All Chapters of Pembohong yang Sempurna: Chapter 61 - Chapter 70

85 Chapters

Hal yang Aneh

“Aku sudah siapkan rancangannya dan nanti malam baru aku tulis proposalnya. Tugas kamu nanti bantu aku koreksi dan ajukan ke bagian terkait. Sementara seperti itu. Nanti aku kabari lagi.” Meski dengan ekspresi dingin, Nyla menjawab pertanyaan—kemauan Rara—dengan cukup tenang dan lancar. Ia menoleh dan kembali mengamati wajah ceria Rara—dia satu angkatan dengannya dan cantik. Rara mengangguk mantap dan hendak menanggapi jawaban Nyla. Bisa jadi ucapan terima kasih, rasa senang dan bangganya, atau mungkin ide dan masukan lain. Tapi dia tidak sempat mengucapkannya. “Kamu bisa melakukan hal lain dulu,” tambah Nyla. Ia tidak ingin melihat lebih lama gadis itu—dan mendengar suaranya lebih lama—karena ia akan teringat Parta yang—setahu dia—sudah menghubunginya dua kali di malam hari. Mungkin lebih dari dua kali dan bisa jadi di malam yang sama larutnya ketika pemuda itu menghubunginya semalam. Selain karena tidak ingin berlama-lama dengan Rara, di ujung loron
Read more

Dugaan yang Beralasan

“Kamu ganggu dia, lagi?” Mereka berdua keluar dari penatnya perbincangan di ruang tamu. Udara malam yang bebas terasa melegakan dan remang cahaya lampu terasa memberi ketenangan. Harusnya seperti itu, tapi ternyata sama saja. “Maksud kamu apa? Siapa? Nyla? Memangnya ada hubungan apa kamu sekarang dengan dia?” Rentetan pertanyaan retoris diakhiri senyum mengejek jelas tersungging di bibir Yoga. “Ada banyak mata yang melihat dan suara mereka bisa sampai ke telingaku. Aku sudah mencoba ikhlaskan dia, Yoga. Jadi tolong, kamu jangan ganggu dia. Biarkan dia dengan kebebasannya.” “Aku paham kalau kamu bakalan tahu meski kamu tidak di kampus hari itu. Tapi, apa? Kamu mengikhlaskan dia? Dia sendiri yang bilang kalau kamu menghubungi dia malam itu! Apa itu namanya? Apa!” Suara Yoga meninggi, kilatan matanya menunjukkan emosi dan kemarahan, yang sudah tertahan serta siap ia ledakkan dengan hebat. Parta mundur satu langkah. Yoga sedang tidak bisa diatasi
Read more

Tragedi

Mood booster yang alami, Parta langsung merasa semangat kembali. Mengabaikan file kerja praktik, ia langsung mencermati file-file yang dikirimkan Nyla. Bibirnya tersenyum sedikit terbuka mengembuskan napas. Ada rasa bangga yang menyelimuti. Ada bahagia yang ingin sekali dia teriakkan supaya orang lain tahu. Akan tetapi, dia mengurungkannya. Ekspresinya berubah. Dia menyadari siapa dirinya untuk Nyla.Dia membalas surel Nyla selayaknya ketua organisasi pada rekan kerjanya. Memberi masukan yang menurutnya hanya basa-basi karena semua yang dikerjakan Nyla sudah terlihat sempurna.Ingin sekali dia membayangkan ekspresi ceria Nyla, seperti di awal dia menjadi mahasiswa baru. Nyla yang energik. ‘Apakah Nyla yang dulu itu sudah tidak ada? Apakah aku orang dibalik berubahnya Nyla?’ Parta terus mencerna itu sambil menunggu balasan surel dari Nyla. Ia tak berani membayangkan lebih jauh lagi. Hatinya akan merasa sakit karena bersalah sudah membuat gadis itu m
Read more

Pot. 64

Panji datang bersama pengacaranya. Ia melihat Parta berada di balik sel dan keinginannya untuk berbicara langsung hanya berdua tidak dikabulkan.Dari hasil sampel yang diambil semalam terbukti bahwa Parta tidak mengonsumsi obat-obatan terlarang dan hal ini lebih menyulitkan pihak kepolisian. Sekarang sudah ada titik terang untuk Parta, ia tahu jalan permasalahannya dan apa yang pernah terlintas di kepalanya memang benar. Yoga mengonsumsi narkoba, lagi, dan malam itu ia sedang melakukan transaksi.Setelah mendapat kesempatan berbicara, Parta menyampaikan semua itu pada ayah dan pengacaranya.“Kakek sudah tahu kalau aku di sini?” tanya Parta selagi menunggu pengacaranya berbicara dengan petugas. Hal itu pasti menyulitkan ayahnya.“Belum. Ini terlalu pagi. Kamu tenang saja, dia akan baik-baik saja. Papa justru lebih mengkhawatirkan kamu.”“Aku tahu. Aku minta maaf,” sesal Parta. “Lalu, di mana dia sekarang?&rd
Read more

Potongan 65

Nyla terus membayangkan kemungkinan di kampus tanpa adanya Vika dan Parta. Dia sudah terlampau berteman baik dengan keduanya dan dia tidak pernah memiliki teman sedekat hubungan mereka. Teman-teman di organisasi pun seolah menjaga jarak dengannya sejak kabar tentang Parta merebak. Semua tidak seindah yang dialami sebelumnya. Dia benar-benar tidak memiliki teman. Kegiatan bakti sosial tetap berjalan sesuai rencana. Namun di tempat acara, Nyla seolah tidak memiliki teman. Rara menjaga jarak dan seolah bermuka dua. Dengan tidak adanya Parta dan Vika, ia merasa bisa memperlakukan Nyla dengan sesuka hati. Dia dengan berani menyuruh banyak hal kepada Nyla dan parahnya dia mendapat dukungan dari yang lain. Nyla benar-benar merasa bahwa selama ini ia diberi kemudahan karena hubungan dekatnya dengan Vika dan Parta. Sungguh teramat sedih, tapi dia berusaha untuk tetap kuat. Bukan salah merak bukan pula salah dia, semua itu sudah dianggapnya sebagai hukum alam untuk orang biasa
Read more

Pot. 66

“Jadi kemarin itu salah satu sponsor? Penyokong dana? Keren sih, tapi ...” Pergunjingan itu jelas bersumber dari salah satu gadis berambut panjang yang duduk di bagian tengah.  Yang menjadi pusat perhatian dan dengan bangga menunjukkan kepiawaiannya dalam bergosip. Sangat tidak bermutu, tapi hal seperti itulah yang dicari dalam sebuah hubungan sosial. Untuk apa sebuah kualitas jika pada akhirnya tak ada yang berminat mencurahkan perhatiannya, mengakui keberadaannya. Eksistensi memang sangat berperan dan bagaimana cara mendapatkannya bukan lagi hal yang harus dipikirkan dengan kehati-hatian ekstra. Bukankah jika dipikirkan terlalu lama maka semua justru tidak akan terjadi? Semua ada masanya begitu juga dengan eksistensi itu sendiri. Dia Rara yang dengan senyum tersunggingnya sengaja menatap Nyla yang sedang melewati jalan setapak menuju arah basecamp. Dia mengarahkan semua yang ada di sampingnya untuk menunjukkan tatapan mencemooh pada objek yang sama, Nyla.
Read more

Pot. 67

“Bisa ikut masuk ke mobil? Kita bisa cari tempat yang lebih nyaman untuk berbincang.” “Aku sudah pesan ojek dan ini sudah sore. Sudah seharusnya aku pulang,” tolak Nyla. Yang dia dengar dari Vika beberapa hari lalu, wanita ini menjadi saksi atas peristiwa yang terjadi, tapi sepertinya dia tidak pernah berniat untuk membantu Parta. Nada kesal merambati garis wajah Bela. Ia mencoba bersabar dengan gadis pujaan temannya itu. Terlebih di situasi semacam ini. Bukan saat yang tepat untuk menunjukkan keegoisan dan di depan Nyla, tidak akan pernah itu terjadi. Dia harus mengalah sebagai orang yang lebih dewasa. “Tidak ada orang yang menunggumu dan kamu cukup cerdas untuk membagi waktu. Soal ojek kamu bisa membatalkan tanpa merugikan mereka dan soal Parta aku tidak akan mengemis perbincangan lagi denganmu. Jika kali ini kamu bersikeras untuk tetap pulang.” Sekilas Nyla lupa bahwa Parta begitu percaya dengan temannya ini. Teman yang saling menguntungkan setidak
Read more

Pot. 68

Kita tidak pernah tahu hal apa yang membuat kita bahagia sebelum kita benar-benar melakukannya. Bertemu dengan Bela membawa angin segar tersendiri bagi Nyla yang tadinya enggan untuk bertegur sapa. Kesepiannya mulai terobati. Masih ada yang secara langsung meluangkan waktu untuk peduli dengan keadaannya alih-alih mencemooh dan merendahkan seperti halnya sebagian orang di kampus. Bela memesankan taksi untuk Nyla sekaligus membayar ongkosnya meskipun dia tidak bisa turun mengantar gadis itu. Ibu Bela justru dengan cekatan, meskipun duduk di kursi roda, memberi bekal kepada Nyla setelah dia tahu bahwa Nyla tinggal tanpa keluarga. “Kalau ada waktu, sering-sering lah main ke mari. Tante akan sangat senang walaupun tante ditinggal sendirian,” candanya pada Nyla. Tapi itu benar, terkadang orang hanya perlu ditemani tidak harus didengarkan, tidak harus diperhatikan, dan mereka tetap merasakan kebahagiaan. Bukankah itu relasi matang yang sesungguhnya, menghargai keberadaan d
Read more

Pot. 69

“Aku pikir Kak Bela tidak akan menghubungi aku.” Meskipun baru sekali berkunjung, dan ini kedua kalinya, Nyla sudah merasa nyaman bertamu di apartemen Bela. Itu semua karena keramahan Bela dan ibunya. Begitu Bela membukakan pintu Nyla langsung mengekor Bela dan duduk di sofa tanpa perlu dipersilakan. Sementara itu Bela terus berjalan ke kamarnya. “Jangan konyol. Aku bukan orang yang suka ingkar janji,” jawab Bela sesaat setelah ia kembali dari kamarnya. Ia keluar dengan membawa sebuah kotak kemudian duduk di sebelah Nyla dan membuka kotak itu. Nyla melihat isinya dengan sangat takjub. Botol-botol kecil beraneka bentuk dan warna yang sangat menarik. Benda-benda yang semakin menunjukkan sisi feminim seorang wanita. Jika hanya satu atau dua dia pernah melihatnya, tapi sebanyak itu, satu kotak penuh, ia hanya pernah melihatnya di toko bukan milik seseorang. “Mau coba?” tawar Bela, tetapi Nyla hanya tersenyum dan menggeleng. Ia merasa tidak cocok menyapukan kuteks
Read more

Pot. 70

Parta mencerna setiap informasi yang diberikan oleh Robi. Dialah satu-satunya jalan untuk bisa mendengar kabar tentang gadis itu, Nyla. Sementara tentang hubungan Robi dan Bela, baginya itu tidak mengejutkan, ia sudah pernah menduga bahwa kedua orang itu saling menyukai dan beruntungnya kepercayaan Bela tidak berkurang sedikit pun sehingga Robi pun juga menaruh perhatian padanya. Akan berbeda cerita, jika Bela tidak menjadi saksi kejadian malam itu maka bisa dipastikan pikiran negatif tidak bisa ditepis. Robi dan Bela pun juga tidak seserius sekarang ini. Dampak positif untuk orang lain dari kejadian yang dialami Parta. Menitipkan Nyla pada Bela membawa angin kelegaan bagi Parta. Meskipun keduanya sangat berbeda, tapi Parta yakin mereka bisa saling mengisi apalagi Robi sendiri mengatakan bahwa dia sudah tidak mengizinkan Bela pergi ke tempat hiburan malam. Sepenuhnya Parta percaya Bela bisa menjadi teman untuk Nyla. Sekarang tinggal kabar tentang Yoga. Meskipun Vika
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status