Semua Bab Hidden Secret: Bab 21 - Bab 30
87 Bab
MENCARI PANJI
“Terlihat bagus, saat kamu pakai,” ucap Aji dengan pipi merah merona. “Ah, begitu. Terima kasih,” balasku tersenyum. “Sama-sama. Eh, kamu pasti belum makan siang, ayo mengantri makan siang bersama. Yah, sebelum kehabisan,” ajak Aji menggenggam tanganku. “Nah, aku memang sangat lapar. Ayo,” ucap Liana bersemangat. Sesampainya di dapur. Liana melihat Salma dan Ratih yang sedang asik makan tanpa mengajaknya. “Hei, apa kalian meninggalkanku?” tanya Liana kesal. “Tidak Li, kamu terlalu lama berada di hutan, dan perutku ini sudah meraung dari tadi, hehe,” elak Ratih melahap makanannya. “Dia menelan buah hutan karena kelaparan,”  gurau Salma tertawa. “Hm, ya sudah tunggu aku, aku akan mengambil makan,” seru Liana kesal.
Baca selengkapnya
SEMUA BERAWAL DARI SINI
Malam ini keadaan di rumah Liana terasa berbeda. Entah kenapa tiba-tiba, mama Liana merasa ketakutan. Ia teringat kejadian yang menimpa anak sulungnya, dan gelisa memikirkan Liana “Perasaan apa ini?” tanya mama memandang ke luar jendela. “Kenapa Ma?” tanya papa menghampiri mama. “Perasaan ini, mama pernah merasakannya,” jawab mama memeluk papa. Sontak papa juga merasa ada hal ganjil, namun papa tetap mencoba menenangkan mama. Papa kemudian menelfon Reno malam ini, agar esok bisa datang ke rumah. ***Di area perkemahan, Salma dan Ratih terbangun dari tidur, mereka ingin menemui Liana untuk tidur bersamanya. Saat mereka pergi dan membuka tenda Liana, tak ada tanda-tanda Liana di sana. Awalnya mereka berfikir mungkin Liana hanya pergi ke kamar mandi. “Liana kemana ya?” tanya Ratih sibuk menggaruk tangannya.
Baca selengkapnya
AWAL DARI API ABADI
“Suara siapa itu?” tanya Liana menoleh ke kanan dan kiri. Ia merasa bingung, tak ada seorang pun yang ada di tempatnya berdiri. Namun, suara itu jelas ia dengar, dengan kedua telinganya. ***Keesokan harinya, Panji siuman dan menceritakan segalanya kepada mama, papa, dan Liana. Namun, Aji tak kunjung sadar. Liana selalu ada di samping Aji, setiap waktu dengan begitu banyak harapan. “Kumohon, sadarlah Aji,” ucap Liana memegang tangan Aji. Takdir telah mempertemukan mereka tanpa sengaja, apakah takdir juga yang akan memisahkannya, pikir Liana. Ia selalu membersihkan wajah, tangan, dan kaki Aji setiap hari. Sudah 3 hari ini Aji tidak sadarkan diri. Hari ini Liana akan membacakan suatu kisah kepada Aji. Kisah 2 orang kekasih yang berebut mati untuk mempertahankan satu sama lain agar tetap hidup. Saat Liana bercerita, jari-jemari Aji bergerak. “Aji
Baca selengkapnya
SEBUAH PILIHAN
Api menyembur dari dalam retakan yang diakibatkan oleh gempa. Dengan cepat aku memeluk Salma kemudian jatuh tersungkur di rerumputan. Semua orang yang menyaksikan kejadian itu berusaha untuk melindungi diri. “Panas,” keluh Salma. “Apa kamu tidak apa-apa?” tanyaku membantunya berdiri. “Aku baik-baik saja, hanya saja api itu, terasa sangat panas,” jawab Salma memandangku. Ya, api itu sangatlah panas dan membara, namun hanya beberapa detik. Setelah api itu masuk kembali ke dalam retakan, rumput yang kini kupijak perlahan hangus. Semua orang berhamburan karena khawatir akan terjadi hal serupa. ***2 minggu setelah kejadian itu, kini taman depan toko buku telah dibatasi dengan garis polisi. Ilmuan kota berusaha mencari titik terang penyebab kejadian itu. “Huft, panas sekali hari ini. Padahal masih pukul 09.00, panas
Baca selengkapnya
MENGINTIP MASA DEPAN
“Semuanya berhenti.” Liana kebingungan melihat kejadian itu, dengan kedua matanya. Ia terus berusaha, menyadarkan Reno. Tapi, tidak ada respon sama sekali. Semua orang, juga ikut diam mematung. Bahkan, anjing peliharaan dan beberapa daun yang berterbangan pun, ikut berhenti. Ia mencoba membuka ponsel, namun sinyalnya tidak muncul. Karena mulai gemetaran, Liana pun berteriak. “Ada apa ini? Siapa kamu, yang berbuat seperti ini?” tanya Liana sambil berteriak. “Bukankah, sudah ku bilang. Jangan dekati Panji,” suara seseorang dari balik pintu kayu. Liana terkejut, ketika suara itu semakin mendekat. Ia melihat, seorang perempuan berambut Panjang. Mengenakan gaun dan tudung merah. Liana kemudian berdiri, dan menghampiri perempuan itu. “Siapa kamu?” tanya Liana dengan tangan gemetar. “Kamu tidak perlu tau, siapa a
Baca selengkapnya
LELAKI TAK DIKENAL
Suasana café kembali seperti semula. Tidak ada hal yang mencurigakan kali ini. Bahkan, saat ini Liana yang nampak berbeda. Berulang kali Reno memanggilnya, namun tidak ada jawaban sama sekali dari Liana. “Liana,” kata Reno menggoyangkan tangan Liana. “Oh iya, kenapa?” tanya Liana tersadar dari lamunan. “Kamu kenapa?” tanya Reno bingung, melihat sikap aneh Liana. “Aku tidak apa-apa,” jawab Liana kemudian tersenyum. “Oke, aku akan menjawab pertanyaanmu sebelumnya.Soal menjaga dirimu sendiri, bukankah kamu sudah lulus tahap 4 takewondo. Dan soal menyelamatkan dunia, itu bukan sepenuhnya tugasmu Liana. Aku tau, kamu dan kakakmu adalah orang yang jenius. Dulu, kakakmu sudah dimanfaatkan oleh orang yang tidak bertanggungjawab untuk sebuah kejahatan. Tapi, ini tidak sepenuhnya menjadi tanggungjawabmu untuk memperbaiki apa yang
Baca selengkapnya
SEMUA ULAH PANJI
Keadaan begitu sunyi dan senyap. Cahaya mentari, menembus masuk melalui ventilasi kecil. Liana mulai membuka mata, perlahan ia memperhatikan sekitar. Beberapa kali mengeluh karena rasa pusing itu terus mucul. “Dimana aku? Semua terasa begitu asing,” tanya Liana memperhatikaan sekitar. Ruangan ini cukup besar. Ada tempat tidur dan kamar mandi. Hanya saja, mengapa ruangan ini tidak memiliki pintu. Tiba-tiba muncul cahaya biru di dinding. Kemudian beberapa orang dengan pakaian serba hitam keluar dari cahaya itu. “Oh, kamu sudah sadar,” ucap seorang pria. “Siapa kamu?” tanya Liana perlahan mundur. “Perkenalkan aku Jack Marco,” jawabnya, kemudian tersenyum. “Jack, kamu adalah Jack, orang yang dibicarakan kakakku selama ini,” ucap Liana terkejut. “Kakakmu menepati janjinya, untuk menyerahkanmu. Beris
Baca selengkapnya
SENSOR MERAH
“Oh, hai Sal, aku tidak papa,” jawab Liana tersenyum kepada Salma. “Kamu pasti cemas, dengan berita yang akhir-akhir ini ramai di televisi ya,” ucap Salma memberikan botol minum kepada Liana. “Iya Sal, semenjak kejadian di Lombok, semakin banyak kejadian di luar akal manusia yang terjadi,” balas Liana menengguk minuman itu. “Betul, tapi kamu sudah bisa menemukan kakakmu. Kemudian, beberapa ilmuan kota yang hilang juga telah ditemukan,” seru Salma kemudian tersenyum. “Iya aku tau, tapi keadaan sekarang semakin menghawatirkan. Apalagi, kita akan melakukan penyambutan di balai kota besok pagi. Pasti, mereka yang memiliki niat yang tidak baik, akan membuat onar disana,” balas Liana mengela napas. “Benar juga Li, aku harap mereka akan tertangkap oleh petugas keamanan sebelum membuat keributan saat acara. Yang terpenting
Baca selengkapnya
PROTOTIPE
Semua orang berhamburan untuk berlindung dari gedung-gedung tinggi yang kemungkinan akan runtuh. Gempa ini masih terus terasa. Liana masih memeluk Salma yang gemetar dengan erat. Liana mengaktifkan protokol keamanan yang telah ia rancang 2 minggu sebelumnya. “Akhirnya, alatku bekerja,” ucap Liana menghela napas. Tiba-tiba, terlihat beberapa kawanan nyamuk yang terbang diudara. Tentu itu bukan nyamuk sungguhan, itu adalah prototipe dengan desain nyamuk yang diciptakan Liana. Ukuran prototipe nyamuk adalah 5 inch, sehingga semua orang terkejut. Semua orang melihat kawanan nyamuk itu turun ke lahan yang tanahnya retak akibat gempa. Prototipe itu didesain sebagai suntikan yang berisi cairan khusus. Ya, cairan ini adalah cairan ekstrak yang bisa menghentikan kekacauan akibat alat pemusnah itu. Karena Liana yakin, gempa yang terjadi bukanlah gejala alam biasa, namun efek dari pengaktifan alat pemusnah. ***2
Baca selengkapnya
MISI RAHASIA
Gempa dengan kekuatan sebesar itu tidak biasanya tiba-tiba muncul tanpa penringatan dini dari BMKG. Sesampainya di rumah Salma, Liana berpesan jika sesuatu terjadi, ia harus segera menghubungi Liana. Saat perjalanan pulang, Liana melihat beberapa mobil polisi dan tim penyelamat dikerahkan untuk menyisir lokasi terdampak gempa karena mungkin akan ada korban. Sesampainya di rumah, mama dan papa langsung memeluk Liana dan bertanya bagaimana keadaannya. Liana menjawab dengan tenang, sambil memperhatikan Panji. “Kenapa kak Panji tidak menanyakan keadaanku?” Seperti kata kak Sofi, Panji terlihat santai ketika Liana pulang dengan selamat, tanpa ekspresi apapun. Namun, Liana percaya kakaknya tidak akan menjadi orang jahat. “Beristirahatlah,” pinta mama Liana. “Iya, Ma,” jawab Liana berjalan pergi, sembari memperhatikan Panji. Liana masuk ke dalam kamar
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status