All Chapters of Cinta Yang Salah: Chapter 111 - Chapter 120
126 Chapters
Bagaimanapun Juga Dia Adikku
POV Novi. Sepulang kerja aku langsung duduk di sofa ruang tengah, termenung duduk sendiri, seraya mengistirahatkan badan yang terasa begitu lelah, setelah seharian bekerja. Sepi, sunyi, tak ada suara seseorang pun di rumah ini, hanya suara denting jam dinding mengarah ke jam enam petang. Entah kenapa dari siang aku kepikiran tentang Intan, ada apa sebenarnya dengan dia? Semalam aku juga bermimpi bertemu dengan papa. Beliau berpesan agar aku menjaganya. Untuk apa aku menjaga dia? Sedangkan dia sudah merusak kepercayaan, dan mengkhianati aku dengan kejam. Menghancurkan kebahagiaanku, merebut cinta Mas Arkan dariku. Aku tak tahu kabar tentang dia lagi, sudah hampir dua bulan lamanya, kami tidak pernah bertemu, bahkan hilang kontak. Semenjak terakhir kali ia kesini dan kami bertengkar kembali. Sepanjang hari aku kepikiran tentang mimpiku semalam bertemu papa, yang menyuruhku menjaga Intan. Hingga merusak konsentrasi saat aku bekerja, ada apakah de
Read more
Membuka Pintu Maaf
POV Novi "Kania, kira-kira ... apa ya? Yang membuat Intan, melakukan hal bodoh seperti ini?" tanyaku masih dengan hati penasaran.  Mencoba mengubur rasa sakit hati sejenak, karena orang yang sudah menyakiti hatiku pun sedang lemah dan tak berdaya.  "Gak tahu, Mbak. Pas aku sampai di kontrakannya, dia sudah tergeletak di dapur, dengan mulut penuh busa, terus pas aku lihat, di atas meja dekat dispenser, ada gelas kosong. Sepertinya bekas dia minum racun, di campur dengan air. Aku menemukan bungkus kosong di atas meja, samping gelas, tapi aku gak tahu, itu racun apa? Karena kemasannya sudah di buang sama Intan." Ucapan Kania membuat kepalaku berdenyut. Ya Tuhan, kenapa Intan bisa senekat itu? Aku tak habis pikir, dia ingin mengakhiri hidupnya dengan cara seperti itu.  Kuusap kasar wajah serta rambut ini, ingin sekali memaki Intan, rasanya aku ingin menampar dia saat ini juga. Dia begitu lemah dan bodoh, menghadapi hidup. "I
Read more
Hinaan Dari Mas Arkan
Pukul sembilan pagi, Kania berpamitan pulang sebentar, untuk mengganti pakaiannya, setelah kami menghabiskan sarapan bubur ayam yang dibelikannya tadi. Sepeninggalnya Kania aku duduk di kursi samping tempat tidur Intan, kutatap wajahnya yang tadi pucat seakan tak ada darah yang mengalir di tubuhnya. Tapi, kini kondisinya sudah agak membaik dan bibirnya tak sepucat tadi. Tak kupungkiri rasa cemas sempat menggelayuti pikiranku, karena bagaimanapun juga aku masih sayang pada Intan, meskipun dia sudah berbuat kesalahan yang fatal. "Tan, andai kamu tahu, bagaimana perasaan kakak? Hati kakak begitu terluka, melihat keadaanmu. Sebenarnya apa sih yang bikin kamu begini? Meskipun kamu sudah menyakiti kakak, tapi, kakak gak tega melihatmu tak berdaya dengan kondisi yang memprihatinkan seperti ini," ucapku seraya menggenggam tangannya, menatap khawatir. Air mataku meleleh melihat ia masih terbaring lemas di atas brankar,  hingga jam setengah sepuluh pa
Read more
Aku Benci!
POV Intan."Oh, jadi Mas hanya ingin memastikan bahwa aku ini belum mati?!" ucapku dengan tatapan kesal."Hm, ya ... bisa dikatakan begitu." Mas Arkan tersenyum tipis seraya melirikku dengan sudut matanya. Aku begitu jijik melihat wajahnya, wajah yang dulu selalu menyejukkan hati ini, senyum yang dulu selalu ia berikan dengan ketulusan, tapi, kini Mas Arkan sudah berubah drastis, ia berbeda dengan Mas Arkan yang aku kenal dulu. Kania mengusap punggung tanganku agar aku tak terbawa emosi, "Sabar, Tan" lirih Kania menatap mataku dan mengangguk. "Gak! Bisa Kan." Ku genggam tangan Kania seraya menunduk. Hati ini sudah terlanjur sakit dengan cara Mas Arkan, aku menegakkan tubuh sekuat tenaga, menatap ia yang berjalan ke arahku."Mas, pergi kamu dari sini! Aku gak mau lihat pria pecundang seperti kamu!" teriakku seraya menahan amarah diiringi isak tangis."Maafkan, Mas ya, Mas sudah menyakitimu." Mas Arkan duduk di tepi ra
Read more
Intan Histeris
POV Novi.Mas Arkan masuk ke ruang rawat Intan. Tak lama Kania pun keluar, wajahnya merengut bibirnya komat Kamit, sepertinya dia sedang menggerutu."Kan, kok keluar? Terus Intan ditinggal berdua sama Mas Arkan?" tanyaku seraya bangkit dari duduk dan menghampiri dia yang juga berjalan ke arahku."Tuh, mantanmu Mbak, ngusir aku seenaknya saja. Gak tau mau ngomong apa kali, sama Intan?" jawab Kania dengan nada kesal."Jangan ngomel-ngomel, kita bicaranya sambil duduk, yuk!" seruku padanya, kami berdua duduk di kursi depan ruangan rawat inap.Ada rasa cemas di hati ini meninggalkan Intan dengan Mas Arkan, bukan karena aku cemburu, tapi, Mas Arkan yang sekarang sangat jauh berbeda, sikapnya padaku dan Intan seperti melihat sampah tak berguna, 'menyepelekan'."Mbak, kok Mas Arkan gak seperti dulu ya,""Maksud kamu?" tanyaku mengernyitkan dahi."Ya, gitu deh. Beda aja, aku khawatir terjadi sesuatu pada Intan, Mas Arkan begitu angkuh,
Read more
Penyebab Depresi Intan
POV Novi."Kamu kenapa, Intan? Apa yang terjadi sebenarnya, Mas Arkan bicara apa sama kamu?" tanyaku seraya mendekapnya, tanganku terus mengusap punggungnya agar dia sedikit lebih tenang.Ia menangis terisak menyembunyikan wajahnya ke dalam pelukanku, "Kakak, Mas Arkan jahat!" ucapnya lirih. Aku mengangguk, "Iya, dia jahat. Kamu lupakan dia, ya! Kita bersama-sama lalui hidup ini, dengan membuka lembaran baru, kamu mau, kan?" rajukku sambil mengangkat wajahnya dari dekapan, dan menangkup kedua rahang pipinya, menatap ke dalam matanya yang di penuhi genangan bening di sana. Sebagai seorang kakak hatiku ikut terluka melihat dia seperti ini."Kakak, maafkan aku! Aku terlalu bodoh dan egois, sehingga membuat kehidupan keluarga kita hancur berantakan, aku telah mengesampingkan kesetiaan pada suami, dan sudah menabur racun dalam rumah tangga kakak, dan aku sekarang." Intan menjeda ucapannya menyeka air mata seraya menarik napas berat, "Sekarang aku hancur
Read more
Berkunjung ke Rumah Mertua
Setelah aku mengetuk pintu, dan di bukakan oleh seorang wanita paruh baya mengenakan blouse warna putih tulang motif bunga sepatu, di padukan dengan celana legging jeans warna hitam. Rambut hitamnya diGelung simpul, senyumnya merekah saat melihat aku berdiri di depan pintu berhadapan dengannya."Novi … ibu kangen Nak. Ayo masuk!" ucapnya ramah, ia memeluk serta mengusap punggungku."Iya Bu, aku juga kangen sama ibu, makanya aku kesini." Kami saling melepas pelukan, dan berdiri berhadapan dengan tangan saling bertautan. "Ibu senang, ternyata kamu mau datang ke rumah ini, dan ibu sangat bahagia bertemu denganmu lagi." Ia merengkuh pundakku mengiringku ke dalam rumah."Bagaimana kabarmu, Nak?" tanyanya lembut."Aku baik-baik saja, Bu. Lalu, ibu sendiri?""Seperti yang kamu lihat. Kemarin sih, ibu sempat masuk rumah sakit, lah ... gara-gara Arkan," ucapnya mendesah pelan, "Yuk, kita ngobrolnya sambil duduk!" lanjutnya saat kami suda
Read more
Bertemu Mantan
"Jangan serakah, Arkan! Milik orang lain, ya, harus dikembalikan kepada yang berhak!" ucap pak Broto seraya bangkit dan berdiri di hadapan putranya. "Ayah, selama ini aku yang kerja keras. Seenaknya saja kita harus memberikan setengah saham kepada Novi, berikut dengan laba. Yah, sudah cukup banyak, harta gono-gini yang aku berikan pada Novi juga," protes Mas Arkan tak terima dengan keputusan ayahnya, yang tak bisa di bantah."Terserah kamu, yang penting ayah kembalikan semua milik pak Bram, karena kamu sudah bukan suami Novi lagi. Jadi, kita hanya mengelola yang kita miliki saja," terang pak Broto tegas, kemudian ia kembali duduk. Mas Arkan mendengus kesal lalu ia pun duduk di sofa dengan gerakan kasar, tak jauh dari ibunya. Bu Aini hanya menggeleng melihat sikap Mas Arkan yang kekanak-kanakan. "Tapi, Yah. Aku yang capek, aku juga yang kerja, kenapa harus Novi yang menikmati hasilnya?" sergah Mas Arkan bersikeras menunjuk jarinya ke arah dada. 
Read more
Pemulihan Intan
"Arkan, apa-apaan sih, kamu? Bisa-bisanya kau berbuat kasar, pada Novi!" hardik pak Broto seraya melepaskan cengkraman tangan Mas Arkan dari leherku. Aku terbatuk-batuk sambil mengusap leher yang terasa nyeri bekas cengkraman tangan mantan suamiku.  "Yah, Novi benar-benar membuatku kesal! Dia menyalahkan aku, atas semua yang terjadi dalam hidupnya juga Intan," ucap Mas Arkan membela diri.  Aku hanya terdiam di dekat tembok kamar Mas Arkan, seraya mengatur nafas yang masih terasa sesak.  "Arkan, sadar! Apa yang sudah Novi katakan tentang kamu itu memang iya. Kelakukan kamu semakin kesini semakin tidak benar. Apa kamu sudah lupa dengan semua kesalahanmu? dulu kamu menggauli Intan di saat Novi sedang bertugas ke luar kota bersama Anton, kamu rusak rumah tangga adik iparmu, kamu runtuhkan rumah tanggamu sendiri. Dan sekarang kau buat jiwa Intan terguncang!" ucap pak Broto lugas, ia memang sangat tidak suka dengan kelakuan anak sulungnya.
Read more
Tunggu Pembalasanku
POV Intan. Hidupku kini merasa lebih baik, hubunganku dengan kak Novi juga sudah kembali seperti semula, tapi, aku merasa hampa. Sekarang Mas Arkan sudah menikah dengan orang lain, orang yang selama ini ku percaya dan sangat aku cintai, dia tega mencampakkanku begitu saja. Seperti janjiku pada Kania dan kak Novi, aku harus melupakan Mas Arkan, dan bangkit, memulai hidup yang baru, tapi aku ingin membalaskan rasa sakit hatiku pada Mas Arkan, entah  bagaimana caranya? Nanti aku pikirkan, aku benar-benar merasa sakit hati dan tak terima dengan keputusan lelaki itu yang meninggalkan aku tanpa perasaan. "Tan, kok melamun?" tanya kak Novi saat kami sedang makan siang di restoran, bersama Kania juga mamanya. "Iya, Tan, dari tadi kami perhatikan kamu bengong, ada apa sih?" timpal Tante Rika mamanya Kania. Sekarang sikapnya lebih ramah padaku tak seperti waktu itu,  mungkin karena kak Novi menanamkan modal di usahanya, dan dia mer
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status