All Chapters of Kopi dan Lemon: Wanted Husband Series: Chapter 41 - Chapter 50
75 Chapters
Token Perjanjian Damai
"Kamu mungkin menyimpannya dengan nama samaran," guman Alya. Ia tidak bodoh. Tidak bisa begitu saja mempercayai ucapan laki-laki seperti Leo. Apalagi tindakan laki-laki itu sangat bertolak belakang dengan ucapannya. Leo melepas napas lelah, "Kamu bisa memastikannya Alya, ada foto profilnya. Dan aku tidak suka mengoleksi nomer orang yang tidak aku sukai," jelas Leo. Benar saja, saat Alya membuka aplikasi chat ternyata hanya ada beberapa nama yang tersimpan dan dari semuanya adalah laki-laki kecuali Salma dan dirinya. "Kamu menghapus kontak mantan-mantanmu?" Tanya Alya penasaran.Leo dibuat tertawa oleh pertanyaan Alya yang bodoh. "Mereka disebut mantan karena untuk dilupakan Alya!" Jawab Leo merasa geli. Alya menggelengkan kepalanya pelan. Ia masih menemukan kesulitan untuk mempercayai ucapan Leo. Namun yang lebih mengerikan adalah ucapan Leo tersebut. Apakah ia selalu memblacklist semua mantan-mantannya? Dia bahkan nggak pun
Read more
Made With Love
Leo kembali ke apartemennya setelah mengawasi Alya yang berjalan layaknya bocah yang batal diajak ke Dufan untuk bermain. Ia tahu Alya sedang marah, sikapnya sudah cukup untuk memberitahu Leo perasaan perempuan itu ketika keluar dari mobilnya. Ia juga sama marahnya. Marah kepada dirinya sendiri, bagaimana bisa ia berpikir hal yang tidak mungkin? Alya adalah sesuatu yang tidak mungkin ia miliki di dunia ini. Hal itu adalah kepastian yang ia yakini. Selama Alya masih memiliki darah yang sama dengan keluarga Omar, maka tidak akan ada yang bisa mengubahnya.  Di dalam apartemennya Leo segera membuka laptop pribadinya begitu ia memasuki tempat yang dingin dan sunyi itu. Ia tidak tahu apakah mungkin menemukan kehangatan di sana. Mata elangnya memindai setiap gambar digital yang terpampang di layar laptopnya setelah jari-jarinya menari di atas keyboard membentuk kata Brain cactus.  Sudut bibirnya melengkung ke atas membentuk senyuman kecil, ta
Read more
New Start
Sudah hampir dua jam Alya memandangi dua tanaman yang ada di meja kerjanya. Satu tamanam asli alias hidup sementara yang lain adalah buatan tetapi Alya hampir tidak bisa membedakannya. Leo benar-benar memanfaatkan bakatnya dalam membuat kaktus buatan itu hingga terlihat begitu sempurna. Keduanya adalah Brain cactus. Senyumnya masih melekat di bibirnya yang dilapisi pewarna merah yang dikenal dengan lipstick. Terlihat mencolok dengan jilbab hitam yang melapisi kepalanya dengan sempurna tak menyisakan sehelai rambutpun untuk dipertontonkan.  Ia tak menyangka ternyata Leo sangat romantis. Ia rela meluangkan waktunya yang berharga untuk membuat token perjanjian damai pertama mereka. Ia pikir ia mulai jatuh cinta pada laki-laki arogan itu.  Sudah hampir seminggu berjalan sejak mereka membuat kesepakatan itu. Sudah ada empat koleksi kaktus yang ia terima dari Leo tidak termasuk kaktus artificial, tiga diantaranya bergabung dengan koleks
Read more
Salmon with garlic cream sauce
Meski hanya beberapa saat Lana berkerja di kafe Kopi dan Lemon, tetapi karyawan kafe itu sudah terbiasa dengan keberadaan Lana, begitu pula dengan Alya. Ia merasa ada yang ganjil saat Lana tiba-tiba berhenti bekerja dengan alasan yang tidak masuk akal. Alya masih tidak bisa menerima keputusan Lana begitu saja. Pasti ada yang tidak beres.  Memikirkan Lana membuat Alya tidak bersemangat. Tidak ada pekerjaan yang beres. Selama beberapa jam ia hanya menatap layar laptop sambil bertanya-tanya, kira-kira yang salah dengan Lana. Apakah Lana berkata jujur? Pulang kampung bukanlah hal kecil apalagi jika tidak ada niatan untuk kembali ke Jakarta sementara dari yang ia ketahui Lana masih berada pada tahun kedua di kampus. Paling tidak Lana membutuhkan waktu  dua tahun lagi untuk bisa keluar dari kampus dengan gelar kebanggaan sebagai seorang sarjana. Itupun jika tidak ada kendàla dengan kukiahnya. Tak menemukan alasan untuk lebih bersemangat dalam menulis nov
Read more
Get Married
Leo merasa hubungan dengan Alya berjalan dengan sangat mulus. Terlalu mulus hingga sulit untuk ia percayai hal itu terjadi. Ya, sekarang sudah hampir enam minggu sejak mereka resmi menjadi sepasang kekasih. Meski sepasang kekasih baginya sangat berbeda dengan konsep sepasang kekasih yang ada di benak Alya. Bagi Leo, sepasang kekasih berarti mereka akan melakukan make out sessions setiap kali bertemu, karena itulah yang biasanya ia lakukan dengan mantan kekasihnya sebelumnya.  Sementara Alya? Ia memiliki konsep sendiri. Sepasang kekasih itu berarti sopir pribadi, teman makan, teman belanja, dan teman mengobrol. Sesuatu yang membuat Leo belakangan frustrasi. Sekarang saat mereka telah menjadi kekasih, ia malah tidak memiliki kesepatan untuk mencicipi bibir ranum Alya karena setiap kali ia hendak melakukannya Alya selalu saja memiliki cara untuk menghindar. Oh, betapa ia sangat menginginkan hal itu. Leo harus puas dengan pelukan ringan dan kecupan malu-malu dipipi.
Read more
Masih single
Alya datang ke kediaman keluarga Dieter tepat setelah melakukan salat Zuhur di kafe. Mario mengantarnya dengan bermotor. Sebenarnya ia tidak suka menaiki kendaraan yang berisiko besar itu tetapi apa boleh buat, daripada menemukan dirinya dalam kemacetan kota pada jam-jam sibuk tentu saja menaiki motor trail adalah pilihan yang lebih masuk akal. Saat ia datang, beberapa saudara maupun kerabat keluarga itu sudah berada di sana, bersantai sambil bersenda gurau atau membantu pekerjaan di dapur yang mendadak sibuk. Ya, malam nanti akan diadakan pengajian untuk menyambut kehamilan menantu pertama dan satu-satunya di keluarga itu yang memasuki bulan ke tujuh, yang juga merupakan cucu kedua di keluarga itu, yang tidak lain adalah kehamilan kedua Rara. Keramaian yang disebabkan oleh teriakan anak-anak memenuhi setiap ruangan, mereka berlarian sambil saling berteriak dan tertawa. Sementara beberapa orang dewasa tampak tak terpengaruh oleh keributan itu, mereka mengobrol hangat di ruan
Read more
Hamza
Alya merasa sangat lelah, setelah semalaman berguling-guling di atas kasur dengan mata terpejam namun pikiran menyala bak komputer dengan baterai seratus persen. Ia tidak tahu. Masih juga tidak tahu meski ia telah mencoba mencar jawaban semalaman. Bagaimana bisa? Hamza? Menyukainya? Itu konyol! Lalu... orangtua mereka?  Alya menghempaskan tubuhnya kembali ke atas kasur dengan marah, mereka harus bicara. Sial. Ucapan Leo benar. Harusnya ia memang mendengarkan laki-laki itu. Sekarang bagaimana? Apa yang akan Leo lakukan jika ia tahu apa yang terjadi saat acara tujuh bulanan kehamilan Rara? Acara yang harusnya membuat Rara menjadi pusat perhatian malah beralih kepadanya ketika dengan tiba-tiba Hamza melamarnya di depan semua orang. Tanpa aba-aba.  "Om, Tante, Ma, Pa, semuanya, Hamza mau ngomong sesuatu," kata Hamza menyapukan pandangannya kepada semua orang yang baru saja menyelesaikan acara pengajian.  Alya hanya meilirik Hamza sekilas sebelum me
Read more
Marry me, please!
Setelah mencoba menghubungi Hamza beberapa kali namun gagal. Akhirnya Alya memutuskan untuk menundanya hingga ia berada di kantor.  "Hamza sorry, tapi lo kudu jelasin ke orangtua gue, orangtua lo... Kalau kemaren lo becanda doang," kata Alya. Mereka sudah bicara hampir lima menit yang terasa setahun bagi Alya karena ia ingin segera mengakhiri percakapan itu. Bukan berarti ia tak senang apalagi membenci. Hamza. Ia hanya tidak senang dengan kenyataan bahwa Hamza adalah orang yang membuat kekacauan itu. "Al, seperti yang gua bilang. Gua serius! Nggak becanda!" Tegas Hamza dengan penekanan khusus. Ia mulai panik. Apakah Alya akan menolak tanpa mempertimbangkannya? Ia tidak boleh menyerah begitu saja. Alya adalah satu-satunya kandidat yang ia miliki sebagai calon istri dan ibu anak-anaknya. Menantu yang pasti ditunggu-tunggu oleh keluarganya. Tak akan ada yang menolak Alya. Sejauh ini Alya adalah pilihan terbaiknya. Bagaimanapun ia harus memperjuangkan Alya.
Read more
A Lost Boy
"Kenapa gua ngerasa lo ceria banget hari ini, Man?" tanya Haidar. Ia mengunjungi Leo di ruangannya untuk melihat hasil kerja Leo dalam menyelesaikan tugasnya sebagai arsitek yang bertanggung jawab atas desain rumah klien mereka.  "Why? I can't smile, can't I ?" jawab Leo datar.  Haidar terkekeh, "Well, its pretty rare, don't blame me. Anyway, gua juga ada kabar bagus buat lo," kata Haidar yang menyadari Leo memang pelit dalam membagi senyumannya. "Soal?" Leo tak begitu berminat, tetapi mungkin kabar itu ada hubunganya dengan Alya, apakah Alya sudah memberitahu Haidar soal lamarannya?  "Lo masih inget sepupu gua, Al? Alya?" Haidar mengalihkan pandangannya dari layar komputer di depannya. "Btw, kapan lo nyelesain gambar blueprintnya?" tanpa menunggu jawaban ia kembali bertanya. "Yeah?"  "Blueprint? Blueprint?"  "Kemaren." "Oh, cak
Read more
You are not good enough!
Leo masih memikirkan ucapan Haidar. Apakah ia terlihat sangat bahagia? Rasa-rasanya tidak. Ia hanya merasa geli saat Alya memamerkan cincin pemberiannya. Apakah Alya juga tak sabar ingin memberitahu dunia bahwa ia sudah sold off? Mungkin saja. Bukankah perempuan selalu bersikap demikian? Mereka dengan mudah mengeskpresikan apa yang mereka rasakan, berbeda sekali dengannya yang memiliki banyak pertimbangan. Ya, pada dasarnya Leo memang pribadi yang tertutup. Ia lebih suka menyimpan apapun yang ia rasakan untuk dirinya sendiri, kalaupun terpaksa ia membutuhkan orang lain untuk melepaskan rasa frustasi atau apapun yang terjadi padanya, ia lebih memilih untuk mengunjungi dokter.    "Sayang, apa kamu sudah memberitahu orangtuamu?" Tanyanya kepada Alya. Leo menelepon Alya segera setelah Haidar pergi dari ruangannya.    "Ehm... "   Leo menunggu, "Aku sudah memesan tempat di restoran Jepang, kamu bilang mereka menyukai
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status