Все главы Pembohong yang Sempurna: Глава 41 - Глава 50
85
Pot. 41
“Please!” Vika memohon. “Mumpung aku lagi baikan sama Yoga. Masa kalian tidak dukung aku, sih?” “Aku saja kurang sreg sama dia, apalagi nanti Parta. Kamu tahu kan kalau itu anak dendam banget sama Yoga.” “Ini juga buat perpisahan kamu yang mau ke luar organisasi sekaligus perayaan kemenangan Parta dan pelepasan status aku sebagai ketua. Cuma kita bertiga, sama pacar. Parta pasti bisa mengerti, kok.” Vika masih menelisik wajah Alex yang terus berusaha menghindarinya. “Bisa, ya,” imbuhnya penuh harap. “Ya, ya, ya. Oke. Nanti aku usahakan buat bicara sama Renata,” lepas Alex putus asa. “Yes. Thank you, Alex.” Mata Vika berbinar. Rencana liburan bersama sudah tergambar di pikiran Vika. Dengan meminjam salah satu vila milik keluarga Renata, ia mengagendakan kegiatan santai untuk dua hari dan dua malam. Kegiatan bersama dan kegiatan santai bersama pasangan. Pertemanan mereka mungkin tidak terlalu
Читайте больше
Pot. 42
Sorot lampu memasuki halaman ketika mereka sudah mulai memanggang beberapa daging. Aroma arang dan batok kelapa yang menjadi bara bercampur dengan aroma daging mentah yang mulai gosong. Semakin lengkap saat berpadu dengan beberapa rempah yang mulai dipercikkan dan dioleskan. Alex sibuk mengipasinya membuat asap terkadang mengepul dan berhamburan sedang Renata membalik-balik tusukan itu dan sesekali mengoleskan lagi bumbu dengan menggunakan kuas. “Tunggu dulu, sayang. Nanti tidak matang kalau buru-buru dibalik terus,” tukas Alex memperingatkan Renata. Gadis itu seketika mengerucutkan bibirnya tanda tak setuju saat aksinya diracau. Yoga dan Vika sedang asyik menunggu sepanci air yang digantungkannya di atas api unggun. Mereka tampak berbincang dan saling tersenyum. Terkadang tangan Yoga kembali menghimpun api unggun yang sudah mulai melebar. Menimbulkan percikan api yang membuat mereka berdua melepas tawa. Mobil yang baru masuk ke halaman itu terdengar berhenti. Mesin
Читайте больше
Pot. 43
“Semua sudah aku periksa tadi siang, Rob. Kamu jangan macam-macam! Semua yang aku tangani sudah beres.” Suara Parta masih sedikit ditahan mengingat waktu yang sudah larut. Ia khawatir suaranya terdengar dan mengganggu mereka yang sudah beristirahat. “Lalu apa masalahnya denganku? Itu orang kamu, jadi kamu yang selesaikan,” lanjut Parta yang sudah mulai hilang kesabaran. “Aku tidak mau tahu, semua harus beres!” Parta menutup teleponnya dan menyugar kasar rambutnya. Ia menyakukan kembali alat komunikasi itu dan menyalakan keran. Ia merangkum air yang mengalir dengan kedua telapak tangannya. Membasuh muka adalah pilihan yang tepat untuk menyegarkan pikiran. Ia menatap wajahnya yang basah memantul dari dalam kaca di depannya. Di sana juga tampak seorang yang berdiri di dekat pintu tak jauh di belakangnya. Parta sangat yakin Yoga ikut mendengar pembicaraannya. Ia membalik badan dan berjalan mendekati Yoga yang masih tenang. “Apa yang kamu dengar?”
Читайте больше
Pot. 44
Mereka sudah sampai di halaman ketika sedang berdebat. Nyla masih ingin menikmati suasana di pegunungan itu sementara Parta memaksanya untuk ikut kembali ke kota. Parta tak ingin dibantah. Siang itu ia harus kembali bersama dengan Nyla. Ia tak ingin meninggalkan Nyla di vila bersama dengan yang lainnya. “Aku masih banyak urusan, Ny! Gak bisa lama di sini. Lagian kan tinggal acara pribadi. Vika juga sudah mengizinkan. So? Apa lagi? Kita pulang pokoknya. Jadi, cepat bereskan barangmu!” Parta meminta Nyla segera masuk dan bersiap. Meski gerutu dan penolakan Nyla terus terlontar Parta tetap bergeming. “Kan bisa balik sendiri dan aku tetap di sini sama yang lain. Tidak masalah, kok.” Nyla mengangkat kedua tangannya. “Memangnya kamu mau ngapain sendirian di sini? Apa yang bakal kamu lakukan? Atau sengaja mau merepotkan mereka?” Parta mencoba berargumen. “Sudah, tidak usah bantah, atau …?” Parta tidak melanjutkan ancamannya. “Ya, y
Читайте больше
Pot. 45
Dua hari Parta malang melintang membagi diri untuk menyiapkan ujian semester yang tinggal sebentar lagi dan juga mengurusi permasalahannya terkait dengan proyek yang sedang dikerjakan bersama Robi. Permasalahan tempo hari tidak bisa ia terima secara mentah. Di belakang Robi, ia mencari tahu penyebab kegagalan pengiriman barang yang sudah dia pesan dengan detail dan teliti. Tak ada perjuangan yang sia-sia. Dengan bantuan Bela akhirnya Parta menemukan akar kejanggalan yang membuat diplomasinya tak berjalan sesuai kenyataan. “Lihat, nih!” Parta meletakkan dengan asal beberapa foto dan lembar bukti pembayaran yang dipalsukan.” Semua itu ulah anak buah kamu!” “Dapat dari mana?” Robi melirik dan mencermati kertas-kertas di atas meja itu. Ia tak menyentuh sedikit pun, tapi sudah bisa memastikan keabsahannya. “Itu bukan poin yang harus kita bicarakan saat ini. Kenyataannya pemesanan ulang sudah dilakukan dan proyek akan selesai dalam beberapa hari la
Читайте больше
Pot. 46
Beberapa hari yang padat dengan ujian semester sudah berhasil dilewati dan tidak terasa sudah hampir satu tahun Nyla menyandang status mahasiswa. Ia merasa waktu berjalan begitu cepat, suka dan duka yang sudah dirasakannya seperti angin berlalu. Sebagian besar merupakan hal yang patut disyukuri, bukan karena berupa hal yang menggembirakan namun lebih pada keberhasilan Nyla dalam menjalaninya. Suatu penghargaan pada diri sendiri yang terkadang cukup bias untuk dirasakan. Bersyukur dan ikhlas bisa menjadi jalan untuk mendamaikan hati dan melanjutkan hari dengan lebih percaya diri. Jika pada liburan semester sebelumnya Nyla memilih untuk mengambil mata kuliah tambahan, kali ini–di masa senggang sebelum menerima hasil ujian—Nyla lebih memilih membaca beberapa literatur untuk mempersiapkan semester mendatang. Beberapa kali ia ke luar dan masuk perpustakaan untuk mencari buku referensi, membaca dan menyalinnya. Ia sudah menyesuaikan kebutuhan bacaan dengan materi kuliah yang akan
Читайте больше
Pot. 47
Kini Parta sudah berada di undakan paling bawah. Dengan setelan celana panjang berwarna gelap, kaos berwarna putih, outer berwarna biru donker, dan sepatu semikasual berwarna gelap. Rambutnya disisir dengan belahan yang rapi dan tentu saja aroma mint berpadu geranium dan patchouli yang menguar membuatnya semakin menarik. Sebelumnya, dari dalam kamarnya di lantai dua samar-samar ia sudah mendengar obrolan panjang ayahnya dan Nyla. Hingga ia selesai bersiap dan turun menemui keduanya. Ia melihat ayahnya berdiri di dekat Nyla dan menyodorkan paper bag bermotif batik kepada gadis itu. Nyla seolah menunjukkan penolakan. Enggan dan takut menerimanya. Apalagi dirinya baru pertama kali bertemu dengan ayah Parta, rasanya kurang pantas jika harus menerima suatu pemberian dan terlintas di pikiran Nyla kecemasan akan tujuan pemberian itu. “Tenang saja, Papa orang baik. Andai seluruh dunia setuju dengan peribahasa ‘buah jatuh tak jauh dari pohonnya’
Читайте больше
Pot. 48
“Lepas!” Parta meradang. Teriaknya lantang tertahan. Suaranya dalam. Ia mencengkeram erat kursi roda. Di atasnya ada tangan rapuh nenek yang menahannya agar tak berjalan mendekati dua sosok itu. “Tenang, Par. Aku hanya mencoba membantu Nyla.” Yoga melepaskan tangan Nyla. “Iya, kan, Ny?” Yoga menoleh pada Nyla yang terdiam karena terkejut dengan kedatangan Parta. Pandangan Parta tak lepas dari Yoga. Sementara itu Yoga melangkah mendekat dengan senyum yang mengembang. Pemuda itu bertumpu di depan kursi roda dan mencium tangan keriput nenek yang sudah kembali berada di pangkuan. “Nenek tahu, kan, kalau aku tidak akan berani mengambil milik Parta.” Yoga berkata seolah tidak terjadi apa pun. Ia mendongak menatap neneknya dengan tersenyum. Senyum yang semakin membuat Parta ingin melempar kepalan tangan. “Nenek merindukan kalian berdua yang akur, yang rukun. Nenek ini sudah tua, jangan kalian menambah beban pikiran nenek yang sakit-sakitan ini.” Nenek menepu
Читайте больше
Pot. 49
Parta membanting tas ke bangku yang selalu menjadi tempat duduknya ketika jam kuliah. Wajahnya muram menunjukkan kekesalan karena beberapa kali handphonenya tidak berhenti bergetar. Ayahnya. Parta mendengus, “Ada apa sih, Pa. Aku baru saja sampai kampus. Buat apa aku ke sana? Aku ada janji sama teman kuliah hari ini. Ok, nanti jam pulang kantor aku mampir ke sana.” Parta menutup panggilannya. Parta mendekati teman-temannya yang sedang berdiskusi. Mereka sedang merencanakan pembuatan proposal untuk pengajuan kegiatan praktik kerja pertama yang menjadi mata kuliah wajib di semester lima. Lama berdiskusi hingga mereka memutuskan untuk menjalani praktik kerja bersama di dalam kota. Proposal sudah rapi dan siap diberikan pada dosen pengampu. Pembagian tugas selama praktik kerja juga sudah ditentukan. Usai bertemu dengan teman-temannya, Parta mencoba ke basecamp. Berharap bisa bertemu Nyla karena sejak peristiwa makan malam
Читайте больше
Pot. 50
“Mengapa kamu selalu seperti itu? Kamu sangat benci melihat aku selalu lebih baik dari kamu?” Mereka berdua keluar dari ruangan yang sama setelah mendengar banyak kata yang menyudutkan. Tak sekali pun mereka berani menjawab dan memperlihatkan muka. Semua menunduk dalam diam, hanya mengangguk dan dengan pelan mengatakan ya. Meski pujian dan terima kasih didapat Yoga, ia juga tak berani banyak bertingkah di situasi semacam itu. Sementara Parta yang dianggap sebagai biang keladi tentu saja diam seribu bahasa setelah berlutut meminta maaf. Berjalan berdua setelah sekian lama berjarak tentu rasanya tidak akan nyaman. Mereka kini berhenti di ujung lorong, tepatnya balkon kecil tempat menikmati pemandangan untuk sekadar mengistirahatkan mata, yang letaknya tak jauh dari elevator khusus di lantai itu. “Aku menginginkan Nyla. Aku tidak pernah benar-benar menginginkan milikmu seperti saat ini. Aku sangat ingin mendapatkannya, tapi kebiasaanku untuk selalu meng
Читайте больше
Предыдущий
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status