Semua Bab Nafsu si perkasa: Bab 51 - Bab 60
107 Bab
Bab 51
Dokter itu tersenyum. "Dia sedang hamil empat Minggu, Bu. Anda harus menjaganya lebih hati-hati lagi. Jangan membiarkannya bekerja berat apalagi hingga kelelahan."          Mendengar itu, Rita terharu. Dirinya semakin menua sekarang. Roy akan mempunyai anak. Rita segera memberitahu Luis dan Luisa. "Seperti yang kita tebak," ujar Luis tersenyum.          Mereka berdua ikut bahagia dengan keadaan Gera. Rita menyuruh mereka berdua lebih sering menemani Gera agar wanita itu tidak bosan. Rita juga meminta tolong kepada mereka agar menuruti semua yang Gera inginkan. Dengan senang hati mereka mengiyakan itu. "Nek, apa yang terjadi? Kalian terlihat sangat senang," ujar Gera bingung saat dirinya bangun. "Kau mau tahu kenapa kami sangat senang?" tanya Luisa dan diangguki Gera. "Sebentar lagi aku akan memiliki seorang keponakan!" seru Luisa girang. Ia meloncat-loncat di atas sofa membuat Rita tert
Baca selengkapnya
Bab 52
"Ten-tentu saja aku ya-yakin," jawabnya terbata-bata.  "Tenanglah. Kau sangat gugup," sindir Luis yang menyadari kalau Dewi memang sedang gugup.           Wanita licik itu berusaha menyembunyikan ekspresinya. Ia salah sasaran. Yang ia lawan adalah pakar ekspresi sehandal Luis. Pilihan yang salah. "Jika kau memang yakin, tolong beri kami Gera dan Pak David akan menikahimu dan menjadikanmu ratu di rumah mewah ini," jar Luis tak tahu harus berbuat apalagi.  "Kau! Dia harus menikahiku dulu  baru bisa membawa anaknya yang sangat menjadi pengganggu itu," pekik Dewi geram. Ia berusaha mengancam lalu membuat persetujuan yang merugikan pihak. "Tidak seperti itu. Pak David tidak berbelanja padamu. Tapi mengajakmu untuk bertukar. Gera kembali bersamamu kemari, dan Pak David akan bertanggung jawab atas anak itu," ujar Luis tenang.          David panik bukan main dengan apa yang
Baca selengkapnya
Bab 53
Sering sekali air mata itu lolos dan membasahi pipinya yang mulai tembam. Tubuhnya pun sudah mulai berubah membesar. Pakaian-pakaian yang dulu pas di badannya, kini sudah ketat dan membuatnya kesulitan bernapas.  "Ge, sepertinya kita harus belanja baju baru untukmu." Gera terkekeh geli melihat tubuhnya sendiri dengan perut buncit dan badan gempal.  "Terlihat sangat lucu," ujarnya gemas.            Mereka berdua sangat nyaman tinggal di villa ini. Luisa juga mulai mencari pekerjaan. Rita sebenarnya sudah menanggung semua kebutuhan keduanya, namun Luisa tak terbiasa bergantung. Gera juga ikut bekerja bersama Luisa. Dirinya bertugas yang ringan-ringan saja. Agar tidak membahayakan kandungannya.            Sementara itu, beberapa bulan kehilangan Gera membuat Roy semakin kacau. Ia sangat frustasi karena wanita itu. Roy juga sangat merindukan Gera, terlebih kandungannya. Ia ingin sekali
Baca selengkapnya
Bab 54
Wanita malang yang kini menjadi seorang Ibu itu tak bisa tidur hingga semalam suntuk. Ia memikirkan bagaimana caranya ia harus memberitahu dan membujuk Alvin. Tapi ia harus melakukan itu.  "Pagi cepat sekali datang." Gera menghempas helaan napas panjangnya saat sinar mentari sudah mengintip dari sela korden rumahnya.           Dengan malas ia bersiap dan pergi ke kantor. Ia harus bisa! Demi anak-anak. Entah kenapa ia masih takut akan Roy. Ia takut dendam Roy akan berimbas pada anak-anaknya. "Permisi...." Gera mengetuk pintu pelan. "Hai, Ge! Masuklah!" Suruh Alvin yang sedang duduk sembari menelisik setiap kertas yang ada di depannya.  "Ada apa? Tumben sekali kau datang sepagi ini?" Alvin memicingkan mata melihat ke dalam mata Gera yang terlihat begitu sendu. "Alvin, maaf mengganggumu sepagi ini. Aku ingin berbicara penting," kata Gera canggung. Tangannya terasa sedingin es sekarang. Ia sangat gug
Baca selengkapnya
Bab 55
Wanita yang terlihat panik itu hanya menggeleng keras, menampik tuduhan kejam Roy. "Maafkan saya, Pak. Sumpah, tidak ada apa pun yang saya taruh di dalam kue itu," jawab Sinta dengan wajah memerah ketakutan. "Aku begini setelah memakan kue darimu!" bentak Roy.          Tiba-tiba Roy berlari tergopoh-gopoh menuju Sinta dan menyambar tubuh wanita itu. Sinta menangis dan berusaha berontak.  "Ingat sopan santun Anda, Pak! Jangan sentuh saya!" pekik Sinta dengan air mata yang sudah berurai membasahi pipi tembamnya.           Namun Roy tidak mengindahkan kata-kata Sinta. Wanita itu bahkan berteriak meminta tolong. Berharap akan ada yang lewat dan menolongnya. "Diam!" bentak Roy kasar. Ia sudah kalap.            Roy berusaha menerobos pertahanan Sinta ketika wanita itu mencoba menutupi tubuh dan wajahnya dari Roy.  "Tolong, jangan lakuk
Baca selengkapnya
Bab 56
"Selamat pagi semua." Datanglah Roy dengan setelan abu-abunya. Seolah sudah ditakdirkan sama, mereka memakai pakaian dengan warna yang sama.           Jantung Gera berdegup sangat kencang. Pipinya memerah melihat pria yang selama ini diam-diam ia rindukan. Sedangkan Roy masih belum menyadari kalau Gera ada di sana.           Rapat berjalan dipimpin oleh Roy. Ia masih belum menyadari keberadaan Gera. "Kau masih seperti yang dulu. Tidak akan peduli dengan apa yang ada di sekelilingmu. Bahkan keberadaan ku pun tidak kamu sadari, Roy," batin Gera. Ia hampir menangis tapi tidak boleh sekarang. "Ada pertanyaan?"  tanya Roy karena ia sudah selesai menjelaskan rencana pembangunan dari proyek yang akan dijalankan.           Gera mengangkat tangan. "Apa sebaiknya pembangunan sebelumnya dirampungkan terlebih dahulu agar tidak mengganggu proyek yang ini?" 
Baca selengkapnya
Bab 57
Bi Iem berlari dan refleks memeluk Gera. Tangis mereka pecah setelah empat tahun tidak bertemu. "Dimana Papa, Bi?" tanya Gera."Papa ada di kamar, Non. Kau bisa mencarinya ke sana. Beliau sering sakit karena memikirkan mu. Dia mengerahkan beberapa anak buahnya untuk mencari mu beberapa kali. Tapi hasilnya nihil," tutur Bi Iem seraya menghapus air matanya. "Kasihan sekali Papa," lirih Gera.          Dengan langkah lebar ia menuju kamar David. "Pa, Gera pulang."          Sangat jelas Gera bisa melihat reaksi Papanya yang langsung terduduk saat mendengar suaranya. "Kau dimana, Nak?" "Gera di sini, Pa." Gera berlari kencang menuju Papanya. Mereka berpelukan dan seketika tangis David pecah.          Anak dan Ayah itu meluapkan kerinduan
Baca selengkapnya
Bab 58
Luisa sudah mendapat perintah dari Gera untuk kembali ke kota dan membawa anak-anak. Ia senang semua ini terjadi, terlebih jika Gera akan bersatu lagi dengan Roy. Ia sempat mendengar dari Alvin bahwa Roy memang sudah sangat berubah. Tidak seperti terakhir kali mereka bertemu.  "Kids, kalian sudah siap?" Luisa bertanya. Ketiganya mengangguk antusias.           Tak henti-hentinya Luisa terkekeh geli melihat bagaimana ketiga anak itu berjalan riang dengan ransel di pundak mereka. "Rico tidak sabar bertemu dengan Mama," seru Rico dengan senangnya.  "Bukan hanya Rico, Rio dan Ray juga sangat merindukan Mama." Celetuk Rio tak mau kalah. Berbeda dengan saudara sulung mereka, jalannya lurus dan tanpa kedipan. Ray dingin dan datar.  "Ray! Jangan melamun terus! Kau bisa ketempelan nanti." Rio menegur Kakaknya sambil menahan tawa.           Sementara itu, Luisa hanya bisa menggele
Baca selengkapnya
Bab 59
"Apa? Itu tidak mungkin, Luis! Clay berbohong padamu!" Roy berteriak tak terima.  "Maaf, Bos. Memang Gera mengatakannya kepada Clay seperti itu." Luis berusaha berbohong sebisa mungkin.  "Cepat panggil Clay sekarang," geram Roy marah.           Sesuai perintah, Luis segera menuju ruangan Clay dan menceritakan kebohongannya pada Roy.  "Astaga, Luis! Lagipula kenapa kau berbohong? Aku juga yang kena imbasnya! Astaga!" Clay mondar mandir dan mengomeli kekasihnya ini.  "Maaf, sayang. Aku sudah kehabisan akal tadi. Roy benar-benar mendesakku. Kau satu-satunya yang bisa membantuku, Clay," pinta Luis memohon. "Terus aku harus bilang apa?" pekik Clay heboh.  "Katakan saja pada Roy, Gera sudah menikah dengan Alvin, temannya," sergah Luis enteng.           Clay memelototi Luis tajam. "Kau gila? Itu tidak mungkin!"  "Clay, Gera yang m
Baca selengkapnya
Bab 60
"Wow! Ge, kau sangat cantik malam ini. Aku sangat kagum padamu," seru Luisa gemas dengan penampilan Gera yang terkesan feminim memakai gaun selutut dengan punggung terbuka.  "Kau berlebihan, Luisa! Kau juga sangat cantik! Jika Luis melihatmu, dia tidak akan menyangka kalau kau adalah Luisa." Keduanya tertawa ringan melihat penampilan masing-masing.           Luisa celingak-celinguk, namun triplets belum juga keluar. "Astaga! Triplets, apa yang kalian lakukan? Aku sudah lapar, tidak sabar ingin memakan jamuan di sana!" seru Luisa kesal.  "Tante, sabarlah! Kami harus terlihat tampan di sana," tegur Ray ketus.  "Wah, kalian sudah tumbuh besar dan semakin tampan ya. Juga semakin pintar berbicara!" sindir Luisa membuat Ray memutar bola matanya malas.           Gera hanya tersenyum lebar melihat perseteruan antara Tante dengan ponakan ini. Ia kagum melihat anak-anaknya yang t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status