Semua Bab Love You Mr. Arrogant: Bab 51 - Bab 60
196 Bab
Undangan Makan Malam
Malam ini, Fanya menepati janjinya untuk pulang ke rumah. Saat bertemu Atmaja di kantor, pria itu menyuruhnya untuk pulang jika tidak sibuk.Bukan hanya rindunya untuk menginjak rumah, tapi kata-kata Atmaja seolah mengartikan, "Pulanglah ke rumah, ada sesuatu yang ingin Ayah tunjukkan." Padahal saat itu Atmaja berkata, "Jika kamu tidak sibuk, pulanglah ke rumah. Lagi pula, kamu sudah lama tidak pulang, 'kan?"Tapi saat itu gestur tubuh Atmaja mengatakan lain. Itu sebabnya, malam ini ia begitu penasaran untuk pulang ke rumahnya. Jihan yang mengantarnya pun hanya bisa mengikuti Fanya tanpa tahu apa yang akan terjadi.Sampai di rumah Atmaja, sudah ada satu mobil yang terparkir di halaman rumahnya. Jihan tidak mengenalinya, tapi jelas Fanya tahu pemilik mobil itu. Dia berjalan cepat, masuk ke rumahnya sebelum Jihan membukakan pintu. "Yah," panggil Fanya dengan masuk begitu saja. Ternyata dugaannya benar. Sudah ada semua keluarg
Baca selengkapnya
Seharusnya Bukan Dia
Jihan membelalak melihat tampilan layar ponsel Kaisar yang baru saja ia banting di atas meja. Ada potret Fanya di tampilan layar dan itu saat makan malam tadi. Bagaimana Kaisar bisa mendapat foto itu? Padahal dia tidak mengambil foto Fanya tadi. "Bagaimana bisa Rendi berada satu meja makan dengan Nona Muda, hah?" "Maaf Pak, Rendi datang atas undangan dari Pak Atmaja. Saya tidak bisa menyeretnya keluar dari sana."Kaisar tersenyum remeh dan berkata, "Pintar juga dia sekarang. Menggunakan Atmaja sebagai tameng." Jihan masih menunduk, berharap ini semua akan segera berakhir. Sungguh, meskipun ia sudah mengenal Kaisar sejak dulu, tetap saja pria itu terlalu sulit untuk didekati."Pulanglah, aku sendiri yang akan mengatasinya besok." Jihan baru bisa bernapas lega, pipinya masih mulus tanpa bekas tangan. Sudah bukan rahasia lagi, kalau Kaisar tidak akan pandang bulu jika masalah pekerjaan. Tapi ter
Baca selengkapnya
Maaf Terakhir Dari Fanya
Sudah satu minggu ini, Fanya tidak sedikit pun mendapat kabar dari Regan. Saat ia menanyakannya pada Kaisar, pria itu hanya menjawab kalau Regan baik-baik saja dan terlalu sibuk. Sejak kejadian itu, semua orang seolah lupa dengan berita yang sempat meresahkan. Fanya kembali ke salon seperti biasa saja. Tidak ada yang mengungkitnya, atau pun menanyakan hubungan mereka. Semua berjalan seperti biasa, hingga tiba-tiba saja Rendi datang ke salon. Saat Jihan mencegahnya, justru Fanya mengizinkan dia untuk menemuinya."Tidak apa-apa, kita sudah berencana untuk makan siang di kantor Ayah. Dia yang menyuruh kami ke sana." "Tinggalkan saja mobilmu di sini, kita akan pergi bersama, Nya."Jihan menyahut, "Tidak, saya tetap harus ikut." "Kalau begitu, bawa saja mobilku. Aku akan pergi dengan Rendi." Belum juga Jihan berkata lebih, Fanya sudah pergi terlebih dulu masuk mobil Rendi. Setelah malam itu, hubungan mereka ke
Baca selengkapnya
Dia Akan Kembali Sebagai Putriku
Derapan langkah Kaisar menggema di lorong rumah sakit. Pria itu berlarian menuju ruang oprasi setelah mendapat telpon dari Jihan. Keadaan Fanya terbilang parah. Dia mengalami pendarahan karena kehamilannya. Itu sebabnya dokter menyarankan untuk mengambil tindakan oprasi dengan cepat."Bagaimana bisa terjadi?" tanya Kaisar dengan menatap Jihan tajam."Maaf Pak, saya tadi pergi membelikan pesanan Nona Muda. Dan dia pergi ke kamar mandi setelah itu-""Kamu mengecewakan aku Jihan. Mulai hari ini, kamu aku pecat dan pergilah dari hadapanku untuk selamanya." Meskipun nada perkataannya datar, tapi itu terasa begitu dingin di telinga Jihan. "Maaf, Pak saya sudah lalai. Semoga keadaan Nona Muda baik-baik saja. Saya pergi," ujarnya dengan wajah lesu. Kaisar sudah tidak mau lagi melihat wajah Jihan. Dia berpaling dan melihat Rendi mondar-mandir tepat di depan pintu kamar oprasi dan menghampirinya dengan langkah menggebu.Tangan
Baca selengkapnya
Berikan Aku Waktu
"Hentikan Tuan!" teriak Kaisar. Pria itu kembali menahan dada Regan saat dia akan merengsek keluar rumah."Hentikan kamu bilang?! Aku sudah kehilangan anakku, dan Anya kritis di rumah sakit. Sekarang kamu menghentikan aku?" Regan yang hendak melayangkan tangan ke wajah Kaisar itu terlebih dulu ditepis oleh Kaisar. Dia dengan cepat memelintir dan mengunci tangan Regan di belakang tubuhnya. "Lepaskan Kai! Kamu tidak tau, kamu tidak akan mengerti bagaimana perasaanku. Aku sudah kehilangan anakku, Kai! Aku kehilangan segalanya!""Saya tau Tuan. Saya sangat mengerti. Tapi jika anda menghentikan semua ini, semua pengorbanan anda akan berakhir sia-sia. Anda hanya akan mendapat kegagalan total, dan tidak akan mendapatkan apa-apa." Rasanya lulut Regan lemas tidak bertenaga. Dirinya bersalah, bersalah atas semua hal karena telah meninggalkan istrinya yang tengah hamil. "Aku merindukannya, aku sangat merindukannya," ujar Regan d
Baca selengkapnya
Aku Akan Kembali
Fanya sudah berhasil melewati masa kritisnya meskipun dia kembali tidak sadarkan diri, tapi dokter mengatakan kalau kondisinya sudah mengalami banyak perubahan.Pagi ini, hanya Akbar yang berada di sana. Atmaja sudah kembali ke kantor, begitu pun dengan Regan dan Kaisar. Tak jarang juga pria itu mengecek keadaan Fanya hingga rasanya sudah terjadwal setiap menitnya. Saat wanita itu mulai mengerjap, Akbar dengan cepat bangkit dari sofa dan menghampirinya. "Nona, akhirnya anda sadar juga," ujarnya lega. "Regan mana?" "Dia pergi ke kantor dengan Kaisar tadi. Sebentar ya, saya akan memanggilkan dokter."  "Aku benar, kan, kalau dia sudah kembali? Rasanya seperti mimpi, aku sempat mengobrol dengannya." "Wajar jika itu terjadi Nona, anda sudah tertidur selama enam hari ini." "Enam?" tanyanya sekali lagi seolah tidak percaya. Bersamaan dengan itu, dokter yang menangani Fanya masuk dengan langkah cepat. 
Baca selengkapnya
Melepas Semuanya
Akhir-akhir ini, apa yang terjadi too much. Hingga aku tidak tahu lagi bagaimana caranya menghibur diri sendiri. Aku hanya ingin menepi, menjauh dari semua hal di sekelilingku yang semakin gila. Aku hanya ingin menghela napas, dan tidak selalu menyalahkan diri sendiri. Aku ingin sehari saja mencintai diri ini. Karena aku tahu, aku layak mendapatkan yang terbaik. Untuk diri ini, terima kasih sudah menjadi orang yang kuat. ***Akbar kembali duduk di sisi Fanya. Dia hanya diam, dengan memandangi waanita itu. Mungkin untuk saaat ini lebih baik bagi Akbar untuk tidak membuka suaranya."Akbar," panggil Fanya lirih tanpa menoleh ke arahnya. "Iya." "Aku benar, 'kan?" "Anda tidak bersalah dalam hal ini. Anda memang berhak marah, bahkan anda boleh menampar Tuan Muda tadi." Dia terlihat tersenyum tipis dan kembali diam. "Iya, ya. Seharusnya aku menamparnya tadi." Baru juga Akba
Baca selengkapnya
Talak Pertama Dari Regan
Sudah satu minggu ini Regan tidak bertemu sama sekali dengan Fanya. Bukan tidak ingin menemui, tapi itu memang kesepakatannya. Pria itu hanya mendengar kabar setiap harinya dari Akbar. Meskipun dirinya kini tinggal dengan Manda, tapi nyatanya mereka hanya satu atap. Tidak pernah sekalipun untuk satu kamar. Regan menegak, saat ia mendengar ponselnya yang berdering atas nama Kaisar. Pria itu dengan cepat menyahutnya dan menarik tombol hijau ke atas setelah memastikan pintu kamarnya terkunci rapat. "Halo Kai." " .... ""Aku mengerti, aku juga sudah siap." Setelahnya, kedua bibir Regan tertarik ke atas. Dia melirik ke arah jam dinding kemudian merapikan setelan jasnya tipis-tipis. Langkahnya antusias, menuju kamar Manda dan menggedor pintu itu keras-keras. "Masuk saja Re," sahut Manda dari dalam. Sepertinya wanita itu memang sengaja memacing Regan. Bagaimana bisa dia menyuruh R
Baca selengkapnya
Lepaskan Nona Muda
Manda justru tertawa lebar mendengar perkataan Regan. Wanita itu seperti orang tidak waras yang tertawa heboh sendiri. "Re ... Re. Jadi kamu bertingkah aneh sejak tadi hanya untuk  ini? Apa kamu lupa, kalau kamu tidak akan pernah lepas dariku?" "Menjijikkan," lirihnya. "Tapi sekarang tidak lagi, kamu tidak punya apa pun untuk menahanku." Manda meraih tas dan menyahut ponsel dari dalam sana. Matanya melotot saat dia tahu video itu terhapus bahkan setelah ia mencadangkannya. "Cepat sekali kamu melakukannya?" Regan berdiri, mencondongkan tubuhnya hingga kepala mereka sangat dekat dengan berkata, "Sekarang, pergilah dari hidupku. Aku tidak sudi untuk melihat wajahmu lagi." Tepat saat Regan baru saja memutar tubuhnya, Manda berkata, "Aku hamil anakmu." Regan berhenti sejenak dan berkata, "Aku tidak akan percaya lagi dengan mulutmu itu." "Kamu hanya mengambil ponselku tadi, tapi ka
Baca selengkapnya
Pengakuan Regan
Mendengar itu, Regan berdiri dengan berkata, "Jangan bercanda, Kai!""Tidak, saya tidak bercanda. Jika sampai ke tahap ini, saya tidak akan mampu lagi untuk berbohong pada Nona Muda."Kemudian Akbar pun ikut menyahut dari dalam dapur. "Saya juga tidak akan membohonginya lagi, Tuan. Lebih baik anda mengatakannya sendiri. Dan apa pun yang akan dilakukan oleh Nona Muda nanti, saya pikir itulah yang terbaik."Regan kembli terduduk dengan lemas dan mengusap wajahnya. "Aku tidak mampu lagi untuk menyakitinya. Aku yakin, Manda tidak mengandung anakku.""Bagaimana anda bisa seyakin itu?" tanya Kaisar."Aku sangat yakin, dan aku akan mencari tahunya nanti. Aku sering mendengar dia mengangkat telpon tengah malam dan sepertinya dia memang menyembunyikan sesuatu dariku.""Kalau anda bisa seyakin itu, sebaiknya anda melakukannya dengan cepat. Karena jika Nona Muda tersakiti lagi, maka saya yang akan membawanya juh dari anda."Regan kembali berdiri
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
20
DMCA.com Protection Status