All Chapters of Si Mesum Jatuh Cinta: Chapter 71 - Chapter 80
120 Chapters
71. Ucapan Buruk
‘Dasar anak sial! Gara-gara kau, ayahmu pergi mencari wanita lain! Kenapa sih kau saat itu ada di rahimku?’ ‘Aku tidak ingin membawa anak sial itu bersamaku!!’ ‘Apa?? Kau harus bertanggung jawab breng**k!! itu perbuatanmu juga! Dia adalah anakmu!’ ‘Kau harus tahu, betapa sialnya dirimu itu, bukankah harusnya kau mati saat itu?’ ‘Seandainya aku tidak hamil, dia tidak akan mencari wanita lain.’ ‘Aku mendengarnya sedang berbicara melalui telepon.’ ‘Ya ampun, tega banget sih dia, padahal dia tahu kalau wanita itu sedang bersusah payah menyeberang jalan.’ ‘Dia suaminya? Kok tega banget sih?’ Shean teringat dengan semua omongan-omongan yang didengarnya. Bahkan omongan menyakitkan dari kedua orang tuanya yang tidak menginginkan dirinya. Saat ini, dia sedang berada di ruangan, dimana Zeera dirawat dan masih belum sadarkan diri. Shean berdiri, memper
Read more
72. Isteri Tersayangku
Shean menggendong Zeera menuju kamarnya. Sepanjang langkah kakinya, mereka berdua hanya diam saja. Drtd… drtd… drtd… “Shean, ponselmu bergetar, sepertinya ada yang sedang menghubungimu.” Ucap Zeera yang bisa merasakan getaran ponsel Shean. “Abaikan saja, lagipula aku kan sedang menggendongmu,” jawabnya. Zeerapun kembali diam. Ana, salah satu pelayannya sudah membukakan pintu kamar. Pluk… Baru saja Shean meletakkan Zeera diatas tempat tidur. “Ana, tolong siapkan makan siang untuk Zeera, sekalian bawa air hangat kesini,” suruh Shean sembari menyelimuti dari kaki hingga perut Zeera dengan selimut. “Baik tuan,” jawab pelayannya, pergi. Sekali lagi, ponsel Shean bergetar lagi. “Hallo, Albert, ada apa?” Shean akhirnya menjawab panggilan dari salah satu pekerjanya. Dia melirik Zeera yang juga melihatnya sedang berbicara. “Siang ini? Apa ada pekerjaan yang penting?” “H
Read more
73. Kaki siapa yang hilang?
“Pak…” Thomas yang sebelumnya duduk di ruang tamu, berdiri saat melihat Shean baru berjalan menuruni anak tangga. Shean tahu, siapa karyawan itu. “Thomas? Kenapa kau datang kesini?” tanya Shean duduk lebih dulu di sofa. “Pak, saya-" “Silahkan duduk dulu, saya tidak ingin berbicara dengan orang yang berdiri, leher saya pegal.” Suruh Shean. Thomas pun akirnya duduk. “Bisa bicarakan sekarang apa tujuanmu datang kesini?” Shean mengeluarkan rokoknya. Beberapa menit Thomas diam, mengumpulkan napasnya untuk bisa menjelaskan semua yang ingin di bicarakan. “Begini Pak, saya datang kesini karena ada yang ingin saya-" “Iya, apa itu?” Shean tidak sabar. “Mengenai produk bapak. Sebenarnya Pak Bery yang membocorkan rahasia perusahaan.” “Kau punya bukti?” “Ada, Pak. Saya punya beberapa rekaman tentang pembicaraan Bery dengan orang itu.” Shean memang sudah menyadari tentang adanya karyawan yang m
Read more
74. Sayang?
“Kaki siapa yang hilang?” suara dari depan pintu yang terbuka. “Oh tuan Shean. Saya mengatakan pada isteri anda agar luka kaki dikakinya jangan sampai basah terkena air, karena saya lihat lukanya masih belum kering-kering.” Jawab Dokter. Shean berjalan mendekati mereka, melihat luka dikaki isterinya yang memang ternyata belum ada kemajuan penyembuhannya. Lalu dia melirik Zeera, namun isterinya itu hanya menundukkan wajahnya, dia tahu kalau suaminya pasti kesal. Dokter merasakan kalau suasana didalam sedang tidak tenang. “Ehem, saya sudah mengganti perbannya, dan barusan juga isteri anda sudah meminum obat,” ucapnya memecah keheningan. Dokter membereskan peralatannya dan berdiri. “Mungkin karena isteri anda banyak melakukan pergerakan di kaki, makanya lukanya belum kering.” Lagi, Shean meliriknya menahan kesal. Sebetulnya Shean sudah beberapa kali melarang Zeera agar tidak menggunakan kakinya untuk beberapa hari saja. Ba
Read more
75. Apa Anda pernah tidur di alam terbuka?
Shean dan yang lainnya sudah tiba ditempat tujuan mereka, dan sudah parkir didepan halaman sebuah rumah dengan dua lantai. Malam hari mereka pergi, esok, sore harinya mereka sudah tiba. Sudah beberapa kali Zeera, bangun dan tidur lagi selama diperjalanan. “Ah, akhirnya kita sudah sampai. Pelan-pelan turunnya ya,” Shean membantu Zeera turun, dengan mengulurkan tangannya pada Zeera. Tap… Setelah menapakkan kakinya ditanah, mata Zeera tertuju pada bangunan rumah yang terlihat indah dan terawat itu. “Bagaimana? kau suka rumahnya?” tanya Shean sedikit bangga. “Mmm… iya, tapi… bukankah kau mengatakan kalau kita akan berkemah? Aku pikir kita akan pergi kehutan dan berkemah disana,” ucap Zeera, masih melihat disekitarnya. “Hahaha… tidak Sayang. Aku sih bisa saja bermalam dihutan, tapi kau kan tidak bisa, kau pasti tidak bisa bertahan,” tebak Shean. “Siapa bilang? Dulu waktu SMA, aku juga pernah berkemah di hutan,”
Read more
76. Semakin membuatku bergairah
Shean melihatnya dengan tajam, “ Apa kau pikir aku dari lahir hidup di kemewahan?” tanyanya sinis. ‘Ya ampun nih bocah, kenapa harus bertanya seperti itu sih? Apa dia tidak bisa melihat keadaan? Bercanda juga harus lihat situasi, kan?’ gumam Izzati dan Zeera dalam hati secara bersamaan. “Maafkan saya Pak, saya hanya-" “Hanya apa?” suara Shean terdengar serius dan terganggu. Untuk beberapa menit, keadaan hanya diam. “Hahaha… kenapa kalian jadi diam begini sih? Santai saja. Aku hanya bercanda saja kok.” Tawa Shean besar dan puas. ‘Apa benar dia bercanda?’ gumam Zeera. “Ayo lanjutkan lagi manggang-manggangnya.” Setelah Shean berbicara seperti itu, semuanya bergerak melanjutkan pekerjaan yang sebelumnya. Walau mereka tidak mendirikan tenda diluar, tapi mereka menyalakan api unggun. Mereka duduk disekitaran api unggun, sambil menikmati beberapa daging yang sudah di masak. Alex, dia memainkan
Read more
77. Air terjun
Zeera lebih dulu membuka matanya. Melihat suaminya yang masih tidur dengan lelap disampingnya. ‘Saat tidur, wajahnya terlihat kalem dan polos, tapi kalau sudah bangun, selain mesum, dia juga bertingkah sangat mengesalkan.’ Memiringkan posisi dirinya menghadap Shean yang lebih dulu sudah berbaring miring menghadapnya. Mereka berdua masih sama-sama tidak berpakaian. Tatapan mata Zeera, melihat wajah dan bagian da*a yang kekar berotot itu. “Sampai kapan kau ‘menahanku’?” “Saat kau bosan, apa kau akan membuangku?” Hembusan napas Zeera menyentuh wajah Shean. Shean perlahan-lahan membuka matanya, Zeera terkejut dan langsung berbalik menghindari Shean. Sekarang, Zeera membelakangi Shean yang sudah menatap punggungnya. Shean menggeser tubuhnya, mendekati Zeera dan memeluknya dari belakang. “Siapa yang mau membuangmu?” tanyanya dengan bisikan dan hembusan napas yang mengenai telinga Zeera. ‘A
Read more
78. Mengajari berenang
Kelompok wanita itu mandi bersama. Memakai celana pendek dan tank top. Bermain air dengan menyiram ke temannya. Sedangkan para pria juga menikmati waktu bersamanya, hanya Shean saja yang duduk diam sendiri meski sudah masuk kekolam. “Zeera, kau beruntung menikah dengan Pak Shean. Mau kemana, mau minta apa, semua pasti diberikan.” “Iya.” Jawaban singkat dari Zeera tanpa memikir panjang. “Zeera pasti bahagia.” “Iya!” sekali lagi Zeera menjawab asal. Zeera terus menjawab pertanyaan Ratna begitu saja. Sedangkan Izzati melihat wajah sahabatnya itu, dia tahu kalau sebenarnya Zeera sedang memikirkan sesuatu, walau Zeera tidak ingin memberitahukannya. Ratna berbalik badan, menghadap Izzati dan Zeera. “Zeera, kalau Pak Sheaaaaannnn…..” Ratna tidak melanjutkan ucapannya lagi, karena melihat Shean berada dibelakang mereka, menunjuk jari telunjuknya dibibir, memberi kode pada Ratna untuk tetap diam dan pura-pura tidak tahu dengan k
Read more
79. Terjatuh
“Sebaiknya kita pulang, karena keadaan cuacanya juga sudah mendung, pasti sebentar lagi turun hujan,” ucap Alex menatap keatas. “Terus kalau hujan? Kalian takut? Apa kalian kambing yang takut air?” ledek Shean anggap enteng. Izzati tidak suka dengan pertanyaan Shean. “Pak Shean, kalau kita sampai kehujanan, nanti pasti sakit, seperti demam, flu. Apa anda mau isteri kesayangan anda sakit?” Ratna mengeluarkan jawabannya, melirik Zeera, Sheanpun ikut melihat isterinya. “Hm, benar juga ya. Kalau begitu, ayo kita pulang,” Shean menggandeng tangan Zeera, mereka menuju jalan dimana motor-motornya di parkirkan. Setelah mereka mengganti pakaian yang sudah basah, akhirnya mereka pergi meninggalkan lokasi pemandian. “Shean, lepaskan saja tanganku, aku kan masih bisa berjalan dengan kakiku. Aku ingin berjalan bersama teman-temanku,” Zeera berusaha melepas genggaman Shean. “Tapi Sayang, jalanannya jelek loh, tidak rata dan ada lubang-lubang
Read more
80. Pengakuan Shean untuk Zeera
‘Zeera! Kau disini rupanya,’ “She… an…” dengan keadaan yang lemah dan kesakitan, Zeera merasa mendengar suara Shean, yang ternyata hanya halusinasinya saja. Hingga akhirnya dia pingsan tidak sadarkan diri.  ********  Shean terus berjalan mencari Zeera, hingga dirinya terpisah dari teman kelompoknya yang lain. “Dimana Pak Shean?” “Tadi aku melihatnya masih disini, mencari disekitar sini,” jawab Anton menunjuk arah dimana Shean terakhir terlihat. “Ya ampun, kemana lagi sih orang itu?” Izzati ikut panik. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena Shean ikut hilang. “Pak Shean!” “Zeera!” Sekarang mereka memanggil Shean dan Zeera secara bergantian. Mereka lelah, tapi terus mencari walau sudah basah dengan hujan yang tak kunjung berhenti.  ********  Shean yang berjalan terus, hanya dengan menggunakan cahaya dari ponselnya mencari Zeera. Menyibak semak berduri,
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status