All Chapters of Arimbi: Chapter 21 - Chapter 30
41 Chapters
Arimbi 21 - Pilihan yang sulit
Dengan langkah besar Sultan menuju ruangan dokter yang menangani istrinya Arimbi. Sudah seminggu lebih Sultan menunggu, tanda-tanda Arimbi akan bangun masih belum terlihat. Pikirannya sedang buruk, jadi apapun yang membuat Sultan cemas, maka dirinya akan membayangkan sesuatu yang tidak diinginkan. Sosok Arimbi sangat berharga bagi Sultan, bahkan lebih berarti dari nyawanya sekalipun.Suster mengiringi langkah Sultan saat mencapai pintu ruangan yang dituju. "Dok, ada yang ingin berbicara.""Baik, silakan duduk," pinta dokter.Tanpa memberitahu tujuannya lebih dulu dokter itu sudah paham. Arimbi bukan pasien pertama yang lelaki itu tangani. Kemampuannya tidak pernah diragukan, tapi kali ini dia juga tidak mengerti di mana salahnya sehingga pasien enggan membuka mata. Dia sudah melakukan yang terbaik, bahkan menyelidiki kasusnya sampai tuntas."Sampai kapan saya harus menunggu?" Sultan menuding lelaki di depa
Read more
Arimbi 22 - Arimbi asli kembali
Arimbi? Hanna menatap kalung yang masih menggantung di leher putihnya. Perlahan, Hanna meraba benda kecil itu, menggenggam nama seseorang yang telah menjadi saingannya selama ini, dan dia selalu terkalahkan. Sejak menikah tidak pernah sekalipun Hanna menang dari Arimbi. Wanita itu seolah menutup kebahagiaan dirinya. Hanna tidak membenci Arimbi, nasibnya saja yang malang. Menyeka ujung matanya Hanna pun tersenyum, mencoba untuk tidak menangisi hal yang sama. Leo benar, Hanna berhak bahagia dengan cinta yang tepat. Orang itu bukanlah Sultan. Cintanya hanya untuk Arimbi bukan Hanna. Mengingat bunda sudah tiada sehingga tidak ada alasan bagi Sultan menahannya, dan Hanna telah siap. "Cukup sudah aku menanggung sakit." Hanna melepaskan kalung pemberian Sultan, lalu menaruhnya di atas meja. Namanya Hanna bukan Arimbi, jadi dia berhak melepasnya kapan pun. "Nona Arimbi," panggil sebu
Read more
Arimbi 23 - Sultan berubah
Seketika suasana menjadi tegang, di belakang Leo mengikuti langkah Sultan yang menariknya masuk ke dalam. Tidak ketinggalan Hanna juga ikut mengejarnya, disusul oleh Marlina dan Arimbi. Tanpa berkata Sultan menurunkan ranselnya saat Leo sudah duduk di sofa. Dengan cepat lelaki itu mengeluarkan amplop, kemudian menyerahkannya pada Leo yang mulai kebingungan. Hanna jadi penasaran."Apa ini?" Leo menatap amplop putih itu dengan wajah polos."Buka saja, dan lihat isinya." Tantang Sultan, matanya sudah menyala api.Tanpa berpikir panjang Leo pun merobek ujungnya hingga setengah, lalu mengeluarkan beberapa foto dirinya bersama Hanna yang diambil begitu apik. Mulai dari kegiatan Leo dan Hanna di rumah sakit, sampai tiba di rumah semuanya dipotret oleh kamera seseorang dengan sengaja.Hanna menganga, sama kagetnya seperti Leo. Kebersamaan mereka diabadikan lewat gambar. Jika sudah seperti ini Sultan pasti salah pa
Read more
Arimbi 24 - Ratih bersama Leo?
Suara gemuruh hujan di luar berhasil membangunkan tidur seorang lelaki yang tengah risau. Membuka sedikit gorden jendela kamarnya, mata Leo langsung disuguhkan pemandangan menakjubkan. Hujan petir dan kilat menyatu menjadi satu. Entah kenapa pikiran Leo langsung tertuju kepada Hanna. Wanita malang itu selalu ada dalam pikirannya di setiap waktu. Apalagi cuaca alam yang buruk, telah membangkitkan rasa cemasnya dua kali lipat. Apakah sekarang Hanna bisa tidur nyenyak?"Sudahlah, Le. Dari dulu takdir kamu memang sulit mendapatkan seorang wanita." Suara wanita di belakangnya terdengar begitu mengejek."Setidaknya, aku pernah jatuh cinta. Tidak sekarang, pasti suatu saat nanti aku akan mendapatkan wanita itu." Leo berkata penuh keyakinan.Ratih tertawa, rasanya dia seperti bukan berbicara dengan Leo. Sejak mengenal Hanna lelaki itu memang banyak berubah, terutama hatinya. Ketika dulu Ratih menyinggung soal cinta, Leo tampak tid
Read more
Arimbi 25 - Musuh dalam selimut
Mengambil keputusan tinggal dengan Sultan adalah pilihan terakhir yang Hanna tetapkan, selain harus berpisah. Kenyataannya hubungan mereka semakin harmonis, bahkan Sultan tidak pernah marah-marah lagi. Hanna menjalankan tugasnya sebagai istri yang baik, dan Sultan memperlakukannya dengan istimewa. Setiap hari keduanya selalu terlibat bersama, melakukan sesuatu berdua selayaknya pasangan baru menikah.Soal Arimbi yang kembali tidak begitu menjadi masalah. Keseharian wanita itu selalu disibukkan dengan berbagai permainan baru, Marlina menjadi teman setianya sebagai pelengkap. Di samping semua itu tentunya Sultan juga memantau, terkadang mengajak Hanna ikut mengunjungi Arimbi, dan mereka bermain bersama."Selamat pagi, Sayang." Dari belakang Sultan memeluk Hanna, lalu mengecup pipinya dengan mesra.Hanna berjengit kaget, dipukulnya kedua tangan lelaki itu yang berada di perutnya dengan kesal. "Kamu mengangetkanku, Mas. Jangan
Read more
Arimbi 26 - Ratih kembali bekerja
Ting! Tong!Suara bel mengambil alih perhatian Hanna. Melirik Arimbi di sebelahnya, tanpa berkata apapun Hanna bangkit menuju pintu. Jika pagi seperti ini Marlina tidak bisa diganggu, sehingga Hanna yang mengurus Arimbi dan menjaga-jaga jika ada tamu datang. Sementara Sultan sudah berangkat kerja setengah jam yang lalu. Dengan cepat Hanna menarik kenop pintu, memunculkan Ratih yang tersenyum."Halo, Nona. Apa kabar?" Sapanya ramah. Begitu hangat dan sopan.Membalas senyumannya, Hanna pun mempersilakan wanita berseragam perawat itu masuk. "Ratih, apa ibumu sudah sembuh?""Alhamdulillah, sudah, Non. Saya pikir Tuan Sultan masih membutuhkan jasa perawat, sehingga saya lekas kembali.""Apa kamu sudah memberitahu Mas Sultan? Beliau sudah berangkat kerja." Hanna menoleh ke arah Ratih yang berjalan di sebelahnya, karena Sultan tidak meninggalkan pesan apapun.Kedatangan
Read more
Arimbi 27 - Dimabuk asmara
Hanna menghidangkan segelas kopi susu, dan bolu pisang yang tadi dia masak. Mereka sedang duduk di balkon kamar menikmati pemandangan ibu kota yang gemerlap. Cuaca malam sangat indah jika dilihat dari atas, Sultan mengajak Hanna untuk menebus rasa bersalahnya tadi sore. Ketakutan Sultan kehilangan Arimbi telah mencuri seluruh perasaannya, sehingga tidak ada yang tersisa untuk Hanna. Kewajibannya yang memiliki dua istri mengharuskan Sultan mencintai Arimbi dan Hanna, sampai saat ini dia masih terus berusaha.Jatuh cinta lagi adalah tantangan terberat bagi Sultan. Apalagi, Hanna bukan tipenya, tapi bagaimanapun dia harus mencoba. Namun, Arimbi tetap menjadi yang pertama dan terbaik. Hanna tidak lebih dari seorang istri yang akan memberikannya keturunan."Mas ..." Hanna menyentuh punggung tangan Sultan yang terasa dingin.Lelaki itu menoleh, tersadar dari lamunan panjangnya, dan tersenyum hangat. "Iya, Sayang. Maafin aku ya."
Read more
Arimbi 28 - Apakah Hanna berkhianat?
Suasana hati Sultan sedang baik, raut wajahnya yang biasa menegang kini memancarkan aura positif. Lelaki itu tersenyum di sepanjang jalan, banyak karyawan menyapanya dengan ceria. Hari ini Sultan ada pertemuan yang sangat penting, dengan jajaran tinggi sampai pimpinan besar. Undangan seperti ini jarang Sultan dapatkan, menghadirinya akan menjadi suatu hal yang membanggakan.Membuka berkas di atas meja, Sultan berdecak kagum atas proposal yang baru saja diajukan oleh seseorang. Di samping menawarkan kerja sama menjanjikan, angka keuntungan juga cukup fantastis. Tanpa membaca keseluruhan Sultan menandatangani proposalnya, dan langsung menelpon kepala cabang untuk menyetujuinya."Ya, setujui kerja sama itu, aku akan segera mengurusnya setelah pulang dari undangan makan malam." Pesan Sultan tanpa ada penolakan, lantas lelaki itu bangkit seraya membenarkan dasi yang dia kenakan.Telepon di atas meja berdering, Sultan meliriknya
Read more
Arimbi 29 - Dijebak meniduri Ratih
Adzan subuh berkumandang, Sultan bangun dengan kepala yang terasa sangat pusing. Tadi malam sepertinya Sultan salah memilih minuman. Dia tidak pulang semalam, tubuhnya jatuh saat hendak masuk ke mobil, itu yang Sultan ingat terakhir kali. Menyingkirkan selimut, spontan Sultan berjengit ketika melihat tubuh telanjangnya. Apa-apaan ini? Pikiran Sultan mulai kemana-mana, yang jelas dia tidak mengingat apapun setelah pingsan.Wajah Arimbi dan Hanna otomatis muncul di matanya, seakan-akan Sultan sedang berhadapan langsung dengan kedua istrinya yang tampak begitu sedih. Ini sebuah pengkhianatan, dan Sultan merasa sangat bersalah."Hai, selamat pagi." Seorang wanita keluar dari toilet dengan handuk kecil yang digunakannya untuk mengeringkan rambut.Sultan melotot, bahkan bola matanya nyaris keluar. Saking kagetnya begitu mengetahui dia telah bercinta dengan siapa. "Ratih? Kamu menjebakku?!"Sontak wanita itu tert
Read more
Arimbi 30 - Kembali ke desa
Berulang kali Leo mengecek sinyal di ponselnya, yang sama sekali tidak berubah. Berada di desa ternyata sangat menyulitkan seseorang untuk berhubungan lewat telepon. Selama dua hari Leo hidup tanpa menelepon atau menerima panggilan dari rekan kerjanya, termasuk Sultan dan Ratih. Leo yakin sekali jika kedua orang itu kewalahan mencarinya, karena dia pun juga tidak memberitahu Marlina atas kepergiannya. Hanna tidak ingin melihat wanita yang sudah dianggap ibunya sendiri menangis."Paman, sepertinya siang nanti saya akan balik ke kota." Leo berkata pada Hasan saat lelaki paruh baya itu baru datang dari arah dapur."Loh, Nak. Kenapa buru-buru? Padahal sore ini Paman ada niat ingin potong kambing." Beritahu Hasan, berharap sekali Leo mengundur kepulangannya."Ada banyak pekerjaan yang harus saya tangani, Paman. Jadi tidak bisa lama."Hasan tampak kecewa, tetapi dia juga tidak ingin memaksa. Wajahnya yang mulai
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status