Semua Bab Sebatas PERMAINAN Pacarku: Bab 31 - Bab 40
85 Bab
31. Kekecewaan
#Sebatas_PERMAINAN_Pacarku 31. Kekecewaan  "Kekecewaan yang sesungguhnya adalah di mana, mereka yang sudah dianggap sebagai keluarga tak pernah menanamkan sebuah kepercayaan." *** "Ay, ayo bangun kita sudah sampai." Samar Ayana mendengar suara sang mama yang menyuguhkan untuk segera bangun. Tak lupa tepukan kecil di pipinya membuat nyawanya lebih cepat terkumpul. Dia mengerjap lalu menguap lebar. Membuat Erin yang melihat kelakuan sang putri hanya menggelengkan kepalanya. Ayana menatap ke luar jendela, benar saja rumah sang oma nampak berdiri dengan gagah di depannya. Rumah dengan dua lantai dan juga besar itu masih tetap sama. Cat berwarna putih dipadukan dengan hitam dan juga pohon rambutan kesayangan Ayana pun masih berdiri di sana. Ayana dengan semangat langsung keluar bersama dengan sang mama.  "Oma! Ayana datang!" teriak gadis itu ketika memasuki pint
Baca selengkapnya
32. Penghibur
#Sebatas_PERMAINAN_Pacarku 32. Penghibur  "Kamu datang di saat aku bersedih, menghiburku, lalu menguatkanku. Seakan kamu tahu apa yang sebenarnya terjadi padaku."_Ayana_ *** Ayana berlari tak tahu arah. Dia hanya mengikuti kemana kedua kakinya melangkah. Isak tangisnya berlangsung sirna. Kini, hanya terlihat bekas air mata yang berada di pipi gadis itu. Cukup lama berjalan, gadis itu memilih duduk di sebuah taman yang tak sengaja dia lalui. Taman itu sangat teduh dan juga cukup ramai. Kebanyakan adalah anak-anak kecil yang bermain dengan kedua orang tuanya. Tetapi, ada juga beberapa remaja yang berlalu-lalang. Ayana memejamkan kedua matanya. Menghirup banyak-banyak oksigen. Lalu, mengembuskannya perlahan. Kelopak matanya terbuka ketika merasakan sinar mentari tidak menerpa wajahnya lagi. Bibirnya terkantup rapat ketika menyadari siapa yang kini berdiri di depannya.  "Ka
Baca selengkapnya
33. Teror
#Sebatas_PERMAINAN_Pacarku 33. Teror "Menjadi orang baik saja sudah memiliki musuh, bagaimana jadinya seorang manusia yang jahat?" *** Ayana menoleh ketika mendengar suara jendela kamarnya di ketuk. Merasa tidak ada seseorang di luar sana, gadis itu kembali fokus dengan buku-buku pelajarannya. Namun, suara ketukan itu kembali terdengar. Dia berpikir sejenak, siapa yang malam-malam begini datang dan mengetuk rumahnya. Ataukah itu seseorang yang dia kenali? Dengan rasa penasaran dia pun menyibak gorden. Menatap ke sekeliling, tidak ada orang. Mengembuskan napas panjang, menutup kedua matanya. Sepertinya itu adalah efek lelah. Pikir Ayana saat itu. Namun, betapa terkejutnya ketika dia membuka matanya, sosok dengan topeng menyeramkan dan hoodie hitam berdiri di balik jendelanya. Ketakutan Ayana tidak sampai di situ saja, ketika tanpa sengaja ekor matanya melihat benda mengkilap yang berada di tangan kanan sosok
Baca selengkapnya
34. Mentari Untuk Langit
#Sebatas_PERMAINAN_Pacarku 34. Mentari Untuk Langit  "Gue tahu, gue penuh dengan kegelapan. Maka dari itu, gue minta lo jadi sang mentari yang menerangi gue."_Marsel  "Jika aku menjadi sang mentari? Lalu, bisakah Kakak menjadi sang langit yang selalu ada di samping mentari walaupun mentari itu tertutup oleh awan hitam?"_Ayana  *** Kini kondisi Ayana mulai membaik. Gadis itu tidak lagi terisak. Hanya sesekali gadis itu menarik ingusnya yang tiap kali akan menetes. Membuat Marsel terkekeh karena tingkah gadis itu. Keheningan mereka sirna ketika seorang anak kecil menawarkan jual dagangnya. Ayana yang tak tega pun mulai memilih makanan dan minuman yang hendak dia beli. Tetapi, suara Marsel membuat gerakan tangannya terhenti tergantikan dengan menatap kakak kelasnya itu dengan penuh arti.  "Berapa semuanya?"  
Baca selengkapnya
35. Kembali
#Sebatas_PERMAINAN_Pacarku 35. Kembali  Kabar mengenai kembalinya Ayana dan Marsel langsung tersebar luas. Apalagi kini, Marsel tengah membukakan pintu mobilnya untuk Ayana. Sedangkan, Ayana tampak memerah menahan malu. Ayolah, Marsel terlalu berlebihan. Tadi pagi, dia dikejutkan dengan kedatangan Marsel dengan mobil mewahnya yang sudah berada di depan rumahnya. Membuat para tetangga keluar, penasaran dengan sang pemilik mobil mewah itu. Sedangkan Erin hanya tersenyum saja. Jika bahagia, maka dia juga akan bahagia. Ayana tersadar dari lamunannya ketika Marsel menggenggam erat tangan kanannya lalu, menuntunnya untuk pergi ke kelasnya.  Bukan seperti biasanya, tidak ada bisikan hanya ada tatapan yang Ayana dapatkan. Suasana hening itu, membuat langkah kaki sepasang kekasih itu tampak terdengar nyaring. Marsel dengan senang hati mengantar sang pacar hingga sampai di kelas.  "Belajar yang rajin-ra
Baca selengkapnya
36. Sesak
#Sebatas_PERMAINAN_Pacarku 36. Sesak "Salahkah gue bila ingin menjaga dua hati perempuan yang gue sayangi setelah ibu?"_Marsel  "Gue sayang lo, tidak bisakah lo buat nengok ke belakang. Lihat! Gue setia nunggu lo."_Vanya  "Aku tidak tahu takdir yang ditentukan oleh Tuhan kepadaku, tetapi salahkah aku mencoba untuk menentukan takdirku sendiri?"_Ayana  *** Marsel terus melangkah mencari sosok sahabat masa kecilnya dan juga perempuan yang dia sayangi setelah ibunya. Napasnya naik-turun dikarenakan terus saja berlari sejak tadi. Dia terdiam, di mana kiranya tempat Vanya yang selalu dia datangi untuk merenung. Jika Ayana selalu lari ke taman belakang, Vanya akan pergi ke ... rooftop! Bodoh! Kenapa dia tidak mengingatnya sejak tadi! Dengan langkah lebar dia melangkah menuju ke rooftop sekolah. Benar saja! Gadis yang dia cari tengah be
Baca selengkapnya
37. Ajaran Sesat Marsel
#Sebatas_PERMAINAN_Pacarku 37. Ajaran Sesat Marsel  "Hidup itu tak selamanya serius, bercanda pun diperlukan agar otak lo gak mendidih terus meledak!" _Marsel  *** "Kak Mars!" Marsel yang dipanggil pun menatap ke arah tangga, di mana sang adik perempuannya tengah berlari menuruni ajak tangga seraya membawa buku dan juga pensil di tangan kanannya. Marsel yang tahu apa yang akan dilakukan sang adik, diam-diam ingin mencoba kabur tetapi suara Hera yang menggelegar membuatnya berhenti seraya menyengir.  "Mau ke mana, Marsel?" tanya Hera dengan tatapan tajamnya.  "Anu, Bun. Marsel kebelet," dustanya. Hera berkacak pinggang. Dia tahu bahwa putranya itu tengah berbohong dengannya. Dengan keras dia menarik hidung sang putra membuat Marsel menjerit kesakitan.  "Ajarin adikmu, Bang!" tegas Hera tak
Baca selengkapnya
38. Penjagaan Ketat
#Sebatas_PERMAINAN_Pacarku38. Penjagaan Ketat "Kamu itu sumber kebahagiaanku, sekaligus alasan aku meneteskan air mata."_Ayana:)  *** Seperti yang dijanjikan Marsel semalam, kini cowok itu siap untuk menuju ke rumah sang kekasih. Pipi kanannya sudah berwarna ungu karena hadiah dari sang ayah. Tadi pagi, Putra yang melihat putranya turun dari tangga langsung memberikan sebuah bogeman mentah kepada Marsel. Hera yang melihat itu sontak menutup mata Ila. Tentu saja hadiah itu karena dia mengajarkan Ila dengan seenak jidat. Putra yang melihat putranya terbaring di atas lantai seraya meringis pun puas. Menepuk-nepukkan kedua tangannya dan kembali melakukan sarapannya yang tertunda.  Tidak terasa kini, Marsel sudah sampai di depan rumah Ayana. Dia mengetuk pintu dan langsung mendapati gadisnya. Baru saja dia mengulas senyum dan hendak menyapa gadisnya, dia malah mendapatkan sembura
Baca selengkapnya
39. Calon Mantu Keluarga Saputra
#Sebatas_PERMAINAN_Pacarku 39. Calon Mantu Keluarga Saputra  "Kamu memang memiliki sejuta cara untuk membuatku tersenyum. Lantas, salahkah aku bila terus mengharapkan kamu menjadi sosok pendamping masa depanku?"_Ayana_ *** "Pulangnya jangan malam-malam," peringat Erin yang langsung dihadiahi hormat oleh Marsel. Membuat Erin tersenyum lalu, mengelus lembut pucuk kepala cowok itu. Ayana mencium punggung tangan sang mama diikuti oleh Marsel. Kini, keduanya menaiki motor milik Marsel. Ayana hanya diam, menikmati angin sore yang membelai wajahnya. Marsel pun hanya tersenyum, tidak mau mengganggu ketenangan gadisnya. Dengan kecepatan rata-rata dia membawa sepeda motornya menuju ke mansion keluarganya. Membuat Ayana yang tersadar pun meremas ujung jaket yang Marsel gunakan. Marsel paham bahwa gadisnya tengah gugup sekarang. Dengan lembut dia menggenggam tangan kanan Ayana, menatapn
Baca selengkapnya
40. Menjauh atau Mati
#Sebatas_PERMAINAN_Pacarku 40. Menjauh atau Mati  "Kenapa seakan dunia tak menginginkan kita untuk bersama?"_Ayana "Bukan dunia yang tak menginginkannya, hanya saja banyak orang yang iri dengan apa yang kita lakukan."_Marsel  *** Di bawah sinar rembulan purnama, Ayana melangkah menyusuri jalan dengan mendengarkan musik melalui earphone. Dia baru saja pulang dari kafe tempatnya bekerja. Marsel tidak bisa menjemputnya karena ada urusan. Ayana tak marah, sungguh. Dia malah senang berjalan kaki seperti ini, sudah lama dia tidak berjalan-jalan menikmati angin yang menyapu dengan tenangnya. Langkahnya terhenti ketika merasa ada seseorang yang mengikutinya. Dia menatap ke belakang, kosong. Mengedarkan pandangan, shit! Kenapa jalan yang dia lewati sangat sepi? Biasanya akan banyak pedagang berjejer rapi. Tapi, sekarang? Merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, dia
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234569
DMCA.com Protection Status