All Chapters of Catch Me If You Can: Chapter 31 - Chapter 40
71 Chapters
30. George Owens dan Kehidupan Sosial
Niels masih bertanya-tanya, apa yang akan dikatakan oleh seniornya sore hari nanti? Dia tak tahu apa itu, tetapi Niels adalah pemuda yang percaya dengan insting dan perasaannya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres pada kasus ini."Niels, kau dipanggil Kapten Smith ke kantornya." Rebecca datang menghampiri Niels dan menyampaikan sesuatu yang membuat Niels terkejut. Jantungnya berdetak cepat, apa yang harus dia lakukan sekarang?"Thanks, Rebecca." Niels membalas sambil tersenyum tipis kepada wanita dengan payudara besar itu. Niels bukannya tidak sopan, dia hanya berbicara apa adanya dan karena Rebecca memiliki bentuk tubuh dan dada yang indah, sebab itulah Niels berani mengomentarinya dalam hati."Sama-sama," ucap Rebecca seraya berlalu meninggalkan Niels yang memandangi bagaimana Rebecca berjalan dengan bentuk tubuhnya yang indah.Sambil menarik napas perlahan dari hidung dan mengeluarkannya dari mulut, Niels berusaha menjaga sikap sebelum akhirnya memutuskan untuk melangkah pergi k
Read more
31. Ambisi Seorang Genius
"Tunggu, George!"Anak laki-laki bernama lengkap George Owens yang dipanggil itu pun menoleh, kepada guru yang memanggil namanya ketika ia berjalan santai melewati ruang guru."Ya, Bu?"Guru perempuan dengan riasan wajah yang tipis namun bergaya modis itu tiba-tiba saja menarik George masuk ke dalam bilik ruangannya. "Ibu ada perlu denganmu!""Langsung saja," sang guru menyerahkan flashdisk berwarna hitam metalik kepada George, "tolong kauperiksa semua data dari teman-teman seangkatanmu. Buat keterangan tambahan di lembar berkas baru, dan simpan lagi di dalam flashdisk ini."Meskipun George sudah kelas tiga, dan sedang sibuk-sibuknya, tapi Ibu tetap mempercayakanmu hal ini. Anak baik seperti George tentu mudah saja melakukannya, bukan?"George tersenyum, "Tentu, Bu Rebecca. Percayakan saja kepada saya. Lagipula, jadwal saya hari ini sedang kosong. Saya akan mengurusnya di lab komputer sepulang dari ruang musik nanti.""Bagus, terima kasih, George." Bu Rebecca menepuk pundak George, ba
Read more
32. Niels Johansen
"Anak kami mati dengan cara yang tidak adil! Di mana letak keadilan di negara ini?!"Niels masih mengingat dengan jelas kalimat yang dilontarkan oleh orang tua dari Alyssa, gadis tak beruntung yang meninggal karena digigit laba-laba beracun beberapa bulan yang lalu.Kasus gadis tak beruntung itu memang telah ia selidiki selama tiga bulan lebih bersama Smith, rekan kerjanya. Seluruh pikiran dan tenaga mereka kerahkan demi menguak pelaku dan mencari bukti-bukti lainnya. Namun sejauh mereka mencari kebenaran, nyatanya hanya kesia-siaan saja yang mereka berdua peroleh.Bahkan Smith, yang terang-terangan berkata tidak akan menyerah begitu saja terhadap kasus ini, mengatakan dengan jelas bahwa kasus ini ditutup. Artinya mereka tidak akan menyelidiki kasus ini lagi kedepannya."Saya tak mau tahu! Kalian semua harus mengusut tuntas kasus ini hingga kalian menemukan sang pelaku!"Namun berkat ancaman dan tangisan pilu dari orang tua yang kehilangan anaknya dengan cara yang tragis, membuat Niel
Read more
33. Penelitian
George mempunyai cara unik tersendiri untuk menikmati akhir pekannya, yaitu dengan cara merawat kebun bunga mawar di pekarangan belakang rumahnya. Bagi George, aroma mawar adalah aroma kesukaannya yang kedua.Selesai membersihkan diri, George menghadap sang ibu yang beberapa saat yang lalu memanggilnya ke ruang baca."Anakku, apa kau sudah menentukan sekolah mana yang ingin kaumasuki selepas lulus ini, Sayang?"Belum lagi George menarik kursi untuk duduk, ia sudah disuguhi pertanyaan oleh wanita yang pernah melahirkannya itu. George tersenyum lebar, "Sudah, Ma.""Sekolah apa itu?""Benjamin Art High School. Sekolah khusus seni lukis, pahat dan musik, Ma." Jawab George dengan bangga. Namun senyumnya luntur seketika manakala ia melihat ekspresi tidak suka hadir di wajah ibunya."Mengapa kau memilih sekolah terbelakang seperti itu!" Joly mengebrak meja, membuat George menundukkan kepalanya dalam-dalam, tidak berani bertemu mata dengan sang ibu.Melihat anaknya yang ketakutan, Joly langsu
Read more
34. Liburan
"Kita sudah sampai!"Mobil berwarna kuning milik George sekeluarga berhenti tepat di depan sebuah lumbung sekaligus peternakan tua milik keluarga mereka yang telah ada sejak beberapa generasi. Warna kuning mobil keluarga Owens itu begitu menyilaukan setiap mata yang memandang ke arahnya.Setelah perjalanan jauh yang cukup melelahkan, akhirnya mereka bertiga sukses melewati medan terjal yang sempat menyambut mereka sewaktu di awal tanjakan tadi, dan sampai dengan selamat di rumah nenek George yang berada di dataran yang cukup tinggi.George membanting pintu mobil keluaran terakhir dari Dodge, Challenger SRT Demon yang dibeli oleh ayahnya dua tahun yang lalu dengan keras. Selain diberi mesin yang hebat, mobil itu juga disertai dengan otot bodi yang khas, Challenger SRT Demon terlihat sangat cocok apabila dibawa off-road di jalanan yang sulit.Namun sangat tidak cocok untuk dibawa pulang ke kampung halaman! Itulah yang membuat George kesal setengah mati.Salahkan ibunya yang tega menabra
Read more
35. Kesenangan Tersendiri
George tak dapat berkomentar, ia tengah sibuk memperhatikan 'cara' yang disebutkan oleh pamannya beberapa saat yang lalu agar menghasilkan daging ternak yang banyak, empuk dan enak.Ia tak pernah menduga bahwa tujuan paman Sam membawa sebuah tongkat bisbol ke kandang adalah cara yang dimaksudkan olehnya sebelumnya."George, perhatikan ini!"Sam mengayunkan pemukul yang terbuat dari besi itu ke salah satu babi berukuran besar yang telah diikat keempat kakinya, menimbulkan bunyi buk yang berasal dari tubuh babi yang dipukul kuat menggunakan tongkal bisbol berwarna hitam tersebut.Melihat sang paman yang terus memukul babi malang itu menggunakan tongkat miliknya, membuat aliran darah George ke dada mengalir dengan cepat. Membuat jantungnya berpacu penuh semangat.Deru napas George menderu, seiring dengan rintihan babi yang telah sekarat di tangan paman Sam-nya.Adrenalin George terus naik, memicu euforia bagi remaja berusia limabelas tahun itu.Rasa gembira yang dirasakan oleh George sek
Read more
36. Akal Licik
George menyikat dinding kayu peternakan yang terkena cipratan darah dengan telaten. Suara berisik sikat lantai yang ia gunakan membuat para hewan terbangun. Beberapa ekor sapi melenguh dengan kerasnya."DIAM!" gertak George kesal.Berbicara kepada hewan adalah sesuatu yang salah. Hewan-hewan itu justru semakin gaduh, mengeluarkan suara-suara yang mengganggu dan memekikkan telinga. Berpura-pura seakan tak mendengarnya, George mengusap keringat yang mengalir turun di belakang telinganya dengan perlahan.Melakukan pekerjaan seperti ini sangat melelahkan, tapi sang antagonis haruslah bisa membereskan hal kecil semacam ini."Fuh, akhirnya selesai juga," gumamnya kepada diri sendiri.George menaruh ember besi yang biasa digunakan untuk menampung hasil memerah susu sapi di dekat pintu. Sebelumnya, ia memakai ember tersebut untuk mengambil air di sungai, guna menyiram genangan darah yang mengusik mata. Jelas ia tak ingin ada yang mengetahui perbuatannya, apalagi mengetahui jika George melakuk
Read more
37. Kembali Bertemu
Bibi Sean yang mendengar pintu kandang yang tidak dikunci, terang saja langsung memarahi suaminya. "Sudah berapa kali kukatakan padamu! Kunci dengan benar semua kandang ini!"Sam mendengus. "Aku juga sering mengatakan padamu! Aku selalu menguncinya!"Mendadak, sepasang suami istri itu beradu mulut, bertengkar mempermasalahkan kandang yang terbuka dan babi yang hilang, mengabaikan keberadaan keluarga Owens yang memandang mereka berdua dengan kikuk.Joly berjalan menghampiri dan menengahi perselisihan yang terjadi di antara suami istri tersebut. "Berhenti bertengkar!"Kalian berdua jangan bermusuhan hanya karena hilangnya seekor babi, kita masih bisa memotong ternak lain untuk malam nanti."Suami istri Winkler itu terdiam sesaat, kemudian menatap satu sama lain. "Maafkan kami.""Nah, bagaimana kalau kita kembali ke kebun?" Erick tersenyum, ia merangkul anaknya–George dan mengambil garu di sebelah tumpukan jerami yang tersusun rapi. "Tanaman-tanaman itu tidak bisa memberi pupuk mereka se
Read more
38. Si Anak Pendiam
Putra keluarga Owens saat ini tengah sibuk belajar mempersiapkan ujian masuk ke sebuah sekolah menengah elit yang telah dipilihkan oleh kedua orang tuanya. Selepas menghabiskan libur natal bersama keluarga ibunya di desa yang terletak di dataran yang cukup tinggi, George pulang ke rumah dengan perasaan senang. Sebelum pergi ke sana, dia tak punya minat sama sekali untuk bersekolah di tempat yang tak diinginkan.Tapi, begitu pulang dari rumah neneknya yang sekaligus menjadi tempat berkumpul setiap akhir tahun oleh keluarga Winkler, George langsung berkata kepada sang ibu bahwa ia akan sungguh-sungguh belajar dan mengambil mata ujian masuk ke sekolah itu. Entah apa yang merasukinya.Memang, jika seseorang telah dilahirkan berbakat, apapun yang dilakukannya pasti akan tampak sempurna di mata orang-orang.Tapi, pernahkah seseorang berpikir jika kadang mereka yang terlihat sempurna tanpa kekurangan itu benar-benar bahagia dengan apa yang mereka lakukan?George seringkali ditanya perihal m
Read more
39. Keluarga Kecil
Tampak sebuah keluarga kecil tengah duduk beralaskan kain besar berwarna merah hati yang dihampar di atas rerumputan taman. Senyum dan gelak tawa bahagia terukir jelas di wajah mereka. Pagi Minggu memang merupakan waktu yang sangat pas untuk berpiknik bersama orang terkasih di luar rumah."Papa! Mama! Kakak!" seruan riang seorang anak laki-laki terdengar nyaring di pagi hari yang cukup panas itu."Aku membeli es krim!"Anak perempuan dari keluarga yang tengah bersantai itu lalu melambai penuh semangat kepada sang anak lelaki yang berada di seberang jalan. Tampaknya ia adalah kakak dari anak laki-laki yang di kedua tangannya penuh dengan es krim."Hati-hati Michael!"Tak jauh dari Michael-anak laki-laki yang tengah berlari menghampiri keluarganya di taman, seorang remaja laki-laki terlihat kesal dengan mobilnya yang tiba-tiba saja mogok di pinggir jalan. Tepat di dekat keluarga yang tengah bersantai di taman. Garis wajahnya kokoh, dengan surai berwarna cokelat yang terlihat bersinar te
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status