Semua Bab Ikatan Yang Ditakdirkan: Bab 41 - Bab 50
213 Bab
40. Sarapan Pagi
Setelah beberapa menit berlalu, Alina melihat rebusan di panci mulai mendidih. Setelah memastikan itu cukup matang, ia pun mematikan kompor. Pada saat itu Zayyad baru saja muncul, berjalan kearah dapur. Kini ia sudah kembali dengan pakaian formalnya. Dada bidangnya sudah terbalut rapi dengan jas putihnya, lengkap dengan celana abu-abu gelap yang membungkus kaki panjangnya. Kali ini aroma lavender tercium lebih pekat daripada sebelumnya. Alina merasa tergoda untuk memeluk pria itu, mendekapnya erat dan menghirup seluruh aroma yang sangat menenangkannya itu. "Sudah mendidih?" "Em! Aku baru saja mematikan kompor nya" Zayyad memperhatikan Alina yang cukup bersahabat dengannya hari ini. Ia pun perlahan mengangguk sembari berkata. "Terimakasih" Setelahnya Alina pergi ke meja makan. Ia mengambil dua lembar roti tawar dan mengolesinya dengan selai kacang yang ada di atas meja. Lalu ia meletakkan dua lembar roti selai kacang itu di atas piring kosong. Pada saa
Baca selengkapnya
41. Jangan Kecewa Begitu!
"Masalahnya aku belum tau ingin melamar di sekolah mana sekarang. Hari ini aku hanya akan pergi untuk mencari sekolah mana yang membuka lowongan pengajar bahasa Inggris" "..." Zayyad hanya diam tidak menanggapi apapun. Tapi dilihat dari tampangnya, Alina tau kalau pria itu ingin penjelasan lebih. "Jadi, hari ini aku berniat mencari, tapi tidak besok. Kapan aku mood saja!" "Oh.." Zayyad menganggukkan kepalanya mengerti. Detik itu ia seperti tampilan remaja laki-laki yang baru saja kecewa karena pernyataan cintanya ditolak. Begitulah dalam pandangan Alina yang diam-diam tersenyum kecil dalam hatinya. Alina pun mendorong kursinya agak kebelakang dan perlahan bangun dari duduknya. Lalu ia berjalan kearah Zayyad. "Ke-kenapa?" Zayyad yang masih berdiri di tempatnya, merasa gugup melihat Alina yang tiba-tiba saja mulai berjalan kearahnya. Melihat wanita itu yang tidak juga berhenti, malah terus mengambil langkah lebih dekat ke tempatnya berdiri. Zayyad pun d
Baca selengkapnya
42. Masalah Yang Tak Terduga
Bakri sudah menunggu beberapa menit di depan pintu ruang kerja Zayyad. Melirik arloji di tangannya, dahinya berkerut. Sudah tiga puluh menit berlalu dan bosnya itu belum juga datang. Tidak biasanya hal seperti ini terjadi. Bosnya itu adalah seseorang yang berorientasi pada waktu dan cukup konsisten dengan apa yang sudah di tata dan ditetapkannya. Sudah beberapa tahun lebih ia bekerja sebagai sekretaris, hampir tidak pernah menemukan hal seperti ini terjadi kecuali—"Apa maag pak Zayyad kambuh?"Hal seperti itu pernah terjadi. Meskipun bosnya bukan seseorang yang workaholic, tapi pada pekerjaannya ia cukup disiplin. Karena bosnya itu sering kali tidak punya cukup waktu untuk menyiapkan makan siang, ia hampir melewatkan hal itu pada setiap harinya bekerja.Bosnya itu sebenarnya memiliki beberapa kebiasaan unik yang sebenarnya agak istimewa. Ia jarang sekali mengkonsumsi makanan yang bukan olahan rumahan. Karena hidup seorang diri, bosnya itu pun terbiasa men
Baca selengkapnya
43. Ini Sangat Aneh!
Alina sudah mendatangi tiga sekolah besar yang ada di kota Y, tidak ada salah satupun dari mereka yang membutuhkan tenaga pengajar dalam bidang bahasa inggris. Sebenarnya Alina masih sangat mengharapkan, mengajar di sekolah khusus perempuan seperti yang ada di kota Z. Tapi hasil penulusuran nya di internet, sekolah seperti itu tidak ada di kota Y. Akhirnya ia memutuskan untuk mengajar dimana saja, akan tetapi sayangnya tidak ada satu sekolah pun yang membutuhkan tenaga pengajar baru. Di internet ia sama sekali tidak menemukannya dan di lapangan pun tidak. Sungguh Alina tidak tau harus bagaimana dengan nasibnya untuk saat ini. Apakah ia akan terus menjadi pengangguran selama beberapa bulan ke depan? Lalu duduk menikmati kehidupan nyonya besar yang membosankan itu! Sudah tidak ada tenaga untuk pergi mencari lagi, Alina pun kini sudah berada di warung kecil di samping sekolah yang baru saja didatanginya. Warung kecil itu tidak lain adalah tempat langganan nya yang terak
Baca selengkapnya
44. Permainan Kotor
"Berbicara tentang royalti, ini adalah perkara yang sangat penting bagi si pencipta barang tersebut. Baik itu si penulis dengan karya tulisnya ataupun seperti dalam kasus ini— si desainer dengan karya desainnya. Jadi sederhananya ini dapat diibaratkan seperti paltform percetakan buku, tentunya setelah si penulis menyerahkan karyanya pada percetakan tersebut, lalu karyanya di distribusikan ke pasar maka si penulis akan menerima royaltinya. Menurutmu jika si penulis tidak menerima royalti tersebut, lalu apa yang akan ia lakukan?""Menuntut percetakan tersebut" Tukas Alina, lalu menyedot minumannya. Rasa asam jeruk yang bercampur manis meluncur ke dalam tenggorokannya yang kering."Tepat sekali!" Seru Mareta, tampak sangat bersemangat. "Jadi kalau dalam kasus perusahaan FS ini, bagaimana menurutmu?"Alina terus menggelengkan kepalanya. Jika tentang penulis dan percetakan buku yang dipaparkan tadi oleh Mareta, ia dapat dengan mudah memahaminya. Tapi jika sudah
Baca selengkapnya
45. Siapa Yang Bertugas Mencabut Akar?
Zayyad sudah berada di sebuah ruang kerja yang bergaya minimalis milik direktur utama 'FS'. Ia berdiri, menatap tanpa ekspresi kearah seseorang yang tengah duduk di atas sofa. Tampak salah satu kakinya yang berada di atas paha, itu bergoyang-goyang santai. Seseorang itu juga menatap balik kearahnya dengan senyum yang cukup menawan—dan meremehkan secara bersamaan.Zayyad mengepalkan kedua tangannya, meredam gejolak emosi yang memuncak. Ia sungguh sangat tidak mengerti dengan pola pikir seseorang yang ada di depannya itu. Berjalan beberapa langkah ke depan, ia meletakkan map dokumen yang di bawanya di atas meja kopi. "Kali ini permainan mu tidak lucu sama sekali!"Pria yang duduk di sofa itu, menatap kearah map coklat yang baru saja di letakkan di atas meja. Kedua sudut bibirnya tertarik, menundukkan wajahnya. Ia menahan diri dari tersenyum. Tak berapa lama kemudian, pria itu mendongak ke arah Zayyad dan  bertanya dengan polosnya "Saudara, ada apa ini?
Baca selengkapnya
46. Terlalu Lembut
"Pak, saya tidak akan mengira Pak Bara bisa memikirkan cara yang begitu konyol seperti ini!" Zayyad baru saja memasuki departemen keuangan dan menemukan Bakri yang menyerahkan sebuah map coklat kepadanya. Dari tampilan wajah Bakri yang terlihat buruk, ia tau ini bukanlah hal yang baik. "Dia hanya akan berhenti memikirkannya, jika aku mengundurkan diri" Zayyad menerima map coklat itu, lalu membukanya. Ia melihat sebuah lembaran kertas tentang perjanjian royalti dalam hak kekayaan intelektual atas nama Kalista Putri. Di sana tertera dengan jelas di bawah, tepat di bagian penanggung jawab pembayaran royalti yang di tandatangani oleh pihak 'A' yang merupakan— Dirinya sendiri. "Tanda tangan itu di buat dengan sangat baik, bahkan itu cukup sulit untuk di katakan tiruan!" Zayyad hanya merenungi kertas putih ditangannya itu, lalu tersenyum pelan. Ia tidak akan mengira Bara akan menggunakan cara yang sangat berani seperti— meniru tanda tangan. Tidakkah
Baca selengkapnya
47. Hidup Ini Realistis
Menjelang senja, Alina baru kembali ke vila dengan badan dan punggungnya yang terasa cukup pegal. Menjatuhkan dirinya di atas sofa, ia merasa sangat kelelahan. Meskipun tenaga pengajar adalah salah satu yang paling banyak dibutuhkan, tetapi bukanlah mudah juga untuk mendapatkannya.Hari ini sudah cukup membuktikan, betapa sulitnya itu. Sungguh Alina tidak pernah memperkirakan hal ini sebelumnya. Karena dulu selepas ia memperoleh gelar sarjananya. Ia langsung melamar sebagai pengajar di sekolah khusus perempuan yang ada di kota Z. Dan baiknya, ia langsung di terima begitu saja."Huft! Sekarang aku mengerti kenapa tingkat pengangguran terus bertambah""Alin pergi melamar pekerjaan?" Erina baru saja pergi meninggalkan dapur, menemukan cucunya yang tak terlihat batang hidungnya seharian, kini muncul di ruang tamu dengan wajahnya yang terlihat lesu dan terduduk lemas di atas sofa."Em!" Alina mengangguk. Sama sekali tidak terlihat bersemangat.Erina per
Baca selengkapnya
48. Tawanya Cukup Indah
Malam sudah larut, Zayyad juga sudah pulang. Meskipun masih seperti biasa, pria itu selalu melewatkan jam makan malam. Alina yang tengah memainkan ponselnya, merasa sangat kosong karena tidak adanya sosok itu di dalam kamar. Padahal jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, biasanya pria itu sudah berbaring di atas sofa. Dan ia akan mengusiknya beberapa saat sebelum pria itu jatuh tertidur. "Sebenarnya apa yang sedang ia lakukan?"Alina sangat yakin pria itu tidak akan bekerja di malam hari. Jangan kan melakukannya, pria itu bahkan tidak pernah membawa pulang pekerjaannya ke vila. Ruang kerja yang ada di vila pun sangat jarang tersentuh. "Apa mungkin ia mencoba melarikan diri dari ku?"Itu bukanlah hal yang tidak mungkin. Bisa saja candaan kecilnya tadi pagi, membuat pria itu cukup takut untuk menemuinya sekarang. Memikirkan hal itu, Alina terus turun dari kasur. Ia berlari meninggalkan kamar, bergegas menuruni anak tangga dan mencapai ruang tamu.Hening.
Baca selengkapnya
49. Apa Kau Sanggup Mengangkat Ku?
Alina segera menyadarkan dirinya. Ia tidak ingin terlalu larut dalam panorama didepannya itu. Ia pun juga tidak ingin jika Zayyad menyadari, bahwa wajahnya yang tampan itu, sudah berkali-kali membuatnya terkesima. Alina yang memegang tinggi harga dirinya dengan cukup baik, mana bisa menerima kenyataan itu? Ia pun mencoba mengingat kembali, dimana pembicaraan mereka berhenti tadi. Lalu setelah mengingatnya, Alina pun berkata dengan begitu alaminya.Membuat Zayyad tidak curiga sama sekali, kalau Alina sempat terpesona karena tawa ringannya tadi. "Kau tidak bisa seperti ini. Aku tidak pernah mendengar seorang CEO yang sangat murah hati seperti mu" Setiap kali Maya menceritakan pemeran utama pria dalam novel atau drama yang dibacanya. Kebanyakan dari mereka adalah tipe-tipe bos besar yang tanpa ampun dan mendominasi. Sangat jauh dengan apa yang ada di hadapannya saat ini."Harusnya kau bersikap tanpa ampun, otoriter dan angkuh. Bukan murni dan baik hati sepert
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
22
DMCA.com Protection Status