All Chapters of (Not) A Queen: Chapter 21 - Chapter 30
128 Chapters
Chapter 21 Kekesalan Naratama
 Di dalam toilet Alecta berpikir keras bagaimana caranya membungkam Nenek Neena. Dia merasa harus membenci dirinya yang terlalu ramah. Tanpa angin ataupun petir, rasa nyeri menyerang perut Alecta.Ini bukan masuk bagian aktingnya, rasa nyeri ini benar-benar seperti jarum yang menusuk perut Alecta. Dia limbung dan jatuh terduduk di lantai. Beberapa kali Alecta harus mengambil napas dan mengembuskannya demi menahan rasa nyeri ini.Tiba-tiba pintu toilet diketuk. “Nyonya, suamimu sudah datang. Dia bersama Pak Priam.”‘Apa? Priam juga datang? Aku tidak salah dengan, kan?’Alecta bangkit dan menyalakan keran. “Sebentar lagi saya keluar,” ucapnya.Alecta masih mencoba menoleransi rasa sakit yang dirasakanya, selain itu masih ada masalah lainnya, Naratama dan kesaksian Nenek Neena.“Sial! Kenapa semuanya seakan berantakan.” Alecta tak yakin rencana ini bisa sukses.Ketukan
Read more
Chapter 22 Kartu As dari Wanita Rendahan
 “Naratama!” Perempuan itu berteriak.Alecta bisa mendengar samar-samar pertengkaran dari balik pintu. “Sepertinya mereka sudah meninggalkanku sendirian di kamar ini.” Dia membuka matanya sempurna.“Jelaskan padaku, siapa perempuan itu?”“Dia orang yang disewa rahim oleh Nyonya dan Tuan.”“Apa? Surogasi? Nyonya dan Tuan melakukan surogasi? Jawab aku Naratama!”Rasa nyeri yang tadi menyerang Alecta perlahan mulai menghilang. Dia baru ingat pesan dokter, jika sesudah melakukan prosedur itu, biasanya akan ada rasa nyeri yang muncul di bagian tertentu dan terkadang tidak berlangsung lama.Alecta bisa menolerir rasa nyeri itu saat ini.Perlahan Alecta mendekat ke pintu. Dia membuka sedikit untuk mendengar percakapan antara Naratama dan perempuan bernama Lusi itu. Tak lupa, dia juga merekam percakapan mereka dengan mode video.“Namanya Alecta Zeline. Dia menjadi w
Read more
Chapter 23 Hasil yang Tidak Sesuai
 Saat ini Alecta menjadi pendengar yang baik. Perempuan di sampingnya memiliki nama lengkap Lusiana, dan ternyata umurnya jauh lebih muda dua tahun dari Alecta. Tiga tahun Lusi bekerja di rumah besar, dan dua tahun hingga saat ini dia menjaga vila ini. Merawat tempat ini sendirian.Entah magnet apa yang terkandung di rumah besar itu, semua pelayan merasakan kemakmuran dan emosi dari majikannya. Semua bekerja sesuai jadwal. Ada lebih dari dua puluh pelayan di rumah besar itu. Jumlah itu belum termasuk jajaran keamanan dan juru masak.Setiap pelayan di sini memiliki tugasnya masing-masing yang diawasi langsung oleh kepala pelayan. Namanya, Feris Pradana. Saat Lusi menyebutkan nama itu, senyumannya mengembang tanda kekaguman yang indah. Kepala pelayan itu juga mengawasi semua sistem yang berada di rumah ini. Tak hanya itu, sistem bekerja di rumah ini terbilang cukup bersahabat. Semua pelayan mendapat satu hari libur setelah bekerja selama enam hari. Tentu saj
Read more
Chapter 24 Yang Disembunyikan
 Feris menguap, matanya masih terasa mengantuk akibat hanya tidur tiga jam. Dia terbangun karena ponselnya berdering. Dan sepagi ini Lusiana, pelayan yang ditugaskan untuk menjaga vila pribadi milik Priam.Sebenarnya vila itu memiliki kenangan tersendiri bagi Feris. Di Vila itu, seorang gadis kecil hampir saja meregang nyawa, dan Semesta masih bisa menyelamatkannya.Sekelebat kenangan tentang gadis kecil tergeletak di lantai dan berlumuran darah, terlintas di pikiran Feris. Seketika kepalanya menjadi teramat sakit seperti puluhan jarum ditusukkan secara bersama-sama.Samar-samar terdengar suara kegaduhan di luar kamarnya. “Aku harus segera turun.” Dia teringat pada perkataan Lusi, jika sepulang dari vila, emosi Naratama sudah tidak stabil.“Kenapa akhir-akhir ini, dia selalu membuat masalah.”Feris mengambil kacamatanya, dan langsung keluar dari kamar menuju sumber kegaduhan yang tercipta sepagi ini.Di d
Read more
Chapter 25 Sisi Lain Priam
 “Nanti aku akan datang ke apartemen kelas I untuk memastikan dia.” Freya berbicara agak keras. Dia masuk ke kamar menyusul suaminya.“Bisa pelankan suaramu?” Priam memelototi istrinya yang terlalu heboh sepagi ini.“Santai saja. Ini masih terlalu pagi, pastinya tidak ada orang.” Freya menghempaskan tubuhnya ke ranjang. “Hari ini aku libur, jadi aku akan ke apartemen Alecta.”Priam duduk di kursi, ia tampak kelelahan karena semalam tidak tidur. Ditambah ia harus mengurusi dua penjaga apartemen. “Alecta sudah aku pindahkan.”Seketika Freya terbangun, lalu memandang Priam. “Apa? Kenapa tidak bertanya kepadaku dulu!”Priam masih memejamkan mata, seakan malas menatap lawan bicaranya. “Harusnya aku yang bertanya kepadamu, Frey. Ke mana saja kamu semalam? Pastinya, Naratama sudah menghubungimu, dan memberitahumu.”Freya terdiam, mengingat apa yang terj
Read more
Chapter 26 Sang Pencipta Mimpi Buruk
  Freya sudah bersiap akan keluar. Dia sudah tidur sebentar, dan merasa kali ini tubuhnya sangat lelah. “Aku akan pergi ke salon kecantikan.” Freya mengambil ponselnya dan menelepon Naratama untuk menyiapkan kendaraannya. Namun sudah empat panggilan, Naratama tak kunjung menjawabnya atau meneleponnya balik. “Aneh sekali,” guman Freya. Seingatnya, mobil yang biasa digunakan sudah terparkir di garasi. “Apakah dia belum bangun?” Freya langsung keluar dari kamar, lalu menuruti tangga. Di sana dia sudah di sambut oleh Feris. “Selamat pagi, Nyonya,” salamnya sambil membungkuk, disertai tangan kanan yang disilangkan ke dada kiri. Freya hanya tersenyum untuk membalasnya. Dia berlalu melewati Feris, hendak menuju kamar Naratama yang letaknya cukup jauh dari rumah utama. “Apakah Nyonya ingin ke tempat Naratama?” tanya Feris sebelum Freya melangkah keluar dari rumah ini. “Iya, aku sedang membutuhkan dia untuk menganta
Read more
Chapter 27 Selamat Malam Tuan Priam
  Malam ini Alecta mulai menyiapkan diri untuk menyambut kedatangan Priam. Entahlah apa yang dipikirkan oleh pria itu, yang jelas Alecta ingin semuanya berjalan sesuai keinginannya. Dulu, Alecta berpikir rencananya telah gagal, karena usahanya untuk memasuki rumah besar itu tidak berhasil. Tapi, ada yang lebih menarik dibanding masuk ke rumah itu. Target yang diincar oleh Alecta lebih memilih datang sendiri di vila ini. Tidak buruk, malahan lebih mempermudah melancarkan balas dendam. “Aku merasa seperti istri simpanan saja.” Alecta terkekeh dengan pikirannya itu. Dia telah menanggalkan semua pakaiannya, dan hanya melilitkan handuk di badannya. Di kamar mandi yang luas, sebuah bathtub sudah terisi air hangat. Di meja, sudah tersedia produk-produk toiletries premium. Semua itu untuk Alecta. Alecta tersenyum seraya mengambil bath bomb berwarna ungu lembayung yang ukuranya lebih besar dari kepalan tangannya sendiri di mangkuk bening
Read more
Chapter 28 Hasil Tes
 Setelah 14 hari, Alecta akan menjalani proses pengecekan. Apakah dia dinyatakan hamil atau tidak, namun sejauh ini, tubuhnya tidak menunjukkan adanya penolakan. Dia mash mengkonsumsi obat progesteron sesuai anjuran dokter.Hari ini, Naratama datang bersama Freya ke vila ini. Alecta tetap tutup mulut atas kemarahan Naratama, dan juga menyembunyika fakta kalau Priam masih mengunjungi vila ini di malam-malam tertentu.Setelah penolakan hadiah itu, Priam tetap datang, seakan tidak terjadi apa-apa. Hal itu membuat Alecta merasa jika pria itu memang sudah dapat dikendalikan. Sejujurnya dia sedikit ngeri, jika Freya mengetahui perbuatan suaminya. Sebab, perempuan seperti Freya ini selalu membalas lebih jahat dan lebih sakit daripada yang diterimanya.Namun Alecta masih belum menyelesaikan puzzle lingkaran hidup Freya. Tentang seseorang yang selalu disebutnya, My Honey. Apakah panggilan itu untuk Priam, atau orang lain.Bahkan dalam perjala
Read more
Chapter 29 Rasa Kecewa
 Dokter itu bilang, hasil tesnya bisa diketahui hari ini juga. Alecta dan Freya sudah berharap-harap cemas. Untuk menghabiskan waktu, dokter itu mengajak mereka berbincang tentang keluhan yang terjadi. Hingga petugas laboratorium masuk ke ruangan itu sambil membawa sebuah amplop putih dengan logo rumah sakit tertempel jelas dengan tinta warna hijau pekat.“Terima kasih,” ucap dokter itu, setelah amplop putih itu dari petugas laboratorium.Rasa cemas beserta harapan menyergap tubuh Alecta dam Freya. Semakin cepat dokter itu membuka amplopnya, makin cepat pula hasil yang akan diumumkan. Tangan Freya semakin berkeringat, ia masih menggenggam tangan Alecta.Dokter itu membaca dua lembar kertas hasil tesnya dengan saksama, sambil sesekali melihat Freya dan Alecta. Wajahnya tidak dapat diprediksi, apakah tes itu menyatakan jika Alecta hamil atau tidak. Hal ini membuat kecemasan Freya bertambah berkali-kali lipat.“Maaf, sepertinya
Read more
Chapter 30 Rahasia Ruang Bawah
 Alecta tersandung, dan tangannya tidak sengaja menekan saklar lampu, yang seketika membuat ruangaan yang akan pengap ini menjadi terang. “Ternyata lampunya ada di sini.” Dia mematikan cahaya dari ponselnya.Alecta menemukan ada tiga buah lemari kaca, dan satu sofa yang ditutupi oleh kain putih. Semua dalam kondisi berdebu, dia beberapa kali terbatuk. Matanya menangkap sesuatu yang amat mencolok dibanding semua barang yang ada di sini. Sebuah gaun putih yang disimpan di dalam lemari kaca. Cara menyimpannya pun terbilang tidak biasa, karena gaun itu diposisikan berdiri, seperti pakaian yang dipajang di etalase sebuah toko atau butik.Alecta mencoba mendekati gaun itu. Terlihat gaun itu sebenarnya indah, meskipun debu dan bahkan beberapa sarang laba-laba memenuhinya. Setelah mendekat, Alecta menemukan sebuah tulisan yang letaknya tak jauh dari gaun itu.Dia yang seperti bidadari untukku. Dialah Camelia.” Alecta membaca tulisan itu. D
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status