pangkuan laki-laki lain?             “Sudahlah, nggak usah mikir macam-macam. Aku nggak akan ngapa-ngapain kamu, kok. Moses yang patah hati cuma ingin berdekatan dengan gadis yang menolak cintanya sebelum dia  pergi meninggalkan kota ini.”             Jessica ternganga. “Apa kamu bilang? Mau pergi ke mana?!” tanyanya histeris. Tiba-tiba ulu hatinya terasa sakit sekali. Separuh jiwanya seakan hilang.             “Nanti kuberitahu,” jawab laki-laki itu penuh teka-teki. “Sekarang ayo duduk sini dan ceritakan semuanya. Aku tahu kamu menyimpan beban yang besar dalam hatimu. Luapkan saja sekarang. Nangis sampai air matamu habis juga nggak apa-apa.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status