All Chapters of Catch Me If You Can: Chapter 21 - Chapter 30
71 Chapters
20. Sesuatu Yang Hilang
    Setelah hampir 50 tahun berlalu, George masih ingat ekspresi terakhir yang dilihatnya di wajah muda sang ayah, sebuah tatapan yang enggan menuduh anak laki-lakinya sebagai sang pelaku, penyebab hilangnya seekor laba-laba berbahaya. George lantas tertawa terbahak-bahak.    Menertawai betapa naifnya seorang Erick Owens dulu.    George sendiri, tidak pernah bisa membenci kedua orang tuanya, bahkan benci kepada salah satunya pun ia tidak bisa. Meski orang tuanya terkadang melakukan kekerasan, kerap adu mulut bahkan menuntut George melakukan sesuatu yang tidak George inginkan, tetapi George masih menghormati mereka sebagai orang tuanya.    Faktanya, ia bisa tumbuh seperti sekarang ini karena jasa mereka juga. Jadi, mengapa George harus membenci orang tuanya?    "Diam, bodoh! Kau menganggu penghuni yang lain!" Tiba-tiba seorang napi berteriak kepada George, ia lewat di depan sel seraya mengacungkan tongk
Read more
21. Rasa Keadilan Sepihak
George berusaha menenangkan dirinya. "Bagian sekecil itu hilang di mana?" gumam George. Wajahnya yang biasanya tenang, mendadak keruh karena ada sesuatu yang hilang dan sesuatu yang hilang itu sangat mempengaruhi masa depannya.Namun seperti yang sudah terjadi, George kembali merasa tenang setelah meyakinkan dirinya bahwa tak ada sidik jari yang tertinggal di kepala laba-laba itu. Sebelumnya, George sudah menebak bahwa kepala Ken bisa menjadi masalah. Oleh karena itu, dia menggunakan sarung tangan khusus untuk melepas satu per satu tubuh Ken si tarantula hingga menjadi beberapa bagian.Memang benar yang dikatakan orang-orang, rencana seperti apa pun, jika dilakukan dengan tidak matang, maka akan mengakibatkan hal tidak terduga di masa depan. Namun George tak merasa menyesal sama sekali, sebab baginya rencananya sudah sangat sempurna. Semua berjalan lancar.George kemudian merebahkan dirinya di ranjang, lalu memikirkan kesuksesan yang didapatnya pada hari itu.Alangkah indahnya jika Ge
Read more
22. Orang Tua Yang Bersedih
Setelah masuk dengan terburu-buru ke dalam salah satu bilik toilet, Niels lalu menghabiskan beberapa menit waktunya di dalam sana. Niels berusaha untuk tidak melihat ke langit-langit, karena yang akan terpikir oleh otaknya nanti adalah makhluk yang tidak ingin dia lihat wujudnya. Ketika urusan buang airnya telah selesai, Niels pun membersihkan tangannya di wastafel. Yang mengherankan Niels, wastafel itu tidak memiliki cermin. Padahal seharusnya wastafel yang ada di toilet itu memiliki cermin untuk berhias atau merapikan penampilan. Ini aneh, tapi tidak terlalu penting.Barulah setelah dirasa tangannya bersih, Niels keluar dari dalam toilet. Ketika hendak melewati toilet perempuan, Niels tertegun sesaat ketika melihat pantulan dirinya di kaca."Oh, ada cermin di sini!" ucapnya kegirangan, seperti orang yang baru pertama melihat dirinya di pantulan kaca. Sebelumnya dia tak tahu jika ada cermin di tempat itu.Akibat terlalu tergesa-gesa karena dorongan hasrat ingin buang air kecil yang
Read more
23. Kenangan Masa Lalu
Di lain waktu dan tempat yang berbeda dengan Niels yang sedang bersusah payah mencari barang bukti di tempat kejadian, ada sebuah keluarga kecil yang terlihat bahagia sedang bersiap-siap untuk makan malam bersama-sama.Namun menjelang makan malam, anak laki-laki tunggal keluarga itu yang bernama George izin pergi ke halaman belakang kepada orang tuanya yang saat itu pulang lebih cepat ke rumah, hanya untuk menemani George yang kesepian. Akibat mendengar kasus kematian misterius di sekolah George, mereka takut terjadi sesuatu kepada anak laki-laki mereka. Oleh karena itu, mereka bergegas pulang dan meninggalkan pekerjaan mereka di kantor.Erick tak lagi memikirkan keadaan Ken, laba-laba peliharaannya yang hilang secara misterius. Kondisi mental George lah yang paling utama, mereka menganggap George saat ini sedang terguncang karena telah menyaksikan sendiri teman sekelasnya yang mati secara mengenaskan.Joly tak sanggup membayangkan bagaimana keadaan anaknya saat tahu teman sekelasnya
Read more
24. Alunan Melodi Kematian
Keesokan harinya, George menyambut pagi dengan senyum yang sempurna. Kebahagiaan terlihat jelas di wajah George yang terlihat polos. Setelah sebelumnya melakukan sesuatu yang penting untuk memusnahkan barang bukti, George merasa pikirannya lebih segar dibandingkan sebelumnya (saat Ken belum dikuburkan bersama surat-surat pemberian Alyssa). George merasa lebih bertenaga untuk melewati hari-hari yang membosankan di rumah besar tersebut."Selamat lagi, George." Erick menyapa putranya di meja makan. "Akhirnya aku bisa menyapamu dengan lancar hari ini."George tersenyum menanggapinya. Hal yang jarang dilakukan olehnya, mengingat dia jarang mempunyai waktu luang di rumah, bahkan untuk sekadar sarapan membalas sapaan keluarga kecilnya yang remeh itu .Joly juga demikian, dia jarang memasak untuk keluarganya, membuat George lebih senang memesan makanan melalui jasa pengantaran online dibandingkan menunggu ibunya memasak.George yang suasana hatinya baik pun membalas sapaan sang ayah. "Pagi,
Read more
25. Larangan Yang Dilanggar
"Alyssa! Harus berapa kali kukatakan padamu, jangan membuka tas orang lain sembarangan!"George ingat, sebelum dia melancarkan aksinya itu, dia sempat bertengkar dengan gadis yang namanya ia sebutkan dengan keras. Alyssa senang sekali membuka tas George, dan dia selalu memasukkan surat-surat tak jelas ke dalam tas anak laki-laki itu.Bukan hanya sekali dua kali saja, tapi sudah sering sekali Alyssa melakukannya. George tak pernah suka ada yang membuka tasnya tanpa sepengetahuannya. Ketika dia tahu Alyssa lah pelakunya, George tak bisa memaafkan perbuatan gadis itu, meski dia tahu Alyssa melakukannya karena ingin menarik perhatiannya.Di kemudian hari, George tahu jika kematian Alyssa menjadi peluang untuk seseorang yang juga menyukai dirinya."Aku tak suka kau membuka tasku, Alyssa!" George kembali berkata kepada sang gadis.Gadis berambut cokelat gelap yang perbuatannya diketahui oleh anak laki-laki itu hanya bisa tersipu malu. "Maafkan aku, George," ucapnya dengan wajah yang memerah
Read more
26. Keputusan Sulit
"Kapten Smith!"Mendengar teriakan seorang laki-laki yang memanggil namanya dengan begitu keras, memancing keingintahuan Smith yang sedang memeriksa sebuah komputer yang dibawanya dari laboratorium. Dia menebak-nebak pemilik suara itu, apa mungkin Niels?Mungkin saja, sebab dia masih belum hafal suara laki-laki muda itu.Smith memandangi komputer sekolah yang berisi tentang data-data lab. Barangkali, di sana ada petunjuk mengenai hewan-hewan peliharaan yang dikandang di tempat itu. Seperti percobaan apa yang dilakukan dan spesies apakah yang diteliti? Smith ingin mengetahuinya."Kapten! Jika ada mendengarku, tolong jawab!"Terdengar lagi suara teriakan.Smith pun membalas, "Niels, aku di sini! Di dekat tangga lantai tiga!" Suara Smith tak kalah nyaringnya.Niels menolehkan kepalanya ke kiri-kanan dengan cepat, mencari tahu sumber suara itu. Otaknya berusaha mencerna informasi yang didapat. Hingga akhirnya Niels memutuskan untuk mengitari lorong lantai dua."Kapten!" Niels berteriak la
Read more
27. Kecerobohannya
Penemuan Niels bagaikan penyejuk pikiran mereka yang telah kelelahan mencari barang bukti di seluruh penjuru sekolah. Meski mungkin yang ditemukan Niels terlihat tak bermakna dan tak ada apa-apanya, tetapi Smith beranggapan sebaliknya. Itu adalah penemuan penentu, bisa saja sesuatu yang kecil adalah sumber masalah yang besar."Di mana kau menemukannya, Niels?" tanya Smith dengan cepat. "Tolong ceritakan secara detail.""Saya menemukan ini di toilet, Kapten. Tergeletak di dekat sepatu saya ketika saya sedang asyik bercermin di sekitar toilet laki-laki dan perempuan."Perasaan tak enak langsung dirasakan Smith begitu kulitnya menyentuh sesuatu yang ditemukan sang rekan. Saat berhadapan dengan Niels yang membawa sesuatu itu, dia tak merasa takut sama sekali. Sedangkan saat benda itu ada di tangannya dan terkena kulitnya secara langsung, rasanya sedikit gatal dan membuat tak nyaman. Smith tak tahu apakah tebakannya ini benar atau tidak, setidaknya dia akan memberitahunya dulu ke Niels. "
Read more
28. Penyelidikan
"Niels, bertahanlah. Sebentar lagi kita tiba di sana.""Baik, Kapten! Terima kasih." Niels mengangguk mantap, sepenuhnya menaruh kepercayaan kepada Kapten Smith-nya. Bagi Niels, Smith adalah sosok yang memberikannya semangat untuk tetap bertahan hidup demi menggapai cita-cita.Smith memang tak mengenalnya, atau mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya, tetapi Niels mengenal dan mengetahui siapa gerangan Smith Hegner. Dan dia adalah orang yang Niels hormati.Demi meraih impiannya, Niels bekerja keras dan belajar dengan giat. Walau dia bukan berasal dari keluarga kaya, tetapi dia akan membuktikan bahwa seseorang yang orang tuanya bekerja sebagai petani juga bisa menjadi seorang detektif terkenal dan sukses di negeri orang.Berbekal tekad dan doa dari adik-adik tersayangnya, Niels pun berangkat ke Portugal seorang diri, kemudian tinggal di kota yang kini menjadi tempat tinggalnya. Lalu yang terpenting dari semua itu adalah Niels bisa bertemu langsung dan menjadi partner sang idola. Betap
Read more
29. Keadaan Akan Baik-baik Saja
Dua minggu telah berlalu sejak hari di mana Niels keluar dari rumah sakit karena pemeriksaan racun pada tubuhnya berlangsung lebih cepat dari perkiraan. Kondisi terakhir Niels baik-baik saja, tidak ada satu pun yang kurang.Beruntung, tak ada efek fatal sama sekali pada tubuh Niels setelah terkena racun tersebut. Yang menusuk jari Niels itu ternyata hanyalah taring biasa yang tak lagi memiliki racun di dalamnya.Niels benar-benar beruntung. Jika racun tersebut tersisa banyak di taring sekecil itu, nyawanya akan terancam dan justru Niels lah yang akan menjadi korban menggantikan Alyssa.Pemuda itu kembali mengatupkan tangan dan mulai berdoa untuk keselamatan jiwa sang gadis. Kematian yang menyakitkan, semoga tidak menyisakan dendam. "Amen." Niels menghela napas dan menerawang jauh. Meski dia tak mengenal Alyssa secara langsung, tetapi Niels paham perasaan kehilangan itu.Karena dia sudah kehilangan kedua orang tuanya dalam kecelakaan. Niels pun merantau demi mengirimkan uang kepada adi
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status