Fyuh~ Setelah maraton bablas udah update berapa bab ini ya :') Maaf karena selalu lambat update dan bikin kalian yang (mungkin) baca jadi bosen nunggu. Terima kasih yang masih bertahan sampai sini dan please leave your thoughts and do comment on the comment section ya :')) Love, Joy— eh, Laraurora maksudnya hehe
Begitu dia sampai, hal pertama yang dia lakukan adalah tidur. Ya, Clara memilih tertidur di hotelnya dengan lampu cukup remang karena sejujurnya dia tidak punya tenaga untuk melakukan apapun seperti yang sudah direncanakan. Badan dan… hatinya sudah hancur, remuk tak bersisa. Semuanya sakit. Siangnya, Clara terbangun karena alarm yang memang tadi dia pasang agar dirinya tidak terbablas ketiduran sampai sore. Setelah selesai mandi dan rapi, Clara memutuskan untuk makan siang di salah satu kafe kecil di Braga. Berbekal sling bag kecil, sepatu sneakers dan semangat yang perlahan mulai dia rasakan, Clara pergi menuju jalan Braga menggunakan taksi online. Tak banyak yang berubah menurutnya. Bangunan antik dengan struktur yang menurutnya unik, Clara suka itu. Setelah makan di Braga Permai dengan burger yang cukup besar dan membuatnya kesulitan menghabiskan sendiri. Clara kembali membuka list tempat yang sempat dia cari ketika sedang di dalam travel bus. Tujuan Clara selanjutnya adala
Ini yang Joy takutkan sedari awal. Well, mungkin bukan dari awal tetapi disaat hatinya mulai goyah dan merasakan hal yang berbeda ketika bersama Clara. Dari awal beberapa teman dekatnya sudah mewanti-wanti untuk tidak melakukan dare gila yang Alvin dan Devina usulkan. Namun egonya yang mereka sentil tidak terima akan hal itu. Disaat Clara menghilang beberapa hari terakhir, sebenarnya Joy sudah mengetahui di mana sang kekasih tapi dia menahan diri karena dia sudah siap dengan konsekuensi dari tindakannya yang brengsek. Dia sudah siap saat Clara memutuskan untuk menghilang dari hidupnya. Disaat harapannya sudah hampir pupus, gadis yang sudah berhasil mencuri hatinya itu muncul tepat di depannya pukul 3 pagi dan Joy benar-benar menertawakan dirinya atas apa yang sudah dia tunjukkan. Performa yang sangat baik dia lakukan agar terkesan natural. Dia sama sekali bingung mana yang realita dan mana yang palsu, saking banyak dan sering kebohongannya menumpuk seiring berjalannya waktu. Di
Beberapa hari yang lalu saat mereka baru saja tiba di depan rumah Clara pukul sembilan malam sehabis pulang dari kantor seperti biasanya, tiba-tiba saja Joy melontarkan satu pernyataan yang membuatnya syok bukan main sampai-sampai dia kehilangan kemampuan untuk berbicara dan berpikir. "A-apa kamu bilang?" Pria itu tersenyum tipis, membuat lesung pipinya sedikit terlihat. "Minggu ini aku mau ke rumah orang tua kamu dengan bawa sekalian orangtua aku, Ra. I really want to make it official by asking you formally to your parents." "Kamu gila?" Clara memegang pipinya yang memanas. "Kamu serius?!" Tanya Clara sedikit histeris. Saat Joy mengangguk antusias, perempuan itu pun menghantukkan kepalanya ke dashboard mobil sedikit keras dan menghela napas panjang, batinnya gelisah. Keningnya yang sedikit sakit akibat ulah bodohnya, diusap pelan oleh kekasihnya. "Loh, kok kamu kaget, yang? Katanya kamu nggak mau pisah sama aku. Diajak nikah beneran, malah panik." Pria itu terkekeh. Lalu pucuk
2004 - SD Kelas 3, Lorong Kelas "Lala." Clara menoleh saat sahabatnya sejak kelas 1 itu memanggilnya. Aline yang cadel, tidak bisa memanggil nama Clara dengan benar. "Ada apa?" "Liat deh, masa di depan anak kelas 3C tawuran di lorong itu loh!" Kelas 3E adalah kelas Clara dan Aline yang berada di paling pojok, bentuk sekolahnya seperti letter L sehingga, menjadi jelas yang paling ujung dan ditikungan hurup L tersebut dapat memberikan akses kepada kelas mereka untuk melihat kericuhan dan kegaduhan yang dilakukan teman seangkatannya. Dengan malas, ia pun beranjak mengikuti Aline yang sudah berlari terlebih dahulu ke depan pintu kelas. "Tabok dia! Pukul!" "Lempar sarungnya woy!" "Gebukin Rendra!" "Puter sarungnya, Joy!" Begitulah seruan dari anak laki-laki dari Kelas 3A sampe 3D. Mereka semua saling tertawa tapi tetap "mengadu" kekuatan antar kelas. Kejadian ini baru sekali dua
2020—Saat iniTing.BUKBER AKBAR ANGKATAN 2 SD Al-Ikhlas BogorClara mengernyit saat tiba-tiba ada notifikasi masuk di layar ponselnya. Ya, entah dari mana salah satu temannya mendapatkan nomornya dan ia dimasukkan ke dalam grup buka bersama tersebut yang berisikan lebih dari 50 orang. Ia mencuriga Ghifary atau Ica—sahabatnya yang kebetulan satu sekolah dengannya—andil dalam hal tersebut.Ting.Ting.TingGetaran ponselnya semakin lama semakin mengganggu konsentrasinya dalam bekerja. Siang ini memang cukup terik walau dia berada di dalam gedung yang full AC tapi hawa panas yang menembus dari jendela kantornya yang langsung mengarah ke tempat duduknya tak bisa ia acuhkan."Apasih." Gerutunya sambil membuka grup tersebut. Ia mendapati beberapa temannya me-mention dirinya.Dio: Nina ikut nggak?Laras: Geng-an gue ikut semua! @Rista, @Kama, @Lira s
Berkat empat chat dari lelaki itu, ia telat bangun dan setengah jam telat ke kantornya. Untung saja dengan alasan klasik sejuta umat. Sakit. "Saya agak kurang enak badan, Pak. Tadi pagi saya diare. Makanya telat sampai. Maaf ya Pak, saya telat." Atasannya mengangguk mengerti. Kebetulan juga saking buru-burunya, ia lupa memoles lipstick, jadinya ia pucat alami. Dalam hati ia tertawa sedikit, agak terhibur dengan kejadian ini. 2 tahun bekerja disini, baru 2 kali ia telat selama ini. Pertama karena ada gangguan di kereta yang ia tumpangi saat itu dan yang kedua,well, karena orang itu. Setelah menaruh tas di meja kerjanya, ia segera pergi ke toilet untuk memoles bibirnya. *** Pukul setengah tujuh malam dan Clara baru keluar dari kantornya. Untungnya tadi ada beberapa teman kerjanya yang masih berada di dalam kantor dan memang memesan makanan cepat saji untuk berbuka cukup banyak, jadinya dengan baiknya temannya itu be
Ardhito Pramono - First Love (Cover) playing~Malam ini Clara ditemani oleh Ardhito Pramono yang meng-cover lagunya Nikka Costa dengan judul First Love yang sengaja ia putar non-stop. Kalau kata Ica—sahabatnya, lagu ini adalah lagu kebangsaannya Clara karena sangat dia banget deh.Dengan tatapan lurus ke langit-langit kamarnya yang dipenuhi bintang, tangan kanan berada di atas dadanya—tepat diatas jantungnya yang berdetak tak karuan, dan tangan kiri yang sedari tadi sibuk menghapus airmata yang tidak deras, namun tak berhenti-henti juga turun dari sudut matanya.Hanya ada satu akar kata dari banyak kata yang ingin ia ungkapan namun terlalu kelu untuk disuarakan.Kenapa.Kenapa baru sekarang?Kenapa ia belum bisa move on?Kenapa ia masih terjebak di masa lalu yang kelabu?Kenapa lelaki yang namanya terlarang ia sebutkan itu. . . datang semena-menanya disa
Menghubunginya hampir rutin selama dua hari terakhir. Bertemu juga sudah dua kali. Makan malam juga yang kata lelaki itu sebagai ajang reuni tapi hanya untuk mereka berdua dan untuk pertama kalinya, Clara merasa ada sesuatu yang berbeda. Bukan. Bukan tentang perasaannya tapi mengenai tindak tanduk Joy.Belasan tahun lamanya Clara hanya bisa melihat Joy dari kejauhan dan dekat lewat sosial media yang bisa ia lihat hampir setiap hari—dulu ya, ketika ia masih dibangku SMA namun seiring berjalannya waktu, penuh dengan kesibukan kuliah dan sekarang saat ia sudah bekerja, kelakuannya yang kekanak-kanakan tersebut pun perlahan menghilang."Kenapa ngeliatin aku? Ganteng ya?"Tersadar, Clara cepat-cepat menggeleng lalu mengambil gelas berisi es jeruk dan segera menenggaknya sampai tandas. Lu nggak ada manis-manisnya banget ya, Ra,sungutnya dalam hati."Geer banget."Joy tersenyum mengejek. "Ah masa sih? Bukannya dari dulu kamu suka sama