"Berbicara tentang royalti, ini adalah perkara yang sangat penting bagi si pencipta barang tersebut. Baik itu si penulis dengan karya tulisnya ataupun seperti dalam kasus ini— si desainer dengan karya desainnya. Jadi sederhananya ini dapat diibaratkan seperti paltform percetakan buku, tentunya setelah si penulis menyerahkan karyanya pada percetakan tersebut, lalu karyanya di distribusikan ke pasar maka si penulis akan menerima royaltinya. Menurutmu jika si penulis tidak menerima royalti tersebut, lalu apa yang akan ia lakukan?"
"Menuntut percetakan tersebut" Tukas Alina, lalu menyedot minumannya. Rasa asam jeruk yang bercampur manis meluncur ke dalam tenggorokannya yang kering.
"Tepat sekali!" Seru Mareta, tampak sangat bersemangat. "Jadi kalau dalam kasus perusahaan FS ini, bagaimana menurutmu?"
Alina terus menggelengkan kepalanya. Jika tentang penulis dan percetakan buku yang dipaparkan tadi oleh Mareta, ia dapat dengan mudah memahaminya. Tapi jika sudah
Zayyad sudah berada di sebuah ruang kerja yang bergaya minimalis milik direktur utama 'FS'. Ia berdiri, menatap tanpa ekspresi kearah seseorang yang tengah duduk di atas sofa. Tampak salah satu kakinya yang berada di atas paha, itu bergoyang-goyang santai. Seseorang itu juga menatap balik kearahnya dengan senyum yang cukup menawan—dan meremehkan secara bersamaan.Zayyad mengepalkan kedua tangannya, meredam gejolak emosi yang memuncak. Ia sungguh sangat tidak mengerti dengan pola pikir seseorang yang ada di depannya itu. Berjalan beberapa langkah ke depan, ia meletakkan map dokumen yang di bawanya di atas meja kopi. "Kali ini permainan mu tidak lucu sama sekali!"Pria yang duduk di sofa itu, menatap kearah map coklat yang baru saja di letakkan di atas meja. Kedua sudut bibirnya tertarik, menundukkan wajahnya. Ia menahan diri dari tersenyum. Tak berapa lama kemudian, pria itu mendongak ke arah Zayyad dan bertanya dengan polosnya "Saudara, ada apa ini?
"Pak, saya tidak akan mengira Pak Bara bisa memikirkan cara yang begitu konyol seperti ini!" Zayyad baru saja memasuki departemen keuangan dan menemukan Bakri yang menyerahkan sebuah map coklat kepadanya. Dari tampilan wajah Bakri yang terlihat buruk, ia tau ini bukanlah hal yang baik. "Dia hanya akan berhenti memikirkannya, jika aku mengundurkan diri" Zayyad menerima map coklat itu, lalu membukanya. Ia melihat sebuah lembaran kertas tentang perjanjian royalti dalam hak kekayaan intelektual atas nama Kalista Putri. Di sana tertera dengan jelas di bawah, tepat di bagian penanggung jawab pembayaran royalti yang di tandatangani oleh pihak 'A' yang merupakan— Dirinya sendiri. "Tanda tangan itu di buat dengan sangat baik, bahkan itu cukup sulit untuk di katakan tiruan!" Zayyad hanya merenungi kertas putih ditangannya itu, lalu tersenyum pelan. Ia tidak akan mengira Bara akan menggunakan cara yang sangat berani seperti— meniru tanda tangan. Tidakkah
Menjelang senja, Alina baru kembali ke vila dengan badan dan punggungnya yang terasa cukup pegal. Menjatuhkan dirinya di atas sofa, ia merasa sangat kelelahan. Meskipun tenaga pengajar adalah salah satu yang paling banyak dibutuhkan, tetapi bukanlah mudah juga untuk mendapatkannya.Hari ini sudah cukup membuktikan, betapa sulitnya itu. Sungguh Alina tidak pernah memperkirakan hal ini sebelumnya. Karena dulu selepas ia memperoleh gelar sarjananya. Ia langsung melamar sebagai pengajar di sekolah khusus perempuan yang ada di kota Z. Dan baiknya, ia langsung di terima begitu saja."Huft! Sekarang aku mengerti kenapa tingkat pengangguran terus bertambah""Alin pergi melamar pekerjaan?" Erina baru saja pergi meninggalkan dapur, menemukan cucunya yang tak terlihat batang hidungnya seharian, kini muncul di ruang tamu dengan wajahnya yang terlihat lesu dan terduduk lemas di atas sofa."Em!" Alina mengangguk. Sama sekali tidak terlihat bersemangat.Erina per
Malam sudah larut, Zayyad juga sudah pulang. Meskipun masih seperti biasa, pria itu selalu melewatkan jam makan malam. Alina yang tengah memainkan ponselnya, merasa sangat kosong karena tidak adanya sosok itu di dalam kamar. Padahal jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, biasanya pria itu sudah berbaring di atas sofa. Dan ia akan mengusiknya beberapa saat sebelum pria itu jatuh tertidur. "Sebenarnya apa yang sedang ia lakukan?"Alina sangat yakin pria itu tidak akan bekerja di malam hari. Jangan kan melakukannya, pria itu bahkan tidak pernah membawa pulang pekerjaannya ke vila. Ruang kerja yang ada di vila pun sangat jarang tersentuh. "Apa mungkin ia mencoba melarikan diri dari ku?"Itu bukanlah hal yang tidak mungkin. Bisa saja candaan kecilnya tadi pagi, membuat pria itu cukup takut untuk menemuinya sekarang. Memikirkan hal itu, Alina terus turun dari kasur. Ia berlari meninggalkan kamar, bergegas menuruni anak tangga dan mencapai ruang tamu.Hening.
Alina segera menyadarkan dirinya. Ia tidak ingin terlalu larut dalam panorama didepannya itu. Ia pun juga tidak ingin jika Zayyad menyadari, bahwa wajahnya yang tampan itu, sudah berkali-kali membuatnya terkesima. Alina yang memegang tinggi harga dirinya dengan cukup baik, mana bisa menerima kenyataan itu? Ia pun mencoba mengingat kembali, dimana pembicaraan mereka berhenti tadi. Lalu setelah mengingatnya, Alina pun berkata dengan begitu alaminya.Membuat Zayyad tidak curiga sama sekali, kalau Alina sempat terpesona karena tawa ringannya tadi."Kau tidak bisa seperti ini. Aku tidak pernah mendengar seorang CEO yang sangat murah hati seperti mu" Setiap kali Maya menceritakan pemeran utama pria dalam novel atau drama yang dibacanya. Kebanyakan dari mereka adalah tipe-tipe bos besar yang tanpa ampun dan mendominasi. Sangat jauh dengan apa yang ada di hadapannya saat ini."Harusnya kau bersikap tanpa ampun, otoriter dan angkuh. Bukan murni dan baik hati sepert
Zayyad Ingin sekali mengerahkan tenaganya untuk menyingkirkan Alina dari memeluk lehernya, tapi ia sama sekali tidak berdaya untuk melakukannya. Matanya yang dipenuhi rasa gugup dan resah itu perlahan menatap kebawah. Wajah cantik Alina terus memenuhi indra penglihatannya. Wanita itu memiliki postur tubuh yang tidak pendek dan juga tidak tinggi, tapi sedang. Berdiri di bawanya, kepala wanita itu sejajar dengan dadanya. Zayyad menarik nafasnya dan menghelanya perlahan, mencoba untuk tetap tenang dan menyakinkan dirinya. Wanita cantik bertubuh kurus didepannya ini, sama sekali tidak akan menyakiti dirinya. Meremas jari-jemari tangannya yang bergetar, Zayyad memberanikan diri untuk terus berdiri dalam posisi seperti itu dan menatap Alina yang saat ini juga menatap dirinya. Wanita itu memiliki wajah tirus dengan potongan rambut panjang sebahu. Warnanya hitam legam sama seperti bola mata kecilnya yang gelap seperti malam. Tapi entah kenapa, samar-samar pemandangan i
Di kamar ganti, Alina segera melepaskan gaun tidurnya yang sudah basah, menggantinya dengan baju tidur bermotif bunga-bunga kecil. Berjalan keluar, Alina melihat Zayyad yang baru saja meletakkan segelas air putih hangat di atas meja yang ada di samping ranjang. Ketika Zayyad menoleh kearahnya, Alina melihat tatapan itu masih kosong tak terbaca. Perlahan, Zayyad pun berjalan mendatanginya. Zayyad memegang kedua pundaknya dengan sangat lembut, lalu mendorongnya perlahan untuk berjalan ke tepi ranjang dan mendudukkannya. Perlakuan itu membuat Alina terkejut. Menautkan sepasang alisnya, Alina bertanya dalam hatinya. 'Pria ini tidak takut menyentuh ku?' "Minumlah!" Alina mendongak keatas, melihat Zayyad menyerahkan segelas air padanya. Alina memperhatikan raut wajah pria itu yang tidak menunjukkan perubahan sama sekali, masih hening dan jauh. Itu bukan pesona tenangnya seperti biasa atau penampilan pria yang mengasingkan diri. Tapi melihat keadaannya saat ini, sep
Terkadang, ada beberapa hal yang terjadi cukup ajaib dan sangat diluar nalar. Tidak terprediksi bahkan pun tidak terbayangkan. Jika dipikirkan, maka akan menimbulkan tanda tanya— bagaimana bisa? Jika ditanyakan, akan membentuk pemikiran— Ini rasanya tidak mungkin. Barangkali hal seperti itu adalah hal yang lumrah terjadi dalam hidup, karena sejatinya kehidupan ini memiliki alur rahasia dan kejutannya sendiri. Seperti kita yang tidak pernah tau apa yang akan terjadi pada hari esok yang masih rahasia. Dan kejutan apa yang akan menyambut kita, ketika membuka mata di pagi hari yang baru. Cahaya matahari yang menembus tirai kamar besar itu, menimpa wajah seorang pria yang tengah tertidur pulas. Merasakan silaunya, perlahan kelopak mata pria itu bergerak-gerak karena terganggu. Mengedipkan matanya beberapa kali, mata pria itu terbuka sempurna. Seorang wanita dengan rambut acak nya menyembunyikan sebagian wajahnya yang tirus, adalah hal pertama yang ia lihat. Mungki