Semua Bab Penguasa Benua Timur: Bab 61 - Bab 70
782 Bab
60 – Lingkaran Tenaga Dalam
Tabib senior itu bernama tuan Wu Quibai, seorang pria sepuh yang seluruh rambut di tubuhnya telah berwarna putih. Alis, bulu hidung serta rambut-rambut halus di tangannya juga memiliki warna putih keabu-abuan menandakan jika pria itu setidaknya telah mencapai usia yang cukup tua.Tabib Wu meminta Zhou Fu duduk selagi dia membersihkan darah di kepala Zhou Fu. Keheningan terjadi selama beberapa saat, baru ketika tabib Wu hendak memberi jahitan di kulit kepala Zhou Fu, ia memulai sebuah pembicaraan.“Anak muda, siapa namamu?” tanyanya dengan suara yang enak didengar telinga, lembut dan mendamaikan.“Saya, Zhou Fu, kakek tabib…”“Panggil saja aku dengan tabib Wu,”“Baiklah, Tabib Wu. Sepertinya ada yang ingin tabib Wu bicarakan dengan saya?” Zhou Fu bertanya.“Tidak keliru. Aku tidak akan bertanya mengapa terjadi sesuatu di ruang Patriark Yuan Kai. Tetapi, melihat kau masih sehat begin
Baca selengkapnya
61 – Penyerang Patriark Yuan Kai
“Pemuda berbakat seperti tuan muda tidak mengenal tingkatan kekuatan pendekar? Oh, apakah tuan muda ini datang dari dunia lain?” Tabib Wu Quibai bertanya setengah bercanda.“Ya, dunia saya cukup berbeda. Jangankan soal seperti itu, saya bahkan baru mengenal makhluk bernama perempuan beberapa bulan terakhir. Kiranya tuan tabib bersedia membimbing saya yang masih awam ini.”“Haha… Benarkah demikian? Biar kutebak, tuan muda pasti sangat senang setelah mengenal perempuan. Mereka makhluk yang menggemaskan bukan?”“Tidak juga, mereka sangat merepotkan. Daripada membahas soal perempuan, saya lebih ingin mendengar tentang tingkatan kekuatan pendekar yang tabib sebutkan beberapa saat lalu.”Sambil menyiram tubuh Zhou Fu dengan air hangat, tabib Wu Quibai mulai berceloteh panjang lebar tentang dunia persilatan. Dalam dunia kependekaran, terdapat sembilan level kekuatan yang merupakan kemampuan secara keseluruha
Baca selengkapnya
62 – Rahasia Shufashen
Nama yang disebut oleh tabib Wu Quibai sama persis dengan nama kakek dari Zhou Fu. Ketika mendengar nama itu diucapkan oleh tabib Wu Quibai, Zhou Fu mencoba meyakinkan dirinya jika bisa jadi hal tersebut hanyalah sebuah kebetulan belaka.Tetapi, fakta bahwa kakeknya telah bersembunyi selama empat belas tahun, lagi-lagi membuatnya khawatir jangan-jangan Li Xian yang melukai patriark Yuan Kai adalah Li Xian yang sama yang telah merawat dan membesarkan Zhou Fu selama ini.“Jika kau ingin melihat iblis dalam wujud manusia, kau bisa bertemu dengan Li Xian,” tabib Wu Quibai melanjutkan ucapannya, “tak ada hal baik yang bisa diceritakan dari pendekar satu ini. Begitu juga, tak ada  yang menyukainya, meski itu sesama iblis sekalipun! Bahkan…“Tabib Wu, sepertinya saya sudah lebih baik sekarang. Saya ingin melihat keadaan patriark Yuan Kai dan teman saya. Bisakah saya pergi sekarang?” Zhou Fu bangkit dari posisi bersila ke posisi
Baca selengkapnya
63 – Teknik Penguncian Aura
“Kau tidak boleh mengulang kegagalanku, anak muda!” Patriark Yuan Kai menepuk pundak Zhou Fu yang masih berada dalam jangkauannya, “jika beberapa waktu lalu aku ingin kau tinggal di sini, kurasa sekarang keputusanku sedikit berubah. Kau harus melanjutkan misimu sendiri. Dan berburu Shufashen di waktu yang lebih tepat.”“Syukurlah jika Patriark berpendapat demikian. Kembali lagi ke tujuan saya ke sini, saya membutuhkan kuda.”“Jangan risau soal itu, aku memiliki kuda hitam yang cukup terlatih. Kau bisa membawanya tanpa harus berpikir untuk mengembalikannya. Tetapi dengan satu syarat!” Patriark Yuan Kai mencengkeram pundak Zhou Fu ketika menyebutkan kalimat terakhirnya tersebut.“Syarat?”“Ya. Kau tidak boleh bertarung menggunakan aura merah. Jika kau kebetulan sedang berurusan dengan pemburu orang seperti kita, dipastikan identitasmu sebagai pembaca Shufashen akan segera terbongkar. Berani b
Baca selengkapnya
64 – Meninggalkan Desa Malam
Setiap kali kaki Zhou Fu menjejak ke bebatuan gua, ada sebuah tanda sepatu yang menjorok ke dalam seolah bebatuan tersebut hanyalah tanah gembur yang dilewati kaki pasca terjadi hujan. Patriark Yuan Kai mengerutkan alis tepat ketika melihat tanda kaki Zhou Fu bermunculan di permukaan batu. Jangankan dilewati kaki, hantaman tongkat besi saja belum tentu bisa membuat jejak di bebatuan goa di desa Malam.“Bocah ini memiliki sumber kekuatan lain selain dari tenaga dalam,” patriark Yuan Kai membatin. Dari jejak yang ditimbulkan kaki Zhou Fu yang mampu melubangi batu, jelas itu bukanlah kekuatan dari tenaga dalam aura hijau.Melihat lubang-lubang berbentuk jejak kaki itu, Patriark Yuan Kai mencoba menghitung berat beban tubuhnya. Ia lupa berapa ribu kilo bobot berat yang ia bebankan di punggung Zhou Fu. Sepertinya karena Zhou Fu tetap bisa berdiri, meski sedikit kesusahan, Patriark Yuan Kai terus dan terus menambah bobot tubuhnya. Sampai ia lupa, sepertinya bukan
Baca selengkapnya
65 – Sesuatu Terjadi Pada Shen Shen
Seorang pria tampan dengan pakaian cukup mewah terlihat sedang duduk menunggui sosok perempuan yang terkulai tak bergerak. Setidaknya ia tengah menunggui gadis itu selama lima hari atau lebih, ia bahkan lupa. Yang ia ingat adalah, gadis itu membuang muka padanya. Tak mau berbicara padanya. Dan beberapa saat setelah itu, gadis tersebut terkulai tak sadarkan diri begitu saja selama hampir satu minggu.Dialah tuan muda Feng Yaoshan, si putra bangsawan kelas satu yang juga merupakan keturunan keluarga berpengaruh dari Shamo. Tak ada yang lebih membahagiakan hatinya kecuali ketika ia mendapat kabar bahwa kelompok Kelelawar Merah berhasil mengambil alih kembali kapal Guichuan bersama dengan nona Shen di dalamnya.Tapi kemudian, tentu kebahagiaannya lenyap seketika tatkala ia menyaksikan nona Shen Yang menjadi mayat yang bernapas. Gadis itu tak bertemu ajal, tetapi ruhnya entah berada di mana sebab dibangunkan bagaimanapun juga, nyatanya nona Shen tak juga membuka mata. Ia te
Baca selengkapnya
66 – Pendekar Aura Biru
Kapal Guichuan setidaknya hanya butuh waktu dua jam untuk tiba di tebing tepat di bawah aliran sungai Juda. Sementara itu, untuk menuju ke titik yang sama, Zhou Fu dan Yang Zi paling tidak harus menempuh waktu setengah hari. Jarak tempuh itu sudah tak bisa ditawar sebab letak geografis pinggiran wilayah Caihong memang berkelok-kelok hingga menciptakan jarak yang lebih panjang di sisi daratan.   “Kita tak bisa menghadang kapal mereka, bagaimana rencana kakak selanjutnya?” tanya Yang Zi setelah mendapati jaraknya dengan kapal Guichuan bertambah jauh.   “Terpaksa,” sahut Zhou Fu singkat.   “Kita menyeberang Juda?” tanya Yang Zi.   “Bukan kita, tapi aku. Kau tunggu di seberang. Ingat, kau juga sedang dicari oleh mereka!”  
Baca selengkapnya
67 – Wilayah Tepi Sungai Juda
Rao Guohoa melesat menghilang dengan membawa Shen Yang bersamanya. Dari caranya berkomunikasi dengan si pendekar Ahli beraura biru, gelombang air laut yang menghantam rombongannya itu sepertinya adalah rencananya sendiri. Rencana yang dibuat untuk mengeliminasi Feng Yaoshan, mungkin saja. Sebab nyatanya, ketika gelombang tsunami telah usai hanya ada dua orang yang tak muncul dari dalam lautan. Dua orang tersebut adalah Feng Yaoshan beserta satu kasimnya. “Bagus. Dengan begini, tak akan ada yang tahu jika gadis bangsawan ini telah sekarat!” ujar Rao Guohoa ketika matanya menoleh ke belakang dan sempat melihat tak adanya tanda-tanda kemunculan Feng Yaoshan. Harga kepala Shen Shen dalam keadaan hidup dibandrol 100 kali lipat lebih mahal ketimbang harga jasadnya yang tak bernyawa. Dan bisa jadi, kalau sampai ada yang membocorkan bahwa gadis itu tak bangun dari pingsan selama seminggu, harga kepala Shen Shen akan diturunkan. Sebagai pemuda yang terlanjur cinta mat
Baca selengkapnya
CH. 68 – Sesosok Pemuda Kaya Raya
Sore menjelang senja itu, Zhou Fu dan Yang Zi memutuskan untuk berjalan-jalan keluar dari penginapan. Meski si nenek terlihat agak kecewa karena tak satupun kudapannya dimakan tamu-tamunya, ia masih merasa cukup beruntung karena ada satu kuda hitam yang akan menjadi miliknya. “Mereka tak akan pernah kembali lagi ke sini! Hik hik hik!” tawa nenek tersebut menyeringai melihat dua punggung anak-anak muda yang berjalan kian jauh dari kediamannya. Beberapa menit bejalan, Zhou Fu mulai merasakan kumpulan aura pekat yang datang dari arah keramaian tepi sungai Juda. Sepertinya apa yang dibicarakan orang-orang tentang sungai Juda memang ada benarnya. Orang-orang yang berlalu lalang baik itu para penjual makanan ataupun anak-anak dan perempuan, nyatanya semuanya memiliki warna aura. Dalam keadaan normal, warna aura baru muncul setelah seseorang menguasai
Baca selengkapnya
Ch. 69 – Rencana Feng Yaoshan
Perjalanan menyebrangi sungai Juda memakan waktu sekitar satu jam. Selama satu jam tersebut Zhou Fu dan Yang Zi telah mencuri dengar begitu banyak informasi tentang Shen Shen yang akan dibawa ke markas Kelelawar Merah. Dari pembicaraan Feng Yaoshan, diketahui bahwa markas Kelelawar Merah hanya berjarak sekitar sepuluh mil dari sungai Juda, dan terhitung lebih dekat daripada yang dipikirkan oleh Zhou Fu sebelumnya. Di markas pusat tersebut, setidaknya ada sekitar seratus ribu anggota organisasi yang hidup membentuk satu pemukiman layaknya sekte. Untuk memasuki area tersebut, seseorang haruslah memiliki lencana anggota Kelelawar Merah atau lencana khusus yang mereka keluarkan untuk tamu-tamu tertentu yang sudah mereka kehendaki. Tanpa lencana tersebut, seorang tamu tak akan bisa melewati gerbang masuk ke markas organisasi mereka. Kabar baiknya, Feng Yaoshan memiliki lencana khusus sementara kabar bur
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
79
DMCA.com Protection Status