All Chapters of My Soulmate From My Heart (Series 2): Chapter 41 - Chapter 50
75 Chapters
BAB : 41
Kiran menyadari kalau sikapnya pada Arland tadi sangatlah berlebihan. Tapi ya mau gimana lagi. Ia cemburu!  Tahu cemburu, kan? Bagi yang jomblo pasti nggak tahu gimana rasanya.Haruskah ia menghubungi Arland untuk meminta maaf atas sikap judesnya tadi? Tidak, ini bukan salahnya. Justru ini adalah kesalahan Arland yang sudah membuatnya cemburu. Tapi sungguh, ia tak tahan harus berlama-lama ngambek sama Arland.Apa yang akan ia katakan pada Arland? Minta maaf, begitukah? Atas apa? Jelas-jelas ini bukanlah kesalahannya.Merebahkan badannya di kasur, kemudian menutupi wajahnya dengan bantal."Arland, maafkan aku. Habisnya kamu sangat menyebalkan. Aku jadi tak tahan ingin berkata judes padamu. Tapi sungguh, aku cemburu karena aku benar-benar mencintaimu,” ujar Kiran bicara sendiri di kamarnya.Setelah berpikir panjang, sepanjang rasa cintanya pada Arland, akhirnya Kiran memutuskan untuk menghubungi laki-laki yang sudah beberapa
Read more
BAB : 42
Saat ini Kiran baru sampai di parkiran area Apartment Arland. Entah kenapa, perasaannya malah tak enak tentang Arland. Ia takut terjadi sesuatu pada kekasihnya itu. Apalagi setelah Tristan juga mengatakan sepertinya Arland tak baik-baik saja. Dari situ ia menjadi tambah khawatir .Sesampainya di depan pintu Apartment milik Arland, Kiran segera memencet bel, tapi nihil. Entah sudah kali keberapa ia lakukan itu, tetap saja tak ada respon oleh Arland dari dalam."Arland, kamu kenapa, sih? Jangan bikin aku panik gini dong!" Kiran sampe gregetan sendiri di depan pintu .Ia yakin Arland ada di dalam. Soalnya Satpam di bawah juga mengatakan Arland ada dan ia juga melihat keberadaan mobilnya Arland di parkiran."Haruskah pintu ini aku dobrak? Kenapa tidak, kalau memang itu yang terbaik."Kiran sudah bersiap mengambil posisi untuk mendobrak pintu. Resikonya hanya dua. Pintu yang hancur atau badannya yang berasa remuk. Tapi ia lebih memili
Read more
BAB : 43
 Kiran saat ini berada di kampus. Tapi, pikirannya malah tak fokus. Ia terus memikirkan keadaan Arland."Ki, lo kenapa, sih? Dari tadi gue liatin, bengong mulu," Dira menghampiri Kiran yang duduk di sebuah kursi taman kampus.''Gue lagi mikirin Arland. Dia lagi sakit.""Oo, gitu. Kalau lo penasaran kenapa nggak disamperin aja. Sebelum lo bener-bener bakal mati penasaran,'' ujar Dira memberi saran."Iya, tapi gue masih ada kelas.”Pada saat itu ponsel Kiran tiba-tiba berdering. Ia mengarahkan pandangannya pada Dira yang berada di sampingnya sambil berucap, "Dari Arland.""Ya dijawab lah, Ki. Masa cuman lo pelototin doang tu ponsel," geram Dira. Kenapa Kiran tiba-tiba jadi bego?"Hallo,""Aku udah didepan kampus, kita jalan, ya.” "Jalan? Tapi ..." Ucapan Kiran terhenti saat Dira memberinya kode agar ia menyetujui. "Iya, aku kesana sekaran
Read more
BAB : 44
"Jadi, dia mutusin Kiran karena sakit?" tanya Ceryl yang sedang bersama dengan Tristan.Tristan mengangguk, kemudian menyeruput minumannya dan kembali berfokus pada gadis yang ada dihadapannya. "Tadi aja aku liat wajahnya pucat banget dan tiba-tiba dia langsung drop.""Benarkah? Trus, gimana keadaannya sekarang? Apa udah baik-baik aja?" tanya Ceryl dengan raut wajah penuh kekhawatiran.Melihat ekspresi Ceryl yang tampak sangat mengkhawatirkan Arland, tentu saja Tristan merasa sedikit cemburu. Tapi, ia sadar. Nama Arland sudah lebih dulu berada di hati Ceryl.Ceryl tiba-tiba menyadari kalau rasa dan ekspressi khawatirnya akan Arland terlalu berlebihan. Apalagi saat bersama Tristan. "Maaf, aku bukan bermaksud ...""Tidak apa-apa," sanggah Tristan.Akhirnya keduanya pun menikmati makan malam dalam suasana yang sedikit hambar. Jus strawbery yang biasanya manis aja, brasa kecut. Dan Ceryl bsa merasakan itu semua dari raut wajah Tristan."T
Read more
BAB : 45
 Kiran saat ini sedang dalam perjalanan pulang ke rumah. Dan benar sekali, sampai detik inipun ia tak bisa melupakan Arland. Walaupun ia sadari kalau hubungannya baru beberapa saat, tapi sosok Arland memang tak bisa dihilangkan dari hidupnya begitu saja.Kiran berdecak. "Gila! Sampai-sampai orang lainpun gue liat berubah jadi dia," ucapnya ketika pandangannya tertuju pada seorang cowok yang berada di taman tepian jalan saat lampu merah menyala.Tapi, pandangannya tak bisa lepas dari sosok itu. Apa ia sudah mulai gila?Kiran melajukan mobilnya saat lampu merah sudah berganti hijau, kemudian berhenti di pinggir jalan. Menggosok kedua matanya dengan tangan. Berharap penglihatannya kembali pulih.Sekali lagi ia mencoba mengarahkan pandangannya ke arah lain. Dan ujung-ujungnya matanya kembali mengarah pada cowok itu."Apa itu benar-benar kamu,” gumamnya lirih.Kiran mulai tak tenang. Ia  segera turun dari mobil untuk memas
Read more
BAB : 46
Hari ini ia ada kelas hingga jam 5 sore. Sungguh melelahkan. Berharap bisa secepatnya menyelesaikan status mahasiswinya di tahun ini. Jadi, ia bisa mencari pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya."Ki, gimana masalah lo sama Arland?" tanya Dira.“Kita udah baikan, kok,""Syukurlah. Tapi, kemaren kenapa sih dia mutusin elo? Lo nggak nanya, gitu?""Nggak. Gue nggak nanya. Kalau saatnya udah tepat, mau nggak mau dia pasti bicara sama gue."Dira manggut-manggut pertanda paham."Ra, jujur aja gue beneran takut kalau dia kenapa-kenapa.”"Coba deh, lo tanya sama temen-temennya. Siapa tau mereka tahu lebih banyak. Sepertinya, dia lebih terbuka sama teman-temannya dari pada orang tuanya,"  jelas Dira memberikan sarannya."Tristan dan Pak Leo," pikir Kiran.Senyuman girang terukir di bibir Dira saat nama Leo disebut. “Kalau lo mau ketemu sama Pak Leo, gue temenin.”“Sayangnya gue memilih un
Read more
BAB : 47
"Maaf, tentang yang kemarin. Sebenarnya, aku hanya tak ingin kamu punya kekasih yang penyakitan. Aku ingin, kamu dapat pendamping yang terbaik, Ki. Dan itu bukan aku," jelas Arland menatap Kiran sendu."Tapi, aku bisa menilai mana orang yang terbaik untukku. Kamu orangnya. Aku nggak perduli kamu sakit sekalipun. Justru, saat itulah aku ingin terus berada di dekatmu," balas Kiran.Arland semakin yakin kalau Kiran memanglah bukan gadis sembarangan. Kebanyakan, gadis lain mungkin akan meninggalkan pasangannya disaat sakit. Tapi, dia tidak."Mulai hari ini, jangan bicarakan tentang itu lagi. Aku akan selalu ada untukmu, kapanpun dan dalam kondisi apapun."Perkataan Kiran diangguki oleh Arland. Kedua matanya mulai terpejam, memasuki alam mimpinya. Ia tertidur masih dengan kedua kaki Kiran sebagai bantalannya.Beberapa menit berselang, ponsel Kiran berdering.'Aduh, nenek lagi. Riject ajalah, daripada entar Arland bangun,' batinnya.
Read more
BAB : 48
 "Arland, Papa sama Mama mau kamu untuk segera menikahi Kiran," terang Alvin.Arland tertegun mendengar permintaan papanya barusan. Sejujurnya ia sangat senang ketika hubungannya dan Kiran didukung sepenuhnya oleh kedua orang tuanya. Hanya saja, untuk menikah ... ada banyak resiko yang harusia pertimbangkan."Maaf, Pa. Aku nggak bias.""Kenapa? Bukannya kalian berdua saling mencintai?" tanya Kim."Ya, Papa sama Mama benar. Tapi, untuk saat ini bukan waktu yang tepat untuk membahas masalah pernikahan. Papa tau, kan, aku sakit. Nggak mungkin aku ngorbanin hidupnya Kiran untuk menikah denganku," terang Arland."Tapi ...”"Aku mau istirahat dulu," timpal Arland sambil berlalu pergi meninggalkan Orang tuanya.Arland memilih untuk tak melangkah lebih jauh untuk hubungannya dan Kiran, karena tak ingin Kiran hidup dengannya yang penyakitan."Lihat, dia tak pernah mendengarkan kita." ---00
Read more
BAB : 49
Terlihat raut dan rona bahagia di wajah Arland dan juga Kiran. Impian keduanya sekarang menjadi nyata, bahkan di luar rencana. Tak ada persiapan yang dilakukan Kiran, apalagi Arland ... yang saat datang saja seolah kaget. Tapi sekarang semua rasa kaget itu sudah berlalu dan dihadapkan pada status dan situasi yang baru.Rasanya benar-benar sulit di percaya, tapi inilah kenyataannya. Yap, status keduanya adalah suami istri."Sumpah, gue ngiri. Nyesek banget dah," ujar Tristan."Kita nikah sekarang aja, yuk," ajak Ceryl dengan wajah sumringah menatap Tristan."No!" jawab Tristan pasti. "Yakali kita nikah sekarang, nebeng di acaranya Arland gitu? Cari waktu yang tepat dululah."Dan lihatlah tampang kecut Ceryl saat mendapatkan jawaban itu dari Tristan."Sekarang kalian berdua udah nikah. Jadi, udah bisa tidur sekamar bareng, udah bisa ciuman," tambah Jeremy."Dasar, otak mesum," balas Sandy. “Lo kalau ngasih koment yang sehat dikit
Read more
BAB : 50
Dira saat ini masih mondar-mandir di parkiraan kampus. Berharap Kiran akan datang. Karena dari semalam ia menghubungi sobatnya itu, tapi ponselnya tak aktif. Begitupun dengan telepon rumahnya, tak ada satupun yang menjawab. Apa semua orang dirumahnya tiba-tiba menghilang atau diculik sama makhluk luar angkasa untuk dijadikan tumbal pesugihan."Ni anak kemana, sih," gumam Dira yang pandangannya terus mengarah ke arah gerbang kampus. Sampai-sampai matanya udah kaya mata ikan asin, melotot dan nggak berkedip.Karena terlalu konsen dan hanya memikirkan Kiran layaknya seorang kekasih, Leo yang berjalan di depannya pun diacuhkan begitu saja bagaikan angin yang berhembus.Terbiasa diganggu dan direcoki oleh manusia sejenis Dira, tentu saja ini jadi hal luar biasa bagi Leo. Hingga rasa penasarannya pun ikut terusik. Tumben sekali dia berada dalam mode waras."Ehem.” Dehem Leo dengan sengaja berdiri dihadapan Dira."Eh, Bapak," balas Dira sambil cenge
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status