All Chapters of The Devil's Mistress: Chapter 121 - Chapter 130
145 Chapters
She's Gone Without Trace
Betapa berita mengenai kehilangan Milly dengan cepat meluas dan menyebar di hampir seluruh komunitas para makhluk unik dan ‘non-manusia’.Virgo yang mendapat laporan dari Rosco segera terbang dari pulau pribadi Jetro menuju Bandung. Dalam waktu singkat, Virgo mengadakan pertemuan dengan semua makhluk yang ada dalam jaringannya.Ruang pertemuan yang diadakan dihadiri oleh hampir lima puluh lebih makhluk yang berada di bawah komando Jetro dan Virgo. Ben juga Rosco menyambut satu persatu dengan hangat.Bertempat di ruang pertemuan restoran Rosco yang ada di jalan utama Setia Budi, semua mobil mewah parkir teratur. Beberapa dari mereka mengenakan pakaian rapi dan juga mahal.Ben menutup pintu saat tamu terakhir masuk. Rosco memberi isyarat pada Virgo untuk memulai pertemuan malam itu. Virgo bangkit dari tempatnya duduk lalu menebarkan pandangan ke sekeliling.“Terima kasih atas kehadiran kalian malam ini. Tidak kusangka, kesetia
Read more
Body Folded
 Milly membuka mata dan seketika kegelapan menyelimuti. Kepalanya berdenyut sakit dan dirinya juga merasakan pundaknya pegal.Dengan konsentrasi penuh, Milly mencoba mengumpulkan kesadarannya. Hal pertama yang ia sadari adalah dirinya sedang duduk di kursi dengan tangan dan kaki terikat kuat. Dari sensasi lengket yang terasa perih di tangannya, Milly menduga ikatan tersebut menggunakan lakban.Sesekali Milly meringis. Bulu rambut tangan dan kakinya seperti tertarik dan itu menimbulkan rasa perih juga nyeri.Belum lagi pegal di punggung serta pundaknya.Tidak peduli berapa kali Milly mengerjapkan mata, semua tampak buram dan remang-remang.‘Di mana aku? Kenapa mataku jadi buram begini?’ batin Milly dengan gelisah.Sekuat tenaga dia berusaha melepaskan ikatan tersebut, ternyata hanya membuat kulitnya terasa perih.Apa saja yang ia lewatkan? Milly belum mampu mengumpulkan kenangan terakhirnya. Kakinya terasa keba
Read more
Every Scar is a Lesson 1
Joya meneguk botol vodkanya dan mengecap puas. Wanita itu melirik Milly dan memicingkan mata.“Aku belum memperkenalkan diri. Betapa kurang sopan sekali,” ucap Joya dengan suara pelan namun jernih.“Namaku Joya dan aku adalah sulung dari dua belas bersaudara keturunan dari Bhawani. Nenek moyangku adalah dari Kashmir. Aku dan kedua belas adikku lahir di Indonesia pada abad ke-18. Waktu yang sangat lama untuk hidup bukan?” Joya mengalihkan pandangannya.“Akan kututurkan kisah yang harus kau ketahui siapa dua pria yang kau kenal selama ini. Aku suka sekali mendongengkan kisah menarik pada korbanku. Supaya memori mereka sebelum meninggal sangat indah.” Joya tersenyum dan Milly baru melihat lesung pipit di kedua pipinya.Milly tidak habis, kenapa wanita secantik Joya mau menghabiskan waktu untuk menjalani kehidupan yang gelap juga kelam?“Kau harus mendengarkan dengan seksama. Sebagian memoriku akan menjadi mili
Read more
Every Scar is a Lesson 2
Joya menghela napas dan menjeda ceritanya sejenak. Botol vodkanya telah habis dan wanita itu sibuk mencari botol minuman yang masih ada isinya. Akhirnya, ia menemukan sebotol whiskey dan wajahnya tampak bahagia. Milly menatap Joya sementara benaknya mencerna semua kisah yang barusan ia dengar. “Aku butuh minuman untuk menggali semua memori. Nah, kamu siap mendengar berikutnya?” tanya Joya dengan senyum miring. Milly menarik napas dan membasahi bibirnya yang kering. “Bisakah kau mengendurkan ikatan kakiku? Aku tidak tidak bisa merasakan kakiku sedikit pun. Semua terasa kebas!” pinta Milly. Joya menimbang sebentar dan melirik ke arah kaki Milly. “Jangan curiga! Aku tertarik mendengar semua kisah keluargamu beserta dua pria yang kau sebut sebagai fans aku,” tukas Milly dengan kesal. Joya mendekat dan dengan ujung kukunya, mengiris lakban dengan mudah. Saking cepatnya, kulit Milly turut tergores. Darah setetes mengalir dan Joya dengan ring
Read more
Bashek
Waktu bergerak sangat lambat dan Milly hampir-hampir putus asa. Rasa haus yang mencekiknya, membuat tubuhnya melemah dan kepalanya makin berdenyut sakit.Telinganya mulai berdengung. Milly genap dua puluh jam berada dalam kungkungan Joya.“Jangan pingsan, jangan pingsan,” bisik Milly pada dirinya sendiri.Bibirnya kering dan pecah-pecah. Rasanya air liurnya berhenti produksi dan Milly berada dalam situasi kalut karena sulit menjaga kesadarannya.Pikirannya mulai melemah dan sulit menegakkan kepalanya.“Joya, jangan bunuh aku dengan cara ini. Lebih cepat kau ledakan kepalaku, lebih baik,” ucap Milly dengan lemah.Tidak ada jawaban dan Milly membiarkan kepalanya terkulai. Berada di tempat duduk dalam waktu dua puluh jam adalah siksaan terberat. Milly buang air kecil di tempat dan bau yang ditinggalkan sangat menyengat. Belum lagi punggungnya terasa pegal sekaligus sakit.Janji Joya yang akan datang secepatnya, te
Read more
Vow for My Enemy!
Usai menyantap makan siang, Milly merasakan tubuhnya mulai kembali pulih. Rasa pegal dan ngilu di beberapa bagian tubuhnya saja yang butuh waktu untuk kembali seperti sedia kala.“Kau siap mendengar sekelumit kisah tentang Joya?” tanya Bashek saat mengangkat piring yang terbuat dari kayu itu dari tempat tidur.“Ya. Tapi, boleh nggak sambil tidur? Punggungku sakit banget,” tanya Milly berusaha untuk rebah.Bashek mengiyakan dan tidak keberatan.“Tidak banyak hal bisa aku ceritakan mengenai Joya. Selain karena dia bukan tipe siluman yang suka keributan, Joya juga tidak suka tampil.” Bashek mengulurkan potongan buah pada Milly yang ditolak dengan halus. Perutnya belum bisa menerima makanan banyak.“Joya adalah putri sulung dari Rakas dan Vitra. Rakas adalah pedagang sejati sedangkan Vitra pendekar wanita yang tangguh. Entah bagaimana mereka bisa jatuh cinta, tapi menurut cerita yang aku dengar dari guruku, mer
Read more
Same Destiny as a Broken Girl
Milly menggerakkan tangannya dan bekas infus tersebut meninggalkan memar juga rasa pegal yang menyebalkan. “Dia sudah selesai menyembuhkan diri. Maukah kamu menemuinya?” tanya Bashek pada Milly. Dengan gerakan perlahan, Milly berbalik dan mengangguk. “Aku siap menemuinya,” sahut Milly. Bashek memberinya isyarat untuk mengikuti. Milly keluar dan menyaksikan halaman yang ditumbuhi sayur mayur yang siap dipanen. Dalam hati, ia sangat kagum karena Bashek adalah perawat yang telaten. Bahkan tanaman pun tumbuh dengan subur. Mereka menuju ke bungalow kedua dan pintu itu terkuak, hanya tertutup tirai putih yang berkibar, tertiup angin. “Dia ada di dalam,” ucap Bashek tanpa berniat ikut masuk. Milly menelan ludah dan menguatkan diri untuk menghadapi Joya. Dengan langkah ragu, Milly menyibakkan gorden putih tersebut. Joya sedang dalam posisi semedi di tengah ruangan. Matanya terpejam dan tangan membentuk cakra di dadanya. Joya me
Read more
Falling into the Deep Mess
Virgo menyelempangkan katana-nya (pedang khas Jepang), lalu segera bersiul memanggil Ben dan Rosco. Dua pria itu keluar dari villa yang mereka sewa khusus untuk penyergapan malam itu.“Sudah siap?” tanya Virgo.Rosco sudah memasukkan magasin ke tas pinggangnya sebanyak mungkin. Ben juga terlihat siap dan sibuk menyalakan rokoknya. Koreknya sepertinya kehabisan gas.“Siapa yang akan berangkat?” tanya Rosco.“Sepuluh orang, termasuk kita!” sahut Ben.Virgo menarik napas lalu menoleh ke arah mereka.“Kita ketemu di lokasi!” usai mengatakan kalimat tersebut, Virgo melenting ke atas dan berlari secepatnya bagai embusan angin.Rosco melemparkan kunci pada Ben yang segera ditangkap dengan tangkas. Keduanya melompat ke atas mobil jeep. Tak lama kemudian muncul tujuh orang dari siluman rubah dan serigala dari kegelapan.“Temui kami di lokasi!” cetus Rosco.Ben menekan pe
Read more
Confront Sybil
Milly segera menemui Aldo begitu terbebas dari drama penculikan yang ternyata berakhir dengan baik. Aldo yang sempat kebingungan atas raibnya Milly yang mendadak, ternyata sudah menyelesaikan semua administrasi rumah sakit untuk biaya perawatan Ningsih. “Terima kasih atas semua bantuanmu, Al,” ucap Milly setelah menjelaskan situasinya. Maxer terpaksa meminta Milly untuk merekayasa semuanya demi menghindari rasa syok yang mungkin tidak bisa diterima oleh Aldo. Milly juga menggantikan semua biaya yang telah Aldo keluarkan untuk NIngsih. Awalnya pria itu menolak, namun Milly bersikukuh. “Aku akan membawa bu Ningsih dengan kedua anaknya ke Bali untuk tinggal bersama kami,” ungkap Milly. Maxer sudah menyetujui hal itu dan menyambut dengan baik Ningsih juga anak-anaknya. Virgo yang mengambil alih penguburan Bashek dan menemani Joya untuk sementara waktu. “Aku akan membawa ke pulau pribadi Jetro,” tutur Virgo atas pertanyaan Milly yang sengaj
Read more
Right Sentence for Every Soul
Matahari bersinar dengan sangat terik siang itu. Milly sudah tiba di bistro sejak pagi dan memastikan terapis untuk Ningsih datang.“Fisioterapi ini penting untuk Bu Ningsih melatih otot-otot,” terang Milly sembari meyakinkan Ningsih untuk tidak ragu.Wanita itu mengiyakan dengan sedikit gugup. Terapis wanita itu membantu dengan sabar. Milly menunggu hingga usai, sebelum akhirnya Maxer muncul dan memberitahu jika Anna dan Andi sudah kembali.“Aku balik lagi nanti,” pamit Milly pada Ningsih.Milly keluar kamar dan turun ke bawah untuk menemui kedua anak Ningsih.“Hai, gimana? Udah liat sekolahnya?” tanya Milly.Anna mengangguk dan tersenyum malu. Gadis remaja itu tampak masih sungkan dan kikuk. Andi, adiknya, yang kecil lebih mudah menyesuaikan diri dan bercerita dengan serunya.Milly tertawa dan mengusap kepalanya dengan lembut.“Sekarang kalian akan tinggal di Bali dan hidup baru bersa
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status