Semua Bab What the hell, Tetangga!: Bab 81 - Bab 90
102 Bab
One month
Inti masalahnya kembali lagi pada satu pasal itu. Pernikahan. Theo menoleh pada Jane, yang langsung dibalas oleh sang gadis. Mereka saling tatap beberapa detik sebelum Jane memutuskan untuk kembali menoleh pada neneknya. “Dua tahun lagi,” cetus Jane kemudian. Ia tidak berpikir panjang, tidak juga tau kenapa membalas begitu. Jane hanya mencoba melarikan diri dari situasi saat ini. Nantinya, bisa dipikirkan lagi. “Terlalu lama,” balas eyang dengan gelengan pelan. Mata Jane tiba-tiba bergetar. Theo masih menatapnya seakan sudah angkat tangan dan menyerahkan semua keputusan pada Jane. Jane mangangkat satu tangannya, mencoba bernegosiasi. “Satu setengah?” “Ndak tau eyang masih hidup atau enggak kalau nunggu sebegitu lama.” Jane merengek pelan setelah mendengar jawaban dari neneknya yang lagi-lagi menolak jawaban Jane. Kali ini setelah mengatakan hal itu eyang menatap Theo menunggu jawaban versi lelaki itu
Baca selengkapnya
Aku-Kamu
'Satu tahun lagi? Baru pacaran berapa hari aja udah begitu apalagi nunggu setaun, bisa-bisa punya anak duluan kamu, Je!’ ‘Mama emang percaya sama Theo, sama kamunya yang enggak!’ ‘Nyosor duluan 'kan kamu? Pokoknya mama nggak terima bantahan, harus bulan depan, nggak mau tau!’ Jane mendesah kecil ketika mengingat apa saja kalimat-kalimat panjang yang ibunya semburkan padanya hari kemarin. Setelah selesai mengadakan sidang satu kali lagi dan juga mengusir Theo pulang, Jane kembali diadili saat mencoba untuk bernegosiasi. Dan begitulah. Akhirnya Jane akan mengadakan sebuah pernikahan atas nama dirinya sendiri tiga puluh hari lagi. Jane menghembuskan napas panjang ketika dirasa angin bersih menyapu permukaan kulitnya yang lembut, balkon kamarnya memang spot paling indah, gadis dengan dress selutut berwarna peach itu menoleh kearah lain. Melihat laki-laki yang memakai kaos putih sedang menyirami tanaman didepan rumah. “Heh duda bolo
Baca selengkapnya
Pacaran
Jane dan Theo sampai di square park setelah mengendarai mobil selama kurang lebih tiga puluh menit lamanya. Kenapa Jane mengajak Theo kesana? Tidak ada alasan khusus sebenarnya. Jane hanya asal menawarkan karena Theo bilang laki-laki itu belum pernah kemanapun selama tinggal di Tanggerang, dan Jane juga bukan tipe gadis yang suka pergi hangout ke taman atau kebun binatang dan tempat wisata yang ramai lainnya. Jadi mumpung bisa, kenapa tidak. Waktu berpacaran mereka habiskan dengan berjalan sembari bergandengan tangan, banyak mata yang terang-terangan menatap mereka namun Jane tidak terlalu mempedulikan. Melanjutkan kencan dengan memberi makan hewan-hewan, melihat anak-anak berkebun dan juga bermain dengan anjing. "Theo, pengen guguk," pinta Jane ketika gadis itu merasakan kegemasan yang memuncak saat bermain dengan anjing pudel berwarna putih di sana. Theo ikut menoleh pada Jane, gadisnya menampilkan mata yang berbinar-binar, pertanda bahwa Jane benar
Baca selengkapnya
Pingitan
Detik berganti menit, menit berubah menjadi satuan waktu lebih lama lagi, lalu waktu tiba-tiba saja sudah berlalu menjadi satu pekan yang terlewati. Setelah beberapa bulan menganggur, Jane tidak tau bahwasanya menjadi seorang wanita sibuk bisa membuatnya melupakan waktu. Seminggu ini ia ikut mempersiapkan beberapa tetek bengek pernikahan meski bibi bilang kalau Jane hanya perlu duduk dan menunggu, karena menjadi pengantin itu melelahkan, Jane harus pintar jaga energi. Tetapi, hei, seorang Janela mana bisa cuma duduk-duduk manja. Jemarinya gatal kalau tidak buru-buru nimbrung. Setelah rampung memilih gaun dan jas, baju adat, dekorasi serta lainnya akhirnya persiapan yang biasanya memerlukan waktu lama itu bisa dirangkap menjadi tujuh hari saja, dan Jane hanya tinggal menyiapkan mental. Hari ini, tepatnya malam ini, di rumah Jane yang biasanya hanya berisi sound sinetron India, terdengar suara-suara orang dewasa berbicara, ramai, dan juga menghasilkan s
Baca selengkapnya
The wedding (19+)
Pernikahan sudah dilaksanakan. Hari ini untuk pertama kalinya dalam hidup Jane, ia melihat Ratna menangis. Disaat Jane menggenggam tangan milik ayahnya menuju altar, di mana ada satu lelaki pengisi hati menunggu di depan sana. Karena inilah pernikahan bukan hal yang main-main, separuh hati bagi seorang ibu harus berpisah dengannya untuk pertama kali, menjalani hidup sendiri dengan seorang pemimpin yang baru, membangun sebuah hidup lalu menciptakan nyawa-nyawa lain. Bahkan dari manik tegas ayah Jane, gadis itu bisa melihat selaput bening menatapnya sayang sebelum menyerahkan tanggung jawab pada Theo. Mengantarkan gadis ayu itu untuk membuat sesak di paru-parunya makin menjadi dan mengucap janji suci dengan mulut bergetar. Jane bahagia, sangat. Menikahi Theo adalah sebuah takdir yang ia syukuri karena amat indah. Jane menatap pantulan dirinya dicermin. Ia masih segar karena barusaja selesai mandi. Memakai bathrobe dengan rambut yang dibiarkan te
Baca selengkapnya
Klepon
Pagi ini Jane bangun terlebih dahulu, jika biasanya Theo dengan rajin merusuhi mimpi Jane dan membuat wanita itu terbangun dalam decap ciuman, hari ini bangkit dari kasur lebih awal, tidak berniat mengganggu tidur Theo sama sekali, atau ia yang akan kerepotan, karena hari ini banyak hal yang harus Jane kerjakan. Sebelum melangkah menuju kamar mandi untuk melakukan beberapa bisnis. Sudah tiga hari mereka menjadi pasangan suami istri. Suami istri yang sibuk dan bahkan tidak punya waktu untuk keluar dari rumah selain waktu Jane mangambil beberapa barangnya dari rumah untuk dibawa pindah ke rumah Theo. Mereka tinggal di komplek perumahan yang sama. Di unit milik Theo yang punya banyak cerita. Menikmati masa awal pernikahan yang hangat. Jane berjalan menuju dapur, ia sempat melirik ke pada televisi dan menyalakannya. Membuat benda besar bercahaya dengan gambar begarak itu mengeluarkan suara yang cukup keras untuk bisa Jane dengar hingga dapur. Saluran goss
Baca selengkapnya
Sunset
Sesi pacaran yang dijalani Jane dan Theo kali ini adalah mengunjungi tempat berair dan juga kaya akan pasir. Ditambah cahaya kemerahan bercampur ungu dari ufuk barat karena mereka datang pada sore menjelang malam.Senja. Sunset.Kebanyakan orang pacaran selalu mengungkit tempat dan waktu sejenis ini untuk menciptakan momen yang indah dan sulit dilupa. Jane sebenarnya tidak terlalu menganggungkan senja. Ia menikmati semuanya, namun tidak menaruh hati terlalu jauh. Jane hanya ikut saat Theo berkata kalau pria itu ingin mengunjungi laut.Dan Jane tentu mau. Apalagi Theo sudah menyempatkan waktu disela kesibukan kerja yang melelahkan.Bahagia? Tentu. Tapi kerutan di dahi wanita cantik itu tidak menunjukan kebahagiaan sama sekali saat ini.Setelah memeriksa handphone Theo dan membuka aplikasi social instgram milik lelaki itu yang dibuatkan oleh Jane, Jane tidak bisa tenang-tenang saja. Memangnya wanita mana yang bisa tenang ketika social media milik suami
Baca selengkapnya
Good morning
Tidak terasa, satu pekan sudah berlalu lagi. Pagi ini, pada awal hari sabtu yang cerah ini. Jane memutuskan untuk memakai setelan olahraga nike yang ia punya sembari menggelar satu matras di depan televisi. Tentu saja. Olahraga. Hari ini sudah ketiga kalinya Jane malakukan pilates rapat kencang penyelamat rumah tangga dan masa depan. Jane mengencangkan cepolan rambutnya di puncak kepala sebelum merenggangkan otot-otot tubuhnya yang kaku. Melakukan pemanasan dengan cukup sebelum menekan tombol play di remote yang baru diraihnya dari meja. Mulai mengikuti instruksi gerakan-gerakan yang dilakukan oleh instruktur di televisi. Jane tidak yakin apa olahraga begini bisa benar-benar membuat tubuhnya mejadi lebih remaja, bahkan setelah lima belas menit mengikuti instruksi itu Jane belum mengeluarkan keringat seperti waktu ia olahraga biasanya. Tetapi, tubuh memang merasakan ada sedikit tarikan-tarikan karena gerakan yang belum pernah ia lakukan
Baca selengkapnya
Anjing
Shoping selalu menjadi hal paling membahagiakan untuk wanita dari belahan bumi mana saja. Mencekoki mata dengan barang-barang cantik nan elegan, tas dan sepatu yang indah dan anggun, aksesoris yang mewah dan pernak Pernik kecantikan keluaran terbaru. Theo sudah menduga ini sebelumnya. Lelaki yang tengah duduk di sofa dengan handphone ditangan itu mendongak guna memeriksa wanita yang datang bersamanya sudah selesai atau belum. Theo mendesah, lelaki itu memasukan ponselnya dalam saku. Ia melirik ke samping, di mana ada belasan shoping bag tergeletak disana. Hasil kerja Jane setelah susah payah memillih dan keluar masuk ke berbagai pintu di duty free ini. Karena yakin kalau setelah dari sini Jane akan masuk ke toko lainnya dan akan membawa lebih banyak shoping bag, Theo memutuskan untuk menghubungi seseorang, sekertaris yang seharusnya menghabiskan waktu akhir pekan terpaksa dihubungi Theo karena hal genting ini. Theo tidak mungkin bisa membawa semua belanjaan J
Baca selengkapnya
Be a good wife
--Barangkali ada yang lupa bahwa akhir pekan merupakan me time yang biasanya Jane lalui dengan cuci mata belanja dan juga perawatan bersama teman-teman, biasanya memang begitu, namun berhubung Jane bukan lagi jomblo kesepian seperti sebelumnya, akhir pekannya kali ini untuk pertama kali Jane manghabiskan seluruh akhir pekannya dengan mantan tetangga yang sudah jadi teman tidurnya. Setelah kemarin menghabiskan waktu untuk berkeliling duty free dan berhasil membawa pulang tiga anak angkat, hari ini, minggu, Jane sempatkan untuk memakai masker wajah, hair mask, ganti warna kuku dan semua perawatan mingguan lainnya. Dan tentunya Jane tidak sendirian. Ada satu pria yang berbaring pasrah diatas sofa dan memakai satu sheet masker bening diwajahnya. Jane baru saja selesai memakai masker diwajahnya sendiri setelah rampung memakaikannya untuk Theo. Kepala kecil wanita itu juga masih terbungkus handuk kecil. “Udah belum, Je?” lagi-lagi pertanyaan itu keluar
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status