All Chapters of Penguasa Benua Timur: Chapter 81 - Chapter 90
782 Chapters
80 – Kematian tanpa Sebab
Tembok raksasa sudah terlihat di depan mata. Tembok tersebut merupakan tumpukan bebatuan alam yang disusun sedemikian rupa hingga menjulang setinggi tiga puluh meter. Kabarnya, bebatuan penyusun tembok raksasa itu bukanlah batu biasa melainkan bebatuan yang turun dari langit hingga memiliki ketahanan yang tak bisa diukur oleh kekuatan manusia.Sejarah mengatakan bahwa nenek moyang manusia zaman dahulu membangun tembok raksasa demi menciptakan kedamaian dunia. Pada waktu tembok tersebut dibangun, peradaban manusia baru saja pulih dari era kekacauan yang maha besar. Itulah mengapa para nenek moyang manusia berbondong-bondong menghabiskan sisa usia mereka demi membangun peradaban baru yang akan menyelamatkan keturunan umat manusia.Begitulah, tak benar-benar ada yang tahu siapa dan bagaimana cerita asli di balik dibangunnya tembok raksasa tersebut. Yang jelas, saat ini tembok tersebut merupakan sebuah garis pembatas antara dua jenis manusia, yaitu manusia biasa dan manusi
Read more
81 – Dalang di Balik Dalang
Sebenarnya, Zhou Fu tak memiliki urusan dengan kematian sekeluarga bangsawan itu. Andai saja ia tetap melanjutkan perjalanan menuju ke kediaman Shen Shen, itu akan jauh lebih baik. Tetapi, ketika ia mulai mencurigai tentang adanya dalang di balik dalang terkait kematian tersebut, perhatiannya tertuju pada kasus itu. Kasus yang mungkin akan membuatnya percaya pada kecurigaan Patriark Yuan Kai tempo dulu.“Maaf, sepertinya aku tak bisa menepati janjiku Patriark Yuan. Aku akan sedikit lebih lama di sini,” gumam Zhou Fu dalam batin tepat ketika ia melihat mayat-mayat satu anggota keluarga bangsawan itu.Sayangnya, ketika ia masih melakukan introgasi pada dua tabib yang menangani kasus itu, seseorang berjenggot datang. Pria berjenggot itu marah-marah dan menunjukkan eskpresi tidak senangnya pada Zhou Fu. Dari gaya bicaranya, jelas orang itu adalah orang penting dan berkuasa, atau bisa juga dibilang orang yang merasa punya kuasa.“Maaf, Tuan. Siapapu
Read more
82 – Tugas Zhao Yunlei?
 “Jadi, langsung saja biar tak berlama-lama. Siapa yang ada di balik semua ini?”“Kakak, jawablah…” gumam salah seorang tabib seraya menarik-narik lengan baju tabib di sebelahnya.Si tabib yang dipanggil kakak tersebut terlihat kebingungan untuk memulai kalimatnya. Akhirnya, ia pun mencoba bernegosiasi.“Tuan, kematian mereka tidak akan merugikan Tuan Muda. Bahkan, kematian kami sekalipun, juga tidak akan membuat hidup Tuan menjadi lebih untung atau lebih rugi. Tidakkah sebaiknya kita berunding dengan lebih santai?” ucap si tabib dengan kedua telapak tangan menyatu, memohon agar Zhou Fu bersedia mempertimbangkan usulannya.“Tuan-Tuan Tabib, asal kalian tahu jika saya tak sedang mencari untung atau menghindari rugi. Saya hanya ingin menuntaskan rasa penasaran di kepala saya. Tuan-tuan tabib pasti mengerti jika dikejar penasaran itu rasanya tak tertahankan! Jadi intinya, jawab saja pertanyaan say
Read more
83 – Keputusan Terakhir
Tak ada satu pun kejadian di muka bumi yang terjadi begitu saja. Bahkan, sebuah kebetulan sekalipun katanya adalah sesuatu yang sudah direncanakan. Sebagaimana kasus Zhou Fu yang keluar dari pulau Youhi untuk mengantar Nona Shen Yang, perjalanannya menuju ke Caihong justru membawanya pada serpihan teka-teki tentang identitas dirinya sendiri. Sepertinya, takdir memang ingin menunjukkan sesuatu pada Zhou Fu lewat perjalanannya memulangkan Nona Shen Yang.Zhou Fu terduduk diam di sudut ruangan, pikirannya sedang sibuk menimbang-nimbang beberapa hal. Misi menyelamatkan Shen Shen sudah hampir selesai dengan sempurna. Akan menjadi sangat mudah baginya untuk kembali pulang ke pulau Youhi dan melanjutkan latihan bersama kakek Li Xian. Tetapi sialnya, pikirannya sedang diselimuti rasa penasaran yang mungkin akan selalu menghantui kepalanya jika ia memilih untuk pulang ke Youhi. Rasa penasaran memang kerap membuat hati seseorang terbolak-balik dalam kebimbangan.Zhou Fu yang awa
Read more
84 – Sebuah Undangan
Malam itu, untuk pertama kalinya setelah sekian tahun Shen Shen mendengar lagi kata tersebut di telinganya. Ketika Zhou Fu menyebut kata ‘Shufashen’, Shen Shen langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan sebagai tanda bahwa ia cukup terkejut dengan apa yang diucapkan oleh Zhou Fu.“Bagaimana, bagaimana kau bisa menemukan istilah itu?” Shen Shen bertanya penasaran.“Jawab dulu pertanyaanku, apa yang kau tahu tentang Shufa…”Shen Shen langsung menutup mulut Zhou Fu dengan satu tangannya. Gadis itu lantas menoleh ke kanan dan ke kiri seolah memastikan apakah ada orang lain yang mendengar percakapan mereka.“Sssst! Jangan ucapkan kata terlarang itu di daratan Caihong! Itu adalah pantangan dan jangan coba-coba bertanya pada orang yang belum kau kenal tentang hal itu! Ya, meski hanya ada cukup sedikit orang yang menganggapnya sebagai kata terlarang, sebab memang tak banyak yang tahu tentang hal itu!”
Read more
85 – Penangkapan???
“Aku tidak akan datang, demi apapun!”“Apa maksudmu? Mereka mengundangmu untuk mengucapkan rasa terima kasih. Kau bahkan ditawari jabatan yang bagus di markas militer Caihong. Apa yang salah di sana?” Shen Shen menggeleng-gelengkan kepala bingung. Untuk seseorang rakyat jelata yang mendapatkan kesempatan menjadi bagian dari anggota militer Caihong, seharusnya itu menjadi sebuah tawaran yang menggirukan.“Sebaiknya kita kembali saja ke penginapan, lagi pula kau tak akan mengerti apa yang aku khawatirkan,” Zhou Fu meraih lembaran undangan di tangan Shen Shen, menggulungnya kembali dan memsukkan gulungan itu ke dalam jubahnya. Shen Shen selalu menganggap bahwa pemerintahannya bersih sementara insting Zhou Fu mengatakan sebaliknya. Tentu akan terjadi perdebatan panjang jika Zhou Fu memilih berterus terang pada Shen Shen.Shen Shen pun pada akhirnya menerima usulan Zhou Fu. Ia bersedia untuk diajak kembali ke penginapan. Udara mala
Read more
86 – Rahasia Gulungan Perak
Tuan Zhengyi meraih gulungan cokelat yang diulurkan oleh si prajurit. Beberapa kali Tuan Zhengyi mengangguk-anggukkan kepala seraya mengurut dagunya tatkala ia membaca baris demi baris surat tersebut. Sesekali, Tuan Zhengyi mengalihkan pandangannya pada Zhou Fu lalu kembali membaca baris-baris tulisan dalam gulungan cokelat.“Apakah semua yang tertulis di surat ini adalah sebuah kebenaran, Anak Muda?” Tuan Zhengyi mengerutkan dahi seraya menyerahkan gulungan cokelat itu pada Zhou Fu. Tentu saja maksud dari Tuan Zhengyi adalah meminta Zhou Fu untuk memeriksa kembali kebenaran informasi dalam surat tersebut.Dengan ragu-ragu, Zhou Fu meraih gulungan coklat dari tangan Tuan Zhengyi. Ia memejamkan mata sejenak, menarik napas dalam lalu mulai mengamati baris demi baris tulisan yang tertera dalam surat tersebut. Semakin Zhou Fu mengamati isi surat itu, semakin kepalanya pusing karena ia sama sekali tak mengerti apa isi suratnya.“Tuan, bisakah Tuan-T
Read more
87 – Dugaan Zhou Fu
“Apakah kau menganggap mereka telah menangkap temanmu ini?” Tuan Zhengyi mengerutkan dahi, telunjuknya mengarah tepat ke wajah sosok gadis cantik dalam lukisan, “atas dasar apa? Dan dengan tujuan apa mereka melakukan itu?”“Sepertinya saya sudah memiliki gambaran tentang mengapa mereka melakukan ini semua,” jawab Zhou Fu dengan satu tangan mengurut dagu.“Tentang apa?” Tuan Zhengyi bertanya lagi.“Di surat undangan yang pertama, mereka menjelaskan dengan sangat rinci tentang urutan-urutan perjalanan yang saya lalui sebelum tiba di Caihong. Mereka mengetahui jika saya pernah berada di sekitar Dengguang, menaiki kapal Guichuan lalu menghadang rombongan pendekar Shamo yang hendak menyelundupkan tanaman beracun ke Caihong,” Zhou Fu berhenti sejenak untuk menenggak minuman, lalu ia melanjutkan kembali kalimatnya.“Mereka juga tahu jika saya menyelamatkan warga Yimin dari kebakaran hebat. Lalu, y
Read more
88 – Oligarki
 “Tuan Muda, kita telah sampai di istana,” ucap seorang prajurit Caihong seraya membuka tirai kelambu kereta kuda. Kereta itu berhenti di pelataran yang menghadap ke sebuah bangunan besar.“Baik. Terima kasih,” Zhou Fu membuka matanya setelah sepanjang perjalanan hanya duduk bersila dengan mata terpejam.“Seorang pengawal akan menjemput Tuan Muda dan mengantarkan Tuan ke ruang pertemuan. Saya pamit undur diri,” tukasnya sembari membungkuk mundur beberapa langkah ke belakang. Para iring-iringan prajurit yang mengantar Zhou Fu ke pelataran itu pun kini mulai membubarkan diri dan meninggalkan Zhou Fu sendiri yang terperangah memandang bangunan istana.Zhou Fu menolehkan kepalanya pada sebentuk bangunan yang cukup tinggi dan besar. Bangunan yang harus dilewati dengan perjalanan panjang melewati berratus-ratus anak tangga. Tetapi, bukan kemegahan bangunan itu yang membuat pandangan Zhou Fu terhipnotis. Ada sebuah detail dari b
Read more
89 – Mao Mingzao
Dan, duduklah sesosok pria dengan tubuh sebesar empat kali  tubuh manusia dewasa, setinggi satu setengah pria dewasa. Pria besar itu menjentik-jentikkan jari ke sisi kursi singgasananya yang megah tatkala Zhou Fu mulai memasuki ruangan. Tak begitu jelas bagaimana ekspresi mukanya sebab seluruh bagian wajah dari pria itu tertutup oleh sebentuk topeng singa emas. Bahkan, dua bola mata dari pria itu juga tak terlihat sama sekali.Di dalam ruangan tersebut, setidaknya ada sembilan topeng singa emas yang  tengah berjajar cukup rapi. Itu artinya, ada sembilan manusia yang sedang menutupi wajahnya dengan topeng serupa. Tinggi dan besar dari delapan orang-orang bertopeng itu cukup wajar hingga kian membuat ukuran si pria di singgasana terlihat bak raksasa.“Apakah ini adalah hari topeng sedunia?” celetuk Zhou Fu demi memecah keheningan. Suasana di dalam ruangan itu sangat hening dan membuat canggung. Tak seorang pun memberinya sapaan sekaligus ia juga mer
Read more
PREV
1
...
7891011
...
79
DMCA.com Protection Status