Semua Bab Arimbi: Bab 11 - Bab 20
41 Bab
Arimbi 11 - Cinta tulus Hanna
Pagi-pagi sekali Hanna bangun, mengurus dirinya lebih dulu sebelum mengunjungi kamar bunda, dan kamar Arimbi. Sekarang tugasnya bertambah, jadi Hanna harus pandai membagi waktu. Seusainya membereskan kamar yang menjadi pekerjaan rutinnya, Hanna langsung beranjak menuju kamar bunda untuk memastikannya sudah bangun."Selamat pagi, Bunda," sapanya penuh kehangatan.Ningsih tersenyum lebar. Kedua matanya berputar seolah mencari sumber suara Hanna. Dengan kasih Hanna mendekati sang bunda, lalu membantunya bersandar pada dipan."Bagaimana keadaan Bunda hari ini?" tanya Hanna sembari mengusap rambut bunda yang sedikit berantakan."Bunda selalu bahagia semenjak ada kamu, Nak. Rasanya Bunda sangat beruntung memiliki menantu yang baiknya luar biasa seperti kamu.""Alhamdulillah, Arimbi senang mendengarnya." Hanna memeluk singkat wanita di depannya, dan tersenyum bahagia.Sambil mendengark
Baca selengkapnya
Arimbi 12 - Cinta yang salah
Seluruh perkataan Leo, Hanna simak dengan baik. Kepeduliannya tampak begitu nyata. Hanna tidak tahu mengapa Leo sangat peduli? Sikapnya yang bijaksana dan lembut dengan mudah meluluhkan hati keras Hanna.Menutup mata sejenak Hanna mulai gelisah dengan hidupnya. Akal dan perasaan Hanna tidak sejalan. Sejak awal membongkar makar Sultan, Leo terus meminta Hanna agar segera meninggalkan Kota. Namun, hatinya memilih tinggal. Bertahan di dalam ketidakadilan. Selain mencintai sang suami Hanna juga menyayangi bunda, beserta mengasihi Arimbi yang sakit.Mereka semua membutuhkan Hanna."Hanna, aku bisa melihat kamu wanita yang baik. Kamu juga berhak bahagia, di sini bukan tempatmu.""Tapi, aku hanya mempunyai suamiku." Hanna berkata getir."Suami hanya status, aku sungguh miris saat mengetahui wanita yang dijadikannya istri kedua adalah kamu.""Leo, aku tidak ada pilihan selain bertahan.
Baca selengkapnya
Arimbi 13 - Suami kejam
Setelah kepergian sang bunda untuk selamanya, Sultan semakin tidak bisa mengontrol emosinya dan bertambah parah. Apapun yang membuat Sultan marah, maka lelaki itu akan menjadi seseorang yang sangat tega. Bahkan, dia tidak sungkan menghabisi nyawa orang lain. Sudah berulang kali Sultan mendapat masalah karena membuat banyak rekannya mengalami sekarat.Sikapnya terhadap Hanna? Tentu saja semakin menjadi. Apa yang Hanna lakukan pasti selalu salah di matanya. Namun, pengecualian kepada Arimbi, dia tetap menjadi Sultan yang baik hati dan penyayang. Mereka jadi lebih sering bersama, sembari menunggu kabar baik dari Leo. Hanna sungguh mengerti dengan perasaan suaminya itu, jika hanya Arimbi satu-satunya kebahagiaan Sultan selama di dunia."Mas, apa kamu perlu bantuanku?" tanya Hanna, menatap Sultan dan Arimbi secara bergantian."Tidak." Sultan menjawab acuh.Bahkan, menoleh saja tidak. Hanna menghela napasnya, tapi t
Baca selengkapnya
Arimbi 14 - Keberangkatan Sultan dan Arimbi
Tidak tinggal diam Hanna juga ikut andil dan membantu Sutan mengemas barang. Meski tidak membawa banyak barang, ternyata juga membutuhkan dua ransel besar. Hanna memasukkan beberapa pakaian sehari-hari Arimbi, beserta alat yang memang sering dibutuhkan seorang wanita. Semua Hanna lakukan dengan ikhlas, hanya mengharap ridho Allah dan sang suami.Hatinya memang sakit, tapi akalnya masih sehat. Hanna tidak mungkin membenci atau membalas kejahatan seseorang padanya, apalagi orang itu adalah suaminya sendiri. Cepat atau lambat Hanna percaya kesabarannya akan berbuah manis. Suatu saat nanti."Arimbi, apa kamu melihat pakaian dalamku?" Sultan bertanya kepada Hanna yang tengah menata barang bawaan mereka."Sepertinya tidak, sebentar Mas, akan aku lihat di jemuran belakang." Hanna pun meninggalkan kerjaannya.Hanna berlari kecil agar cepat sampai, dan memberikan barang yang dicari Sultan. Tanpa berkata apapun Sultan m
Baca selengkapnya
Arimbi 15 - Hanna hamil
Tinggal berdua dengan Marlina ternyata tidak menutup rasa kesepian Hanna. Berulang kali Hanna melihat kalender yang terpajang, menandainya, dan berharap hari berganti dengan cepat. Kehadiran Sultan selama ini mengambil tempat khusus di hati Hanna. Maka, ketika suaminya itu pergi Hanna begitu merindukan sosoknya. Tiga bulan bukan waktu yang sebentar, dan menunggunya membuat Hanna resah sepanjang waktu."Nona, makanlah sedikit. Hampir seharian ini kamu tidak makan." Tidak menyerah Marlina terus membujuk Hanna. Menyuruhnya makan walau sesendok.Sesungguhnya, Marlina kasihan pada Hanna. Sultan selalu menyakitinya berulang kali, bahkan mengklaim jika dirinya tidak akan pernah mencintai wanita lain. Akan tetapi Hanna begitu kekeuh dengan perasaannya, sehingga menggantung harapan setinggi langit."Bu, apa Mas Sultan belum memberi kabar? Sudah seminggu dia pergi." Tatapan Hanna begitu sendu, terlalu lama memendam rasa rindu.
Baca selengkapnya
Arimbi 16 - Tentang Arimbi
Satu bulan sudah berlalu semenjak dokter menyatakan Hanna hamil. Nomor ponsel Sultan masih belum bisa dihubungi. Tidak ada kabar darinya, membuat Hanna semakin cemas. Untung saja Marlina selalu mengingatkan akan kehamilannya. Kendati demikian rasa takut itu tidak bisa hilang seutuhnya, nasihat Marlina hanya mengurangi rasa gelisah bukan mendamaikan hati.Sama seperti Hanna, Marlina sebenarnya juga merasa cemas, mereka tidak mendapat informasi apapun. Ruang keduanya untuk mencari berita sangat terbatas. Setiap hari Marlina selalu berusaha menelepon, bahkan tembus sampai ratusan kali. Namun, hasilnya tetap nihil. Tidak ada yang bisa Marlina perbuat selain menyemangati, dan menghibur Hanna."Ini susunya, Non." Marlina menaruh segelas susu tepat di depan Hanna.Mengangguk sekali, Hanna menatap Marlina dengan gusar. "Bagaimana, Bu, apa teleponnya masih belum aktif?""Belum, Non. Baru saja tadi saya hubungi, sep
Baca selengkapnya
Arimbi 17 - Paman Hasan datang
Ketika Marlina membuka pintu Hanna enggan melihat ke depan, rasa takutnya kian menjadi. Sampai akhirnya Hanna tersentak saat Marlina memegang pundaknya. Membuat arah pandang Hanna bertemu dengan seorang lelaki tua yang mengenakan baju koko biru.Wajah Hanna langsung berubah cerah. Tanpa basa basi Hanna berlari menghampiri lelaki tua itu, dan memeluknya erat. Menyampaikan rasa rindu yang tidak terhingga, serta meminta perlindungan padanya. Hanna benar-benar membutuhkan orang yang selalu siap melindungi."Eeeh, Nona." Marlina terpekik. Dia kaget sekaligus panik, dan berusaha menarik tubuh Hanna."Ibu, ini Pamanku dari desa." Hanna meminta pengertian Marlina, yang tatapannya seolah tidak menyukai.Sekali lagi Marlina menatap lelaki tua yang memegang ransel besar, lantas dia menarik tangan Hanna membuat jarak dengannya. Sebab Marlina perlu berbicara. Kedatangan lelaki itu pasti akan menjadi masalah untuk Hanna
Baca selengkapnya
Arimbi 18 - Sultan Murka
Sultan menatap nanar wajah Arimbi yang tenang. Kedua matanya masih tertutup, mengeluarkan deru napas yang teratur. Untuk ke sekian kalinya Sultan menghela napas. Rasanya sudah lama sekali dia menunggu. Ternyata menyembuhkan orang sakit itu berat. Arimbi tidak kunjung siuman setelah menjalankan operasi. Cemas? Tentu saja. Berulang kali Sultan menangis untuk Arimbi, bahkan dia sampai tidak selera makan.Perlahan, Sultan mengecup kening Arimbi yang terasa dingin. Memberi kekuatan padanya agar tetap bertahan. Menyeka ujung matanya, Sultan pun beranjak meninggalkan Arimbi dengan perasaan kecewa. Di luar Leo telah menunggu. Jadi, Sultan harus segera menemuinya untuk mendapatkan informasi penting tentang rumah."Ada apa?" tanyanya terkesan dingin.Sebagai sahabat Leo sangat mengerti dengan perasaan Sultan. Dia cukup memakluminya, dan berkata tegas. "Aku mendapat email dari Pak Kades, mengenai istri keduamu.""Apa
Baca selengkapnya
Arimbi 19 - Cinta Hanna luar biasa
Di ruang tunggu Sultan memainkan jari jemarinya dengan gusar. Sudah setengah jam berlalu, dokter tidak kunjung keluar. Perasaan Sultan jadi tidak keruan. Pikirannya sekarang bercabang, tidak hanya memikirkan Arimbi, tapi juga mencemaskan Hanna yang sedang kritis. Sultan sadar telah melakukan kesalahan yang sangat fatal, terhadap istri dan calon anaknya.Melirik jam tangannya, Sultan bangkit ke sudut ruangan. Mengambil ponsel, Sultan tidak ada pilihan selain menghubungi Leo. Memberitahu apa yang terjadi, dan meminta bantuan. Jika sudah seperti ini otak Sultan jadi bekerja lambat, hanya Leo satu-satunya teman yang dapat dipercaya."Aku butuh bantuanmu," ujar Sultan begitu mendengar suara 'halo' Leo."Ya, sekarang. Akan aku jelaskan padamu di sini." Memutar bola matanya, sesekali Sultan mengecek pintu ruangan Hanna.Berharap dokter yang menanganinya memunculkan batang hidung.Berdecih jengkel
Baca selengkapnya
Arimbi 20 - Kepedulian Leo
"Mas ..." panggilnya pada lelaki yang berdiri menghadap jendela. Mengusap matanya beberapa kali, Hanna pun bangkit, menyandarkan badannya pada tumpukan bantal. Saat orang yang dipanggil berbalik, Hanna sungguh terkejut. Ternyata bukan Sultan yang menemaninya, tapi Leo. Dengan tidak mengerti Hanna menatap Leo, membiarkannya membuat teh hangat tanpa suara. "Bagaimana keadaanmu, Hanna?" tanyanya seraya mendekati Hanna. Sekali lagi Hanna kaget mendengar namanya dilafalkan dengan jelas oleh Leo. Semakin sulit memahami situasi ketika Leo menyentuh keningnya yang berkeringat. Hanna menahan napasnya untuk seperkian detik, mencoba bersikap tenang, dan tidak membuat tindakan sebelum jelas. "Syukurlah, suhu tubuhmu sudah mendingan. Apa ada yang masih sakit?" Leo bertanya lagi, senyumnya selalu terbentuk sempurna. Ya Allah! Jantung Hanna berdetak sangat kencang. Dia merasa jika Leo begitu memerha
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status