Semua Bab Nafsu si perkasa: Bab 81 - Bab 90
107 Bab
Bab 81
"Pa, ada yang perlu Papa bicarakan?" tanya Roy agak canggung. David tidak menjawab, ia hanya memberi isyarat agar Roy duduk di sofa di depannya. "Maaf Papa sudah menganggu istirahatmu, Roy. Kau pasti sangat kelelahan." Roy mengangguk mengerti akan apa yang Papa mertuanya ini katakan. David menghela napas pelan. "Apa yang terjadi antara kalian di Rio? Luisa tidak mau memberitahu Papa, tapi malam itu Papa tidak sengaja mendengar Luisa yang terisak dan berbicara pada seseorang. Dia menyebut nama Gera dan mengumpat sembari menyebut namamu. Sebenarnya apa yang terjadi, Roy? Papa sangat cemas. Maaf, bukan maksud Papa untuk ikut campur dalam rumah tangga kalian. Papa hanya ingin tahu." "Maafkan Roy, Pa. Ini semua salah Roy. Ada kesalahpahaman diantara kami, yang membuat Gera dan Roy bertengkar," terang Roy jujur. Papa mertuanya hanya mengangguk dan menghela napas berat. "Satu hal yang Papa minta dari kamu, Roy. Jaga Gera sebaik mungkin. Papa salah besar tidak pernah bi
Baca selengkapnya
Bab 82
Tangis Gera tak kunjung reda. Ia memikirkan anak-anaknya yang menjadi incaran entah siapa itu. Roy juga bingung apa yang harus ia lakukan.  Yang jelas, mulai hari ini ia harus memperketat penjagaan. Baik anak-anak, juga rumah.          Siang hari setelah rapat, Roy berniat mengunjungi Dewi di penjara. Gera bersikeras ingin ikut kesana. Dia ingin memastikan jika Dewi-lah penyebab semua ini. "Tunggulah di sini sebentar, sayang," bujuk Roy. Namun Gera terus saja menggeleng keras. "Aku ikut, Roy. Kau tidak boleh membantah!" tegas Gera membuat Roy tak bisa berkutik.           Polisi memberikan mereka sedikit waktu untuk berbicara dengan Dewi. Beberapa saat kemudian, Dewi datang dengan seringai liciknya. Gera berdiri dengan hati yang bergemuruh marah. Ia tak sabar ingin menjambak wanita sialan ini.  "Ada urusan apa kalian mencariku?" tanyanya datar. Ia menatap tajam mata Roy yang saat ini melihatnya d
Baca selengkapnya
Bab 83
"Bagaimana bisa kau tidak menemukan pelakunya? Polisi macam apa kau?" bentak Roy sambil menarik kerah baju Reno, polisi yang sempat mengejeknya di rumah tahanan.          Reno berusaha menepis tangan Roy yang masih menggenggam kerah kemejanya. "Lepaskan! Siapa kau berani sekali membentakku? Kau bahkan dengan sangat lancang menarik bajuku!" balas Reno marah.  "Bagaimana mungkin polisi yang sudah berkiprah bertahun-tahun tidak bisa menemukan pelaku penembakan istriku padahal kalian di satu tempat!"  "Itu bisa saja terjadi! Lagipula kau yang membiarkan Gera bermain di taman. Kenapa kau tidak kurung saja peliharaanmu itu?" timpal Reno keras.           Roy terdiam mendengar apa yang pria ini katakan. Ia mendekati Reno dengan langkah perlahan. "Berani sekali kau mengatakan istriku sebagai peliharaan!" ujar Roy menggeram.          Tubuh Reno sedikit terpental sa
Baca selengkapnya
Bab 84
"Katakan secepatnya Luis! Aku sudah tidak sabar." Roy kesal karena Luis masih saja memberinya teka-teki perihal pelaku penembakan Gera.          Luis ingin sekali tertawa melihat wajah geram Roy. Tapi ini bukan permainan, ini masalah serius. "Baiklah. Orangnya adalah Reno. Toni punya rekamannya. Saat itu Steve yang menangkap Reno tentunya dengan bantuan mainan listrik andalan kami. Jangan bertanya sekarang, pulanglah sebentar dan Toni akan menceritakan skema permainan polisi licik itu!" terang Luis. Sebelum pulang ia meminta pada Roy untuk mengizinkannya melihat temannya sebentar.  "Maaf, aku tidak bisa menjagamu, Ge. Bertahanlah! Banyak orang yang menunggumu di sini. Kami semua merindukanmu," gumam Luis. Ia sangat sedih dan menyesal disaat bersamaan ketika melihat kondisi temannya ini.           Mereka harus meluruskan sedikit masalah sekarang. Roy ikut bersama Luis untuk pulang. Ia tak sabar ingin
Baca selengkapnya
Bab 85
Kehidupan Gera dan Roy berjalan harmonis. Di mana setiap hari Gera kembali bekerja menjadi sekretaris Roy. Sangat banyak orang yang iri akan posisi juga kedudukan Gera di hati Roy. Tapi tak sedikit juga yang merasa Gera memang pantas mendapatkan itu. Karena selain cantik dan menawan, dia juga merupakan pribadi yang sangat baik dan dermawan.  "Sayang, kita akan rapat sebentar lagi. Kau harus makan terlebih dahulu," seru Gera saat masuk ke ruangan Roy. Pria itu melihat istrinya bingung.  "Rapat? Aku kira hari ini kosong. Bagaimana dengan anak-anak?"  "Aku sudah menelpon Luis untuk menjemput mereka. Sekalian menjemput Clay katanya," jawab Gera.            Pria itu menyayangkan agenda mereka setelah ini. Awalnya dia berencana untuk memboyong Gera menuju salah satu hotel untuk menenangkan otak mereka yang akhir-akhir ini dipenuhi pekerjaan. Tapi sayang, semuanya harus berakhir mengecewakan.   
Baca selengkapnya
Bab 86
Matanya terasa sangat panas karena menampung cairan yang sudah terjun bebas membasahi pipi cantiknya. Mulutnya bergetar menahan tangis. Dengan langkah bimbang Gera menghampiri ranjang tersebut. Kakinya terasa sangat berat tapi harus tetap ia lanjutkan.  "R-Roy," lirih Gera dengan suara yang bergetar. Ia menutup mulutnya dan terduduk lemas di lantai kamar hotel tersebut.          Ia berteriak dan meraung-raung dalam hati. Tenggorokannya tercekat dan terasa sangat sakit. Berkali-kali dia menggeleng dan tidak percaya dengan apa yang dia lihat. "Tidak mungkin itu Roy. Ini salah!" batin Gera sambil menggeleng keras, berusaha menepis kenyataan yang ia lihat saat ini.         Dengan lemah ia mencoba berdiri. Tangisnya lagi-lagi pecah saat melihat apa yang ada di depan matanya saat ini.  Dia benar-benar tidak percaya. Roy dan Lira sedang tidur berdekatan, dan yang lebih parah mereka tidur dalam keadaan tanpa be
Baca selengkapnya
Bab 87
Dua bulan berlalu.... "Sayang, bersiaplah! Anak-anak juga sudah siap. Kita akan makan bersama di luar," seru Roy menyuruh Gera dari lantai bawah. Triplets sudah tidak sabar ingin pergi jalan-jalan bersama orang tuanya. Sudah lumayan lama mereka tidak rekreasi bersama. Karena Gera lumayan lama di atas, Ray berinisiatif untuk memanggil Mamanya. Dengan langkah lebar tidak membutuhkan waktu lama baginya untuk sampai di kamar orang tuanya. "Ma, apa belum selesai?" "Sudah. Ayo!" ajak Gera dengan penampilan elegannya. Saat mata Roy menangkap kehadiran Gera, mulutnya sampai menganga terpukau melihat bagaimana anggunnya seorang Gera. "Ayo!" ajak Rico tak sabar. "Tunggu! Papa masih ingin memuji Mama kalian," lirih Roy tanpa melepas pandangan dari Gera. Tapi sejak bermasalah dengan Lira kala itu, Gera sedikit menjaga sikap pada Roy. "Kau sangat cantik, sayang," bisik Roy sembari memeluk Gera erat. Sesekali ia mencium leher jenjang istrinya dengan sedikit sapuan napas hangat Ro
Baca selengkapnya
Bab 88
Dengan santai Roy mengambil jasnya dan menutupi tubuh Gera yang terbuka saat ini. Lalu Roy mengambil baju Gera yang berserakan setelah itu memakaikannya pada Gera. "Apa masalahmu dengan kegiatan kami? Apa pun yang mau aku dan Gera lakukan ya terserah. Kau bukan siapa-siapa yang harus kuperhitungkan di dalam kehidupanku," terang Roy menohok. Lira semakin mengepal geram melihat bagaimana Roy memakaikan Gera pakaiannya dengan sangat lembut.  "Roy! Aku sedang mengandung anakmu!" serunya dengan sura keras.  "Walaupun kau memang mengandung anakku, itu tidak akan mengubah kenyataan kalau Gera adalah istriku! Kau siapa mencoba mengaturku?" bentak Roy. Tatapan Lira terus saja nyalang melihat Gera. "Dasar wanita tak tahu diri!" Roy berseru marah.           Lira melangkah cepat mendekati Gera yang saat ini berada di samping Roy. Segera pria itu berdiri menghalangi Lira. "Jangan menghalangiku, Roy! Wanita ini pantas dilenyapkan!"&n
Baca selengkapnya
Bab 89
Tahun demi tahun berlalu, triplets sekarang sudah genap berusia 20 tahun. Ketiganya memutuskan untuk melanjutkan perguruan tinggi di Indonesia, walaupun beberapa kali Roy membujuk mereka agar mau kuliah di luar. Terlebih Rico, dia menolak keras untuk jauh dari Roy dan Gera. Mereka tahu, Mama dan Papa mereka tidak membutuhkan perlindungan karena Roy dan Gera memang masih sangat muda dan energik. Tetapi triplets memang belum siap untuk hidup berpisah dari keduanya.  "Pa, jangan memaksa kami. Biarkan kami memutuskan semuanya sendiri karena Ray dan juga adik-adik sudah dewasa sekarang." Itulah yang Ray katakan ketika beberapa kali Roy membujuk bahkan sedikit memaksa anak-anaknya untuk kuliah dikancah internasional.           Gera setuju dengan keputusan anak-anaknya, walaupun dia tahu hal ini pasti akan berimbas pada sikap mereka yang akan sedikit sulit untuk bisa hidup mandiri. Tetapi dia harus percaya pada triplets mengingat dari keci
Baca selengkapnya
Bab 90
"Kenapa kau datang kemari? Dan bagaimana bisa kau kemari?" Rico menginterogasi Leana saat menemukan wanita itu sudah duduk manis di sofa tempat tinggal mereka. Gadis itu hanya menunduk malu melihat Rico tampak malas melihat kehadirannya di sini.  "Maafkan aku, Tante Gera yang menyuruhku kemari. Jika kau tidak mau melihatku di sini, aku akan pergi sekarang juga." Leana mengambil tasnya dan segera berdiri. Namun belum juga dia melangkah, Rico menarik tangannya dan membuat gadis itu terduduk kembali di sofa. "Diamlah. Perjalanan ke sini lumayan jauh, kau pasti lelah. Diam dan jangan membuat ribut," ujar Rico dingin.           Leana tersipu malu dan menunduk mendengar apa yang Rico katakan. Sedikit rasa perhatian yang terbersit dalam kata-kata dingin Rico. "Terima kasih," ujarnya lirih. Beberapa menit berjalan, hanya suara televisi yang mendominasi ruangan ini. Rico dan Leana hanya diam tanpa saling melihat.  "Kakak-kakakmu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status