Semua Bab Mak comblang with the boss: Bab 21 - Bab 30
67 Bab
21. Challenge
Mobil Aldy berhenti di warung ceker pedas milik bu Asna, tempat favorit kami ketika ingin makan ceker pedas. tak hanya ceker saja, bu Asna juga menjual makanan lainnya seperti mie sop, bakso, dan lain-lain.Syukurlah hujannya mulai reda ketika kami sampai, aku dan Aldy jalan bersisian memasuki warung bu Asna.Ketika kami masuk, tak banyak para pengunjung yang datang. Mungkin karena bukan malam minggu kali ya. Aku dan Aldy memilih duduk di bangku pojokan, tempat yang memang kami sukai ketika datang kemari. Bu Asna yang melihat kedatangan kami pun menghampiri kami. "Reva, Aldy, apa kabar?" tanya bu Asna memeluk tubuhku. Uhm, pelukannya seperti biasa. Pelukan seperti seorang ibu yang tengah memeluk anaknya, itu yang aku rasakan tiap kali bu Asna memelukku."Kami baik bu, ibu apa kabar?" jawabku sekaligus bertanya balik mengenai kabarnya."Ibu juga baik sayang," bu Asna tersenyum. Kemudian beliau beralih memeluk tubuh Al
Baca selengkapnya
22. Kegelisahan
"Aku menyerah!" teriak Aldy meraih gelas es teh manisnya kemudian meminum menenggaknya hingga tandas."Yeaayy! Yuhuuu!" euforia ku tak terelakkan lagi. Aku sangat senang, sangat bahagia karena berhasil mengalahkan si songong Aldy yang akhirnya menyerah sendiri."Jangan senang dulu, aku menyerah karena aku mengalah padamu agar kau senang." ucapnya yang masih saja songong."Dih, alasan yang keren." sahutku kesal mendengarnya. Aku yang kepedasan pun juga meraih gelas es teh manisku, menenggaknya cepat namun tak sampai tandas. Bersyukur sedikit mengurangi rasa pedas di dalam mulutku, rasanya bibirku menebal membengkak merah efek pedas."Hadiahnya mana?" tuntutku meminta hadiah atas kemenangan yang ku raih lewat tantangan malam ini."Hadiah?" ulang Aldy mengernyit. "Siapa yang mengatakan jika ada hadiah untuk pemenang?""Aissh! Astaga Aldy! Kau sengaja mempermainkan diriku ya." dengkusku memasang wajah cemberut."
Baca selengkapnya
23. Kegelisahan (2)
Aku ingin mengumpati Reva saat ini juga ketika wanita itu mengatakan ingin pamit undur dari hadapan kami berdua. Ku lirik wanita yang bernama Niken itu tampak tersenyum senang karena kini tinggallah kami berdua.Aku ingin berlari mengejar kepergian Reva, ingin ku cegah Mak comblang itu dan kembali menyeretnya lagi untuk duduk di kursi yang kami tempati.Tapi, suara Niken menghalangi langkahku yang ingin mengejar Reva."Kamu ingin kemana?" tanya Niken menatapku yang sudah berdiri dengan penuh tanda tanya.Aku melongos mendengar pertanyaan Niken, ingin menjawabnya jika aku hendak mengejar Reva. Aku menoleh ke arah pintu cafe dimana Reva sudah tak terlihat. Shitttt! Aku melangkahkan kakiku berjalan menyusul Reva, ku hiraukan teriakan Niken yang memanggil-manggil namaku. Tak mempedulikan tatapan mata para pengunjung lainnya.Saat sudah sampai di depan pintu cafe, mataku mendapati Reva yang tengah bersama seorang pria. Aku ingin mendekati m
Baca selengkapnya
24. Cemburu & pengakuan palsu
Hari ini Reva tidak ada jadwal klien baru untuknya, sehingga Reva memilih ikut untuk menemani Aldy yang sedang berjanji temu dengan klien wanitanya.Lagi-lagi tempat janji temu dilakukan di cafe, namun bukan cafe yang biasanya mereka datangi. Cukup lama mereka menunggu tapi klien Aldy belum datang, membuat Reva lama-lama jadi jenuh juga."Apakah masih lama?" tanya Reva bosan seraya mengaduk-aduk minuman yang di pesannya."Dia bilang sebentar lagi datang." beritahu Aldy melirik arlojinya yang melingkari lengan kirinya."Kenapa? Kau bosan menunggu?" Reva mengangguk. "Kalau tau gitu lebih baik aku tidak ikut kamu Al."Aldy terkekeh mendengarnya. "Kan, aku tidak ada mengajak ataupun memaksamu untuk ikut denganku." "Nah itu, aku juga menyesalinya, kenapa bisa aku menawarkan diri untuk ikut denganmu. Huffftt!" Reva menghembuskan nafas kesalnya."Ya sudah, kalau begitu kamu pulang saja sekarang. Takutnya kamu akan tambah b
Baca selengkapnya
25. Double date
Reva menelan air liurnya kasar ketika mengatakan kebohongan demi kebohongan yang keluar begitu lancar dan mulus dari mulutnya. Aldy sendiri masih syok dengan apa yang di ucapkan sahabatnya ini, tapi sebisa mungkin ia menyamarkan ekspresi kaget dan gugupnya itu.Mengalihkan kegugupannya Aldy meraih sebelah tapak tangan Reva yang ada di meja. Menggenggamnya lembut memberi ketenangan untuk Reva efek syok."Ya, itu benar, kami berpacaran." ucap Aldy menatap ke arah Reva dengan senyuman manis yang mengembang di wajahnya.Reva tersenyum kaku membalas senyuman Aldy, ia mengucap syukur karena akhirnya Aldy mengerti kode darinya. Hal itu semakin memperkuat sandiwara mereka, Aldy ikut turut andil dalam permainan rencana Reva."Waah, selamat!" kata Niken nyaris berteriak saking senangnya. "Sudah berapa lama?" tanya Artan dengan raut wajah yang sangat mengerikan.Reva dan Aldy saling tatap, kedua mata mereka seakan memberi kode bertanya-tanya atas
Baca selengkapnya
26. Double date (2)
Aku sangat bersyukur karena Aldy membantu diriku yang hampir terjatuh akibat kedua lututku yang terasa lemas karena syok mendengar ucapan Artan. Bagaimana tidak syok? Pria itu dengan entengnya mengajak double date pada kami, OMG!Niat hati ingin bersandiwara agar hari ini cepat selesai tapi kenapa malah berakhir panjang seperti ini. Belum lagi sempat aku berpikir jernih, tiba-tiba Aldy menjawab menyetujui ajakan double date dari Artan.Ya Tuhan! Rasanya aku mulai gila sekarang! Apa-apaan kau Aldy?! Ingin ku berteriak di depan Aldy sekarang juga, memaki serta memukulinya brutal. Tapi aku masih waras untuk tidak melakukan itu saat ini di depan dua manusia ini.Ciihh, kenapa aku jadi sewot begini, kedua telingaku rasanya panas mendengar kencan mereka sukses. Padahal sebelumnya aku mendoakannya dan terkabul, seharusnya aku senang bukan? Tapi, kenapa aku merasa tak terima dan disini terasa sesak dan sakit sekali. Aku menyentuh dadaku, merasakan denyutan
Baca selengkapnya
27. Bioskop
Aku menunggu dengan antusias film yang sebentar lagi akan di putar, ku lirik sekilas Reva yang tengah tertidur dengan kepala menempel lekat di bahu pria itu yang katanya adalah kekasihnya.Aku mencibirkan bibirku kesal, entah kenapa aku tak terima mendengar pengakuan mereka. Firasatku mengatakan jika itu suatu kebohongan, tapi aku tidak bisa langsung memastikannya. Bisa saja perasaanku ini hanya firasat belaka.Tersentak kaget aku saat merasakan sebuah kepala bersandar di bahuku. Ku lirik ke kiri dan aku menemukan Niken yang tengah bersandar di bahuku. Hmm, apakah ia tertidur? Aku menggerakkan tanganku berniat memindahkan kepalanya, tapi niat itu tak jadi ku lakukan ketika suara Niken berseru melarangnya.Huffftt, ternyata wanita ini tidak tidur. batinku menghembuskan nafas kesal."Maaf, aku kira kamu tidur." bisikku di telinganya.Ia mengangkat kepalanya dan menatap ke arahku, "jadi, jika aku tertidur, apakah kamu marah kalau aku meny
Baca selengkapnya
28. Badmood
Selesai menonton, kedua pasangan itu pulang ke rumah masing-masing. Artan mengantarkan Niken, dan Aldy mengantarkan Reva. Kini mereka sudah sama-sama masuk ke dalam mobil masing-masing. Masih jelas terbayang di benak Artan dan Reva mengingat kejadian di dalam bioskop tadi. Dimana Artan yang menenangkan Niken dengan penuh rasa perhatian dan ke-khawatiran, dan dimana Aldy yang juga melakukan hal sama pada Reva.Artan dan Reva sama-sama menghembuskan nafas kasarnya di tempat yang berbeda. Artan yang fokus menyetir menatap jalanan depan, dan Reva yang fokus menatap ke arah luar dari jendela kaca mobil.Keheningan terjadi antara dua pasangan itu, mereka sama-sama larut dalam pemikiran masing-masing. Aldy yang mengerti situasi suasana mood Reva pun lebih memilih diam. Jauh dari dalam benak Aldy sangat menyakini jika Reva jatuh cinta pada pria yang bernama Artan itu. Hal yang sama pun Aldy dapati dari ekspresi dan bahasa tubuh Artan yang tampak kesal
Baca selengkapnya
29. Pulang kampung
Reva mengabaikan banyaknya panggilan tak terjawab yang masuk di ponselnya. Mengabaikan juga banyaknya pesan masuk, sedikit mengernyit heran ketika melihat sebuah nomor tak dikenal yang menghubungi nomor ponselnya. Dan juga pesan masuk dari nomor baru tak di kenal itu. Isi pesan dari orang tersebut menanyakan dimana keberadaan Reva.Reva mengendikkan bahunya tanda tak peduli dan melanjutkan membereskan segala pakaiannya, memasukkan beberapa segala keperluannya ke dalam tas ransel miliknya. Rencana ia akan pulang kampung selama seminggu, untuk saat ini ia akan beres-beres dulu baru besok minta izin sekaligus berpamitan pada teman-temannya."Selesai!" ujar Reva terlihat senang.Reva menoleh ke segala arah sudut rumahnya. Apalagi yang harus ia lakukan? Nah, sebaiknya ia beres-beres membersihkan rumahnya sampai bersih dan kinclong. Lalu setelah ia kembali pulang dari kampung nanti tak repot-repot untuk membersihkannya lagi. Iya, ide bagus!&n
Baca selengkapnya
30. Pulang kampung (2)
Setelah menempuh perjalanan yang cukup memakan waktu kurang lebih enam jam, akhirnya Reva sampai di kampung halamannya. Saat menginjakkan kakinya di tanah kelahirannya sendiri, tak sedikit para warga penduduk kampung yang menyambut kepulangannya, Reva jadi risih sendiri mendapati hal itu. Ia terlihat bak seperti aktris yang di sambut heboh oleh para penggemarnya.Reva menyalami para ibu-ibu dan bapak-bapak yang menyambutnya, memeluk dan saling menyapa bertanya kabar. Satu lagi sosok dari Reva yang ternyata sangat ramah, hal itu yang membuat para warga senang dan suka dengan kepribadiannya yang hangat dan berkeluarga.Reva di antarkan warga kampung menuju rumahnya, sambil berjalan Reva banyak bercerita dengan para warga kampung yang banyak bertanya mengenai bagaimana hidup Reva selama di kota? Apakah enak dan nyaman untuknya? Dan masih banyak lagi, Reva tersenyum dan menjawab seadanya saja.Kini Reva sudah sampai di halaman rumahnya, rumahnya yang tampak sepi saa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status