All Chapters of LOVE AFFAIR: Chapter 21 - Chapter 30
46 Chapters
RAPUH
Mata Adam menatap tajam mata Bhaga. Keduanya masih sama-sama asing, namun yang lebih bingung tentu adalah Atma. Harus bagaimana dia di antara kedua pria ini?"Siapa?" tanya Adam, terdengar tidak senang, tak ada keramahan dari suaranya.Atma berbalik sesaat, memandang Bhaga, Bhaga memandang balik dengan muka tak kalah bertanya-tanya."Mas Adam, ini Mas Bhaga, anak tunggal Bu Sona," kata Atma pelan, lalu dia berbalik menatap Bhaga. "Mas Bhaga, ini Mas Adam, salah satu guru di tempat aku belajar untuk ngejar paket C.""O! Hai ..., saya Bhaga." Bhaga lah yang pertama berinisiatif untuk menjulurkan tangan, tak timbul satu pun prasangka aneh di hatinya. "Ada urusan apa?"Walau mulanya sedikit ragu, Adam menyambut uluran tangan Bhaga. "Adam.""Mau minum teh, Mas? Biar aku buatkan, tapi tunggu sebentar, ya. Aku mau ganti pakaian dulu," kata Atma."Kalau aku ganggu ...,""Nggak, kok! Tunggu bentar, ya." Atma menyela cepat. Dia bergegas
Read more
MASIH ADA HARAPAN
Hati Atma lebih terluka ketimbang Bhaga sebetulnya, kalau saja dia mau jujur mengakui. Ingin sekali dia melihat reaksi cemburu Bhaga, seperti dalam kisah-kisah cinta di film romansa. Bagaimana Bhaga semestinya kesal lalu mengatakan bahwa Atma adalah miliknya, dan tak akan ada laki-laki lain yang bisa menikahi dia selain Bhaga, namun Bhaga bukan laki-laki seperti itu. Dia selalu tenang dan realistis. Atma juga tahu semestinya dia bersyukur, dia tak seperti Adam yang menjadi racun saat cemburu, atau lebih buruk seperti Salman, yang selalu mengklaim dirinya sebagai hak milik."Udah malam, Atma. Kamu mau tidur, kan? Selamat malam." Bhaga berucap lembut sebelum dia menaiki tangga ke lantai atas.Atma masih diam mematung, dengan segala kalut yang dia rasa. Sampai Bu Sona datang dengan muka bingung. "Ada apa, Ma? Kok bengong?"Nyaris saja keluar kata-kata buruk dari mulut Atma, saking terkejutnya dia. "Nggak ada, Bu. Aku cuma nunggu ibu pulang.""Ya, kamu baca m
Read more
SABAR ADA BATASNYA
Begitu Bhaga tahu apa yang terjadi kepada Atma, murkalah dia, amarahnya meledak seperti lava yang meletus dari gunung berapi. Mustahil untuk tak marah dalam situasi ini. Perut Atma disepak, dia terpental sampai lututnya menabrak batu di pinggir jalan. Kulitnya lebam, biru dan merah. Dan lagi, dia yakin betul siapa pelakunya. Siapa lagi kalau bukan Salman."Aku akan ngomong sama dia sekarang! Aku akan kasih dia pelajaran! Ini keterlaluan!" teriak Bhaga.Sementara Atma sedang setengah berbaring di atas sofa, dan Bu Sona sedang mengobati luka di lututnya dengan kapas dan alkohol."Ga, jangan larut dalam amarah kamu. Kita juga nggak tau apa dia benar pelakunya atau bukan. Tenang sedikit, minum dulu sana." Bu Sona berusaha membujuk."Ibu suruh aku tenang dalam kondisi ini? Liat Atma, Bu! Liat! Ini yang terjadi karena Ibu terlalu naif, harusnya kita nggak pernah berurusan sama orang sakit jiwa itu. Kalau bukan dia, siapa lagi?" Bhaga mengomel. Dia menatap Atma
Read more
AKU DI SINI
Ingin sekali sebenarnya Atma membawa sendiri tasnya, namun Bhaga terus menolak. Sebuah koper berisi pakaiannya serta sebuah tas berisi pakaian Atma ditariknya di tangan kanan, sedang tangan kirinya memegang tangan Atma yang berjalan di belakangnya. Setelah membeli dua buah tiket, Bhaga menarik Atma untuk sarapan lebih dulu di kantin bandara sambil menunggu jadwal penerbangan mereka.Ini adalah pengalaman pertama Atma di Bandara, Bhaga tak mau dia jauh-jauh darinya. Apa lagi Atma sejak tadi terus berputar-putar, melihat kanan-kiri, mengagumi semua yang baru pertama kali dia lihat. Lalu matanya terkunci pada FIDS (Flight Information Display System) yang menunjukkan informasi penerbangan. Saking fokusnya, meski kaki Atma terus bergerak ikut Bhaga ke arah kantin, mukanya terus menatap FIDS, sampai secara tidak sengaja dia menabrak seorang perempuan yang sedang berjalan buruk-buruk. Kepala mereka bertabrakan."Kalau jalan liat-liat dong!" bentak perempuan itu berang.
Read more
CEMBURU TANDA CINTA
Sejak pertama kali masuk ke dalam aparetmen Bhaga dan Jessica, Atma tak bisa berhenti memandangi betapa cantiknya furnitur yang ada di dalam apartemen mereka. Untuk kepribadian Jessica yang unik, desain interior apartemen itu memang terlihat terlalu tawar. Atma berasumsi apartemen itu didominasi oleh selera Bhaga yang lebih suka ketenangan dan kesederhanaan. Tak banyak yang bisa dilihat sebetulnya, ada ruang tamu sekaligus tempat menonton TV, dua kamar tidur, serta sebuah dapur kecil, semuanya tertata rapi dengan dominasi warna krem dan coklat muda. Di dekat dinding kaca yang sekaligus pintu ke balkon, terdapat dua buah meja kerja kecil yang berseberangan. Satu milik Bhaga, satu lagi milik Jessica."Ga, aku nanti mau pergi beli sesuatu ke Mal, mungkin sore. Kamu temani aku, ya?""Ya. Kita bisa sekalian ajak Atma, bisa sekalian liat-liat, atau mau beli sesuatu mungkin." Bhaga menjawab sambil membawa tas Atma ke dalam kamar tamu.Air muka Jessica langsung masam, t
Read more
ADU ARGUMEN
Meski sebenarnya Atma sebal tapi tidak ada yang bisa dia lalukan. Tak mungkin pula bila dia protes. Satu-satunya hal yang bisa bisa lakukan adalah menunggu. Makan malam terpaksa dilalui sendiri oleh Atma. Lantaran tak ada kabar juga sampai pukul 9 malam, Atma akhirnya pergi tidur tanpa menunggu Bhaga dan Jessica. Sangat wajar bila dia dongkol, Jessica sendiri yang meminta dia memasak dengan alasan ingin makanan masakan rumah namun Jessica pula lah yang meminta ingin makan pasta.Lalu bagaimana nasib nasi dan lauk yang telanjur dimasak Atma? Sejak kecil Atma diajari untuk tidak membuang-buang makanan, tapi sepertinya nilai-nilai seperti itu tidak diterapkan oleh Jessica. Kalaupun nanti makanan itu tidak mereka makan, mau bagaimana lagi, terpaksa dengan berat hati Atma harus membuangnya. Terbersit satu pikiran di benaknya, mungkinkah Jessica sengaja? Tidak menutup kemungkinan jika perempuan itu memang sengaja ingin membuat Atma kesal, atau minimal membuatnya mengerjakan sesuatu
Read more
DUNIA MILIK BERDUA
Mobil sedan Bhaga membelah jalan yang ramai di tengah hari. Atma membiarkan kaca jendela terbuka agar angin bebas meniup lehernya yang terbuka. Bhaga memutar lagu dari salah satu album dari band favoritnya, sesekali melirik kepada Atma yang terus tersenyum lebar melempar pandangan keluar.Satu demi satu universitas swasta mereka datangi. Mengecek akreditasi, fakultas apa saja yang ada, serta yang terpenting, suasana dan fasilitas yang ada, itu yang terpenting bagi Bhaga, dia tak ingin Atma tak nyaman.Di depan salah satu gerbang kampus, berhenti sebuah truk penjual es krim. Bhaga membeli es krim coklat untuknya dan rasa stroberi untuk Atma, lalu mengajaknya ngaso sebentar di depan gerbang kampus itu. Sengatan matahari mempercepat es krim meleleh, Atma berkali-kali tertawa melihat Bhaga kewalahan menjilati es krimnya yang mencair sampai ke pergelangan tangan."Kamu sudah pikirkan mau ambil jurusan apa?" tanya Bhaga setelah es krim mereka habis.Atma menghe
Read more
HOTEL BINTANG LIMA
Sebagai penutup yang sempurna, Bhaga mengajak Atma ke Jembatan Kota Intan yang masih berada di kawasan Kota Tua. Cahaya lampu emas dan merah terang membuat jembatan bersejarah itu tampak begitu indah. Bhaga mendongak, memandang langit tak berbintang. Tiba-tiba ingatan tentang air terjun mengisi kepalanya.Bila di desa, tiada malam tanpa bintang. Atma melirik, menyadari apa yang sedang dipandangi Bhaga. Timbul sesuatu yang mengusik hatinya, "Kenapa di sini nggak ada bintang ya? Apa langitnya lebih jauh, Mas?" tanyanya polos.Bhaga tertawa kecil, menggeleng. "Polusi, Atma. Langitnya buram. Sama kayak air sungai yang tercemar, langit juga bisa butek!" jawabnya dibarengi tawa pahit."Jadi sekarang Mas Bhaga setuju, kan? Lebih enak tinggal di desa!" cibir Atma. "Kita bisa liat bintang tiap malam, liat air yang jernih!" sambungnya.Bhaga mengangguk setuju. Dia bersandar dengan sikunya pada pagar jembatan, masih mendongak memandangi langit."Aku mau waktu
Read more
PERLAWANAN ATMA
Bhaga tak bisa langsung pulang keesokan harinya. Ada pekerjaan yang mesti dia kejar pagi-pagi sekali. Atma pulang menumpang taksi, dia duga Jessica pun telah berangkat kerja pagi itu. Cuek saja Atma masuk ke dalam apartemen. Namun, ternyata Jessica masih belum berangkat. Spontan jantung Atma berdegup ganjil."Baru pulang, Atma?" Jessica menyapa dengan sebuah senyum simpul. Majalah di tangan dia tutup."Ya, selamat pagi, Mbak. Mbak sudah sarapan? Mau saya masakin apa?" Atma bertanya gugup."Nasi goreng." Jessica berdiri sembari menjawab.Senyum Jessica terlihat jauh lebih menyeramkan dari senyum hantu di film horor mana pun yang pernah ditonton Atma. Jelas dia sedang bersikap pura-pura bodoh dan baik. Dia bahkan belum bertanya kemarin Atma ke mana saja, dan kenapa tidak pulang, yang paling penting mungkin, kenapa Bhaga tidak pulang bersamanya.Pergelangan tangan Atma melemah, jemarinya sedikit bergetar memegang gagang kuali. Jessica duduk di mini ba
Read more
SELAMAT TINGGAL, JESS
Malam itu, tanpa mengetahui kepergian Jessica, Bhaga pulang dengan semangat membara. Dia bawa sekotak pizza serta sebuah selebaran. Selebaran itu dia dapat dari salah satu sekolah masak terbaik di dekat apartemen. Tak sabar ingin melihat respons Atma, dia tunjukkan selebaran itu bahkan tanpa memperhatikan raut muka sedih Atma."Coba kamu baca, Atma! Kamu liat, apa yang menarik? Di situ lengkap kelas-kelasnya, spesifikasi, sampe biaya! Kamu liat dulu, mana tau kamu berminat, kita bisa mendaftar cepat!" Bhaga membuka kotak pizza di atas meja.Atma terdiam sesaat. "Mbak Jessica udah pergi," katanya lirih, "dia nggak ngasih tau Mas? Tadi kami berantem besar."Seperti video yang tiba-tiba dijeda, gerak tubuh Bhaga pun seketika berhenti. Raut bahagia dari mukanya lenyap sudah. Namun, tak lama kemudian dia kembali tersenyum."Itu bagus, kan? Akhirnya dia sendiri yang mengerti. Tapi, Atma ..., kamu baik-baik aja? Dia menyakiti kamu nggak?"Atma teringat de
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status