Suara dentuman terakhir. Pintu berderak, engselnya terlepas dengan jeritan logam, dan kemudian, dengan satu dorongan dahsyat, pintu tersebut terlempar ke dalam, menabrak dinding di seberangnya dengan suara memekakkan telinga. Cahaya sore yang meredup langsung menerobos masuk, menyilaukan mataku yang sudah terbiasa dengan kegelapan. Di ambang pintu yang hancur, siluet seorang pria muncul. Nafasnya terengah-engah, bahunya naik turun. Aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena silau, tapi aku tahu siapa dia. Siapa lagi yang akan mendobrak pintu gudang tua demi aku? Azlan. Dia berdiri di sana, mengamati kekacauan di dalam. Matanya menatapku, tergeletak tak berdaya di lantai yang kotor, dengan air mata dan debu membasahi wajahku. Dalam sorot matanya, aku melihat sesuatu yang baru. Bukan amarah, bukan arogansi. Tapi ketakutan. Ketakutan yang dalam, yang jarang sekali ia tunjukkan. Dia langsung berlutut di sampingku. Tangannya meraihku, mencoba menarik ku ke dalam pelukan. Tapi
Dernière mise à jour : 2025-08-30 Read More