Penguasa Hati

Penguasa Hati

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-09-01
Oleh:  MerryBaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
10 Peringkat. 10 Ulasan-ulasan
33Bab
2.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sinopsis

Tara Nadira tak menyangka sedikit pun akan berurusan dengan Azlan Sharim, Mahasiswa pindahan yang menjadi pria yang paling ia hindari di kampus. Bukan karena membencinya, justru karena ia takut terperangkap dalam pesonanya yang mampu menaklukan bayak gadis.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1

"Tara, hati-hati langkahmu. Lumpur di sana licin sekali," suara Ayah memecah keheningan pagi yang basah.

Aku mengangguk, tanpa menoleh. Tangan-tanganku yang kotor menancapkan bibit padi satu per satu. Aroma tanah basah dan padi yang mulai menguning. Bagiku, itu aroma rumah, aroma masa depan yang ingin ku ubah. Ayah mengawasi dari belakang, sesekali membetulkan capingnya.

"Sudah berapa banyak, Yah?" tanyaku, memecah kesunyian yang terlalu nyaman. Terlalu nyaman membuatku lupa kenapa aku di sini, kenapa tangan-tangan harus bekerja keras lebih dari biasanya.

Ayah tertawa pelan. "Lebih banyak dari yang bisa kamu hitung, Nak. Kenapa? Sudah capek, ya? Hari ini bukan hari biasa, Ibu bilang."

Aku membalikkan badan, menatap wajahnya yang keriput oleh matahari. Ada cinta tak terhingga di sana, juga harapan yang berat. "Bukan capek, Yah. Hanya saja, hari ini bisa jadi hari terakhir Tara membantu di sawah, ya kan? Sebelum berangkat, kalau nanti Tara lolos beasiswa kuliah. Jadi ingin tahu berapa banyak yang sudah Tara kerjakan, sebagai kenang-kenangan."

"Hari terakhir?" Ayah menggeleng. "Kamu bicara apa, Nak? Kamu akan selalu bisa kembali ke sini. Sawah tak akan ke mana-mana. Tanahmu. Rumahmu." Ia tahu persis apa yang ku maksud, dan apa yang ku khawatirkan.

Aku menghela napas. "Maksud Tara, sebelum Tara jadi mahasiswi beneran. Kalau lolos beasiswa penuh ke Sharim." Kalimat terakhir meluncur begitu saja, lebih seperti sebuah doa daripada pernyataan. Ada gumpalan kecemasan di perutku.

Hening sejenak. Hanya kicauan burung dan gemericik air yang terdengar. Ayah menepuk pundakku. "Sudah Ibu bilang, kan? Kamu pasti lolos. Nilaimu selalu yang terbaik. Sekolahmu gratis terus sejak SD. Ini bukan cuma harapan kosong, Tara. Kamu memang pantas mendapatkannya."

Aku hanya tersenyum tipis. Rasa minder, atau mungkin realistis, selalu menggerogoti. Kampus Sharim? Bukan main-main. Universitas swasta dengan reputasi mentereng, khusus untuk anak-anak orang kaya. Aku, anak petani dari desa terpencil, bahkan tidak akan berani bermimpi menginjakkan kaki di sana jika bukan karena beasiswa penuh yang dijanjikan Yayasan.

"Iya, Tara tahu, Yah. Tapi tetap saja. Rasanya seperti ... terlalu bagus untuk jadi kenyataan," kataku, merunduk, kembali menancapkan bibit padi. Ada rasa takut yang mengendap. Takut mengecewakan. Takut bahwa semua kerja keras akan sia-sia.

"Rezeki ada jalannya sendiri, Nak. Jangan pernah meremehkan dirimu sendiri," Ayah berujar lembut, lalu tiba-tiba mendongak ke arah gubuk. "Ayo, cepat ke Ibu. Dia tadi bilang, ada kabar penting yang sudah tiba."

"Kabar penting?" Jantungku berdebar tak karuan. Mungkinkah? Hari ini adalah jadwal pengumuman beasiswa. Aku membersihkan kaki di selokan irigasi secepat kilat, lalu berlari kecil menuju gubuk bambu.

Ibu duduk di bangku kayu, tangannya sibuk menganyam tikar pandan. Namun, ada selembar amplop putih di pangkuannya, tergeletak mencolok di antara serat-serat hijau. Amplop yang sama, dengan lambang Yayasan Sharim yang megah.

"Ibu!" Aku tersengal, napas memburu.

Ibu mendongak, matanya yang teduh menyambut ku. Ada senyum tipis di bibirnya, namun matanya memancarkan kegugupan yang sama denganku. "Sudah selesai membantu Ayah?"

"Iya, sudah. Ibu, ini surat apa?" Aku menunjuk amplop yang seolah memancarkan auranya sendiri.

"Surat dari Sharim. Baru saja diantar Pak Pos. Ibu belum berani membukanya," bisik Ibu, suaranya sedikit bergetar. Dia menyerahkan amplop pada tanganku, tangannya dingin, seolah takut menyentuh takdir di dalamnya.

Aku meraihnya. Amplop terasa tebal dan penting di genggamanku. Seluruh tubuhku kaku, detak jantungku berpacu seperti genderang perang. Ini nasibku, nasib keluargaku, tergambar dalam beberapa lembar kertas. Aku memejamkan mata sejenak, menarik napas dalam-dalam.

"Buka saja, Nak. Kita hadapi bersama, apa pun hasilnya," kata Ayah, yang ternyata sudah tiba di belakangku. Tangannya mengusap puncak kepalaku, memberikan kekuatan. "Kami selalu bangga padamu, apa pun yang isi surat itu."

Aku membuka mata, menatap wajah kedua orang tuaku. Wajah-wajah yang penuh harapan, yang telah mengorbankan segalanya demi pendidikanku. Aku tahu aku tidak boleh mengecewakan mereka. Tidak boleh ada kata gagal.

Dengan gemetar, ku robek perlahan tepi amplop, seperti membuka kotak harta karun berisi permata atau justru kehancuran. Kertas tebal berlogo Sharim muncul. Aku menariknya keluar. Mata memindai cepat, mencari kata kunci: 'selamat', 'diterima', atau sebaliknya.

"Apa, Nak? Bagaimana?" Ibu bertanya, tak sanggup menahan rasa ingin tahu yang menggerogoti.

Ayah menahan lengannya. "Sabar, Bu. Beri Tara waktu."

Aku merasakan tenggorokanku kering. Aku mulai membaca. Setiap kata terasa dicetak tebal, berteriak di benakku.

"Kepada Yth. Saudari Tara Nadira ...."

Aku melanjutkannya dalam hati, bergerak lebih cepat. Ada kata 'dengan bangga', 'penerima beasiswa penuh', 'seluruh biaya perkuliahan', 'uang saku bulanan'. Kata-kata itu menari-nari, membentuk sebuah melodi kemenangan yang menggema di setiap serat tubuhku.

"Tara ... Tara lolos!" suaraku pecah, campuran antara lega, haru, dan tak percaya. Aku mendongak, menatap Ayah dan Ibu, air mata mulai menggenang di pelupuk mata. "Tara lolos, Yah, Bu! Tara diterima di Universitas Sharim!"

Ibu langsung memelukku erat, tangisnya pecah di bahuku. Ayah ikut memeluk kami berdua, tawa kecilnya menyertai air mata bahagia yang membasahi pipi. "Lihat, kan? Ibu bilang juga apa. Kamu anak pintar, Nak."

"Bukan cuma pintar, Bu. Tara juga anak yang gigih. Anak yang selalu tahu apa yang dia mau," tambah Ayah, suaranya serak. "Dan sekarang, mimpimu mulai jadi nyata."

Aku membalas pelukan mereka, erat sekali. Hangat dan penuh cinta. Di tengah pelukan hangat orang tuaku, di gubuk bambu sederhana kami, di antara hamparan padi yang menguning, aku tahu hidupku akan berubah total. Aku telah mengamankan tiketku. Namun aku juga tahu, ini baru permulaan.

Perjalanan sesungguhnya baru akan dimulai. Dan aku harus siap, karena dunia yang akan ku jelajahi pastilah sangat berbeda dari sawah. Dunia yang penuh dengan janji, tapi juga mungkin penuh bahaya dan tantangan yang belum pernah kubayangkan.

Aku mendekap surat beasiswa di dadaku, seolah ia adalah peta menuju masa depan. Sebuah masa depan yang mahal, yang tidak boleh hancur karena hal lain, apalagi karena hati yang goyah. Aku berjanji pada diriku sendiri.

"Aku tidak akan pernah melupakan alasan utama kenapa aku pergi," bisikku pada diriku sendiri, lebih seperti sebuah sumpah. "Tidak akan ada yang bisa menghentikan ku. Tidak akan ada."

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Ayaka
masih nunggu lnjutannya, semngat thor...
2021-10-02 21:57:01
0
user avatar
Chymoot
..................
2021-10-02 21:01:26
0
user avatar
Narti
Baru star baca, tp brharap otornya bsa smngat nulis biar gk kangen brat dgn epsode slnjutnya
2021-10-02 19:10:39
0
user avatar
Song
Suka certa ttg prjuangan kek gini, tpi msh pnsaran lnjutanyya thor
2021-10-02 18:39:48
0
user avatar
May
Semoga Tara bisa kuat kuliahnya..
2021-10-02 15:18:45
0
user avatar
Maia
Ditunggu lnjutannya Thor...
2021-09-29 22:34:06
0
user avatar
Velove Lahinda
Nunggu lanjutannya Thor...Semangat......
2021-09-24 10:43:41
0
user avatar
March
❤️❤️❤️❤️❤️❤️
2021-06-04 20:13:10
0
user avatar
Song
tetap semngat Tara, jangan menyerah
2021-05-29 23:24:18
0
user avatar
Merry
❤️❤️❤️❤️❤️
2021-05-09 16:09:56
0
33 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status