Semua Bab Kau milikku!: Bab 11 - Bab 20
47 Bab
11. Akhirnya, terungkap sudah!
 ”Spontanitas? Jadi maksudmu kau risih bila aku memelukmu?”  ”Tidak. Bukan itu maksudku.” ”Lalu apa? Kau tahu itu melukai perasaanku. Kau mendorongku seolah-olah aku ini semacam kotoran saja.” Kimberley membuang pandangannya ke sudut ruangan. Will menghela napas, ia merasa bersalah telah mendorong gadis manja itu. Ia tahu betul, jika Kimberley tidak mau menatap wajahnya artinya gadis itu sangat membencinya. Tidak ada pilihan lain bagi Will. Meminta maaf pun, toh gadis itu tidak akan menolerir penyesalan Will.  'Mungkin ini sudah saatnya aku memberitahu tentang phobiaku.' Will bergumam. Will berjalan mendekati tempat duduk Kimberley dan duduk di sampingnya.  ”Kim, sebenarnya..” Will terdiam sejenak, ia masih ragu untuk mengungkapkan penyakitnya. ”Kau tahu kan, sejak kecil aku beg
Baca selengkapnya
12. Kucing dan tikus, tak pernah akur!
Begitu mendengar itu, Hanna hampir menyembur Sean dengan soda yang baru saja ia minum.”What??””Kau bercanda! No way! Sekalipun ia pria terakhir di bumi ini, aku tidak akan berkencan dengannya. Mengapa kau bertanya tentang itu?” Hanna balik mengintrogasi Sean. Sean merasa kikuk, ”tidak ada. Aku Hanya sembarang ngomong saja.” Sean cengar-cengir kepada Hanna. Hanna mengangkat tinjunya dan menggertak Sean, bibirnya komat-kamit.  ”Jika kau menyebut nama si brengsek itu lagi aku akan meninju wajah mulusmu ini.” Ancam Hanna, matanya melotot memandang Sean. ”Ok, aku tidak akan.” Sahut Sean  mantap. ”Ini sudah malam, kau pulanglah. Aku mau istirahat.” Hanna lekas berdiri dan membuka pintu untuk Sean, memberi isyarat dengan mata agar Sean keluar. Seolah mengerti dengan kod
Baca selengkapnya
13. Misi Menjerat Rubah Gila
 'Aku akan mengalahkanmu, rubah gila. Kau lihat saja nanti apa yang akan aku lakukan. Haha..' Will tertawa lepas di dalam kamarnya. Suasana hatinya sedang baik. Will kemudian memainkan grand pianonya, alunan nada yang harmonis terdengar mengisi seluruh bangunan megah itu. Setiap jemari lentiknya menekan tuts dengan lembut. Menghasilkan resonansi nada yang luar biasa indah dan menyentuh hati bagi yang mendengar. Puas bermain piano, Will mengambil ponselnya yang ada di atas meja. Kemudian menekan tombol panggilan. Dia scroll dari atas ke bawah mencari nomor Hanna, begitu mendapatkannya ia tersenyum licik. Tidak lama Will menunggu panggilan itu dijawab. Hanya butuh beberapa detik saja. [ ”Apa kau sudah memikirkan tawaranku kemarin?” ”Kau? Berani-beraninya kau menghubungi aku lagi! Sudah kukatakan aku tidak tertarik  dengan tawaran gilamu itu.” Sahut Hanna dari s
Baca selengkapnya
14. Secuil Drama yang Menyebalkan
 ”Upss,” Hanna keceplosan mengatakan tentang pernikahan. Sekarang ia malah kebingungan menjawab semua pertanyaan ibunya itu. ”Hmm, ibu aku……” ”Kau apa?” Selidik Nyonya Mery. 'Aku harus bilang apa sama ibu. Jika kukatakan Si brengsek itu mengajak aku menikah, ibu pasti akan dengan senang hati memberikan aku kepada si angkuh itu.’ Gumam Hanna dalam hati. Pergumulan terjadi dalam batin dan benaknya. Ia pandang ibunya, Nyonya Mery pun balik memandangnya dengan tatapan penasaran.  ”Beritahu ibu, apa sebenarnya yang terjadi? Mengapa Tuan Greyson memecat ibu? Dan apa hubungannya denganmu juga pernikahan?” Hanna tampak ragu untuk mengatakannya.  ”Ibu, sebenarnya si brengsek yang kukatakan kemarin adalah Will Greyson. Aku baru kenal dengannya dan kata
Baca selengkapnya
15. Panci Bertekanan (Rubah vs Singa)
 ”So, bisa kau beritahu aku, apa yang kau katakan pada gadis itu?” tanya George penasaran. Will melirik, ”mengapa kau begitu peduli dengan yang aku katakan kepadanya?”  ”Ya, aku hanya ingin mengevaluasi saja. Apakah itu permintaan yang baik atau tidak? Sehingga membuat gadis itu menolakmu. Karena setahuku sih, kau orang yang menyebalkan. Aku khawatir kau mengatakan sesuatu yang menyinggungnya.” Ujar George. Will terkekeh mendengar ucapan psikiater sekaligus temannya itu. Dulu Will sering berkonsultasi dengan George saat ia sedang dalam keadaan tidak baik. Hampir tiap-tiap pekan ia mengunjungi George. Lama-kelamaan mereka menjadi teman. Mengingat jarak usia mereka tidak terlalu jauh, mereka cepat akrab. Sejak saat itu, bilamana Will sedang dalam masalah ia akan membagi masalahnya kepada George terlebih dahulu dibandingkan Kimberley. Jelas saja, George akan memberikanny
Baca selengkapnya
16. Simbiosis Mutualisme, Dua Lalat Kena Tepuk!
 ”Mari kita putus!” Ucap Hanna dingin. George yang mendengar itu bagai disambar petir di siang bolong. Ia terdiam, terduduk lesu air mukanya kehilangan cahayanya. Muram. ”Mengapa kau tiba-tiba mengatakan ini? Apa aku menyakitimu?” tanya George, nada bicaranya terdengar putus asa. ”George, aku wanita yang tidak suka terjebak dalam hubungan yang lama. Aku suka bosan. Tadinya aku sempat ingin melanjutkan hubungan ini, tetapi setelah mengetahui kau dan si brengsek itu berteman bahkan ide gila juga saranmu, aku tidak berniat lagi. Mungkin ini terdengar tidak masuk akal bagimu. Tak masalah.” Hanna menjelaskan alasannya kepada George. Sementara pria malang itu merasa terpuruk dan terpukul. Ia terlanjur mencintai gadis itu. Oleh karena itu, ia menjadi hilang harga diri, menangis di depan gadis itu. Berharap adanya kesempatan kedua. ”
Baca selengkapnya
17. Ding Dong! Gotcha!
 ”Hmm, aku tidak bisa menjamin itu. Biarkan saja waktu yang menjawab. Semua butuh proses ditambah dia gadis yang sedikit, hmm…kau tahu kan maksudku.” Tangan Will bergerak-gerak. ”Tidak masalah. Urusan Hanna serahkan saja kepadaku, Tuan. Gadis itu akan menerima lamaran ini.” Balas Nyonya Mery. Wah! Bahkan sekarang ia terkesan menjual anak gadisnya itu. Ck!ck! Semakin kembanglah hidung mancung Will Greyson. Sekarang ia merasa berada di atas awan. Rencananya akan berhasil dan tentu saja impiannya untuk mengencani Kimberley akan terwujud begitu ia sembuh nanti. Pembantu dan majikan itu tenggelam dalam khayalan mereka masing-masing. Yang satu memikirkan Kimberley dan yang lainnya memikirkan menimang cucu. Sungguh sangat sesuai dengan istilah dalam pelajaran biologi, Simbiosis mutualisme. ”Baiklah kalau begitu. Aku percaya kepadamu. Kau mendapatkan pernikahan putrimu dan aku me
Baca selengkapnya
18. Selangkah Lebih Dekat Denganmu
  ”Hah? Kau bercanda!” Pekik Ryan.   ”Aku serius,” Sahut Will dingin.   Bagai melihat hantu di malam hari, Ryan tercengang dengan mata yang melotot lebar bahkan hampir melompat dari tempatnya.   ”Will, aku tidak suka bercanda. Kau tahu, aku tidak mungkin mengizinkanmu menikah. Saat ini kau sedang populer. Dan para wanita yang menggilai dirimu akan kecewa. Tentu saja itu akan berdampak pada popularitasmu. Yang lebih buruk lagi kau tidak lagi mendapat tempat di industri ini. Sekarang berhentilah mengatakan omong kosong dan fokuslah dengan konsermu. Aku tidak ingin ini gagal. Para sponsor juga mengharapkan yang terbaik. Jadi jangan mengecewakan aku dan bos-bos itu.” Sergah Ryan.   Will menarik-narik kerah bajunya, ia merasa gerah dengan ucapan manajernya itu.    ”Mengenai konser, aku tidak akan mengecewakanmu. Aku pasti akan memberikan yang terbaik, tetapi aku tida
Baca selengkapnya
19. Bukan Malaikat Penyelamat
 Padahal jalanan di kota itu tidak sepi. Banyak kendaraan yang berlalu-lalang juga beberapa pejalan kaki dan kios-kios jajanan.  ”Sayang, mengapa kau cepat sekali.” Kata pria itu. Ia terlihat mabuk dan berjalan miring-miring. Ia tidak sendirian ada satu pria lagi bersamanya. Mereka berdua menyeringai menatap punggung Hanna yang semakin jauh. Rupanya mereka memiliki pikiran jorok saat melihat kemolekan Hanna.  Hanna yang mulai panik, berlari menghindar sambil memeluk dengan erat kantong rotinya. Sebuah batu sebesar kepalan tangan orang dewasa terletak di jalanan itu. Dari sekian banyaknya jalanan entah mengapa batu itu harus ada di sana. Hanna terjerambab saat kakinya memijak batu itu. Ia terduduk meringis kesakitan memegangi pergelangan kakinya yang terkilir.  Dua orang yang mabuk tadi berhasil menyusul Hanna. Mereka terkekeh dengan seringai mesum. Satu pria bo
Baca selengkapnya
20. Dua Bongkah Batu Perlahan Melunak
 Will keluar dari mobilnya dan menghampiri Hanna. Ia berjalan percaya diri sambil memasukkan telapak tangannya ke dalam saku celananya. Dan berbicara dengan lagak pongahnya. ”Kau berjalan seperti siput. Aku tidak yakin kau bisa sampai ke rumahmu dengan berjalan seperti itu.”  Hanna menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. 'Pria ini sangat menyebalkan. Dia kemari hanya untuk mengoceh, yang benar saja.' Gerutu Hanna dalam hati. Sebuah senyuman kecut terbit di bibir Hanna. ”Tuan Will Greyson yang sok hebat, kau kembali hanya untuk merecoki aku? Cih! Kau sungguh menyebalkan,” sindir Hanna. Will berdehem beberapa kali, sebenarnya ia merasa gagu sebab ingin menawarkan tumpangan kepada Hanna. ”Hmm, tadinya aku ingin menawarkan tumpangan padamu, tetapi kau mengatakan aku pria yang menyebalka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status