Semua Bab Si Mesum Jatuh Cinta: Bab 91 - Bab 100
120 Bab
91. Mencongkel Mata
Sementara itu, didepan toko roti Zeera, sudah banyak orang berkumpul, termasuk Izzati dan karyawan lainnya. Dari sisi Shean, Tristan, Alex juga sudah ada disana juga. Brum… brum… Izzati dan lainnya melihat kebelakang, dimana terdengar suara mobil yang baru saja berhenti. Zeera keluar lebih dulu, tanpa menunggu Shean turun untuk membuka pintunya. “Zati,” Zeera memeluk Izzati. “Zeera, aku tidak tahu ini kenapa. Saat aku dan yang lainnya datang, tokonya sudah seperti ini. Kata anak buah Pak Shean, ada yang berusaha masuk kedalam secara paksa,” ujar Izzati memeluk Zeera. Shean baru menyusul dari belakang, Tristan langsung berbisik dengannya. Shean lalu mengangguk, merespon bisikan Tristan. Zeera penasaran, apa yang sedang mereka bicarakan. Pintu toko yang sudah ambruk, dengan etalase rak makanan pecah, kursi-kursi berantakan terbalik, mejanya juga sudah pecah dan bengkok. Stok pembuatan kue, seperti tepung, gula dan lainnya juga tercecer d
Baca selengkapnya
92. Membencinya? bagaimana bisa aku membencinya?
Tristan yang menemani Zeera berjalan menjauh dari aksi Shean yang sedang menghajar si pembuat onar itu. Sepanjang perjalanan, tidak ada obrolan diantara mereka berdua, mungkin karena Zeera yang masih shock dengan kejadian itu. Dia tidak menyangka suaminya bisa melakukan itu, hal yang sadis apalagi didepan matanya, walau tidak diarahkan untuknya. ‘Kenapa Nyonya diam saja? Apa dia ketakutan ?’ gumam Tristan, melirik Zeera yang berdiri disampingnya. “Nyonya-" “Tristan,” “Iya, Nyonya,” “Apa Shean memang seperti itu?” tanya Zeera tanpa melihat Tristan, mereka masih berjalan berdua, hanya saja langkah kakinya pelan. “Maksud… anda Nyonya?” Zeera diam sejenak. Tap… Langkah Zeera berhenti, berputar dan melihat Tristan, “Kau tahu kan maksud pertanyaanku?” Bola mata Tristan melirik kekiri dan kekanan, seakan menghindar dari tatapan Zeera. “Apa Shean memang kejam seperti itu? kau lihat juga
Baca selengkapnya
93. Apa Tuan Menyukai Wanita ini?
“Eh, kenapa ada darah diwajah dan lehermu? Apa kau terluka?” Zeera khawatir. “Apa? Darah?” Shean mengusap wajahnya, ingin melihat darah yang dilihat Zeera. “Apa kau terluka tadi?” “Tidak, ini hanya darah mereka saja,” ucap Shean membersihkan wajahnya. “Darah mereka? sebanyak ini? Memangnya, apa yang kau lakukan pada mereka?” Zeera membantu Shean membersihkan darah dileher Shean. “Aku hanya memberi sedikit pelajaran pada mereka. Supaya mereka mengaku siapa yang menyuruh mereka. Sudah bersih kan?” Zeera tidak benar-benar percaya pada ucapan Shean. Tapi dia juga tidak ingin membahasnya. “Nyonya, apa kau sudah siap? Saya akan menjatuhkan buahnya lagi, tangkaplah!” teriak Tristan dari atas. Brugh… Zeera terkejut, hingga menutup matanya. Perlahan-lahan dia buka mata, dan sudah ada tangan Shean diatas kepalanya, dengan pepaya yang berhasil ditangkapnya. “Shean, kau berhasil menangkapnya ya,” Zeera
Baca selengkapnya
94. Saya akan ganti rugi
Saga mengambil salah satu tempat untuk duduk, sambil terus melihat Zeera yang sibuk melakukan pekerjaannya. “Tuan, apa yang akan anda lakukan sekarang?” tanya Dillo ikut duduk didepan Saga. “Hah? Apa? Kamu bicara apa tadi?” “Hm, Tuan kesini katanya mau melakukan sesuatu, tapi kenapa anda malah diam dan memperhatikan wanita itu?” “Oh, itu… karena dia cantik,” jawab Saga cepat. “Tapi-" “Dillo, kau pesankan kopi untukku. Aku mau disini untuk sementara,” perintah Saga agar tidak diganggu saat memperhatikan Zeera. “Baik Tuan,” Dillo berdiri, berjalan menuju kasir, setelah melirik Saga yang seperti terhipnotis. “Permisi, saya ingin pesan kopi latte dan Americano,” “Dingin atau panas?” Dillo berpikir sebentar, “Yang dingin saja.” “Baik, tunggu sebentar ya Pak,” Izzati menyiapkan pesanan Dillo, yang sedang memperhatikan bosnya dan Zeera secara bergantian. Saga tidak tahu, kalau Zeera adalah sipem
Baca selengkapnya
95. Suamiku yang mesum
Beberapa jam kemudian, setelah Saga dan anak buahnya pergi keluar dari toko Zeera, Izzati datang mendekati mereka, “Zeer, siapa mereka? kenapa aku mendengar seperti kalian sedang membahas kerusakan. Siapa mereka?” tanya Izzati menarik kursi untuknya duduk. “Ah, itu… mmm… yang menghancurkan toko kita beberapa hari yang lalu adalah anak buahnya dan dia-" “Apa?? Jadi mereka yang menghancurkan-" “Bukan dia, tapi anak buahnya-" “Tetap saja sama kan. Berarti dia yang menyuruh anak buahnya untuk menghancurkan dan mencuri di toko kita. Harusnya-" Plak… Zeera menepuk bahu Izzati agar diam, dan sahabatnya itu terdiam sambil mengusap bahunya dan menggerutu. “Aku sudah bilang, kalau bukan dia yang menyuruh anak buahnya. Justru dia tidak tahu, dan datang kesini untuk ganti rugi dan minta maaf,” “Ah, masa sih dia sampai tidak tahu. Bisa saja kan dia berbohong-" “Ish, jadi orang jangan curigaan gitu ah. Aku yakin
Baca selengkapnya
96. Kecelakaan
Selama 2 hari Saga datang sendiri ke toko Zeera. Saga ingin memulai pertemanan dengan Zeera. Padahal dia sangat sibuk, tapi selalu menyempatkan untuk mampir ke Zeera Cake. Semuanya kecuali Izzati tidak curiga pada Saga. ‘Aku yakin pasti ada sesuatu yang membuatnya sering datang kesini.’ Hingga saat ini, dihari ketiga Saga datang lagi, dia datang sambil membawa aneka buah untuk Zeera dan teman-temannya. “Wah, Saga bawa apa itu?” tanya Ratna yang baru keluar dari ruang dapur, dibelakangnya sudah ikut Zeera yang juga ikut melihat. “Oh, ini buah tangan untuk kalian. Tadi aku lihat ada orang yang sudah sangat tua menjualnya dengan gerobak dorong, aku kasihan, jadi aku beli saja. Kalian makan ya, karena kalau hanya aku saja, pasti tidak habis.” Jawab Saga tersenyum, sebenarnya dia berbohong, dia memang sengaja membeli untuk Zeera, mengambil perasaannya. “Tapi anda kan punya banyak anak buah, anda berikan pada mereka, pasti mereka senang,” c
Baca selengkapnya
97. Berita Kehamilan
“Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif……” Beberapa kali Zeera melakukan panggilan tapi tetap nomor ponsel suaminya tidak aktif. Dia juga sudah menunggu beberapa jam di tokonya. Setiap mengirim pesan melalui W*, hanya ceklis satu. ‘Kenapa WAnya tidak aktif? Dia ada dimana sekarang? Harusnya kan sudah turun dari pesawat.’ Gumam Zeera gelisah. Harusnya, Shean sudah datang menjemputnya. “Zeera, apa kamu sudah berhasil menghubungi Shean?” tanya Izzati yang sudah bersiap-siap pulang. Zeera menggelengkan kepala, wajahnya terlihat murung dan khawatir. “Terus, kamu tidak pulang saja? Mungkin suamimu sudah menunggu dirumah.” “Enggak, kata Edo, Shean belum pulang. Kamu kalau mau pulang, pulang saja, aku masih menunggu disini, mungkin sebentar lagi dia datang.” Izzati tidak tega meninggalkan sahabatnya sendiri. Semuanya sudah pergi pulang kerumahnya masing-masing, hanya tinggal Izzati dan Zeera. “Aku disini saja dulu, sa
Baca selengkapnya
98. Pergi ke Malaysia
Alpha masuk kedalam toko dengan wajah panik.“Hey Alpha, ada apa dengan wajahmu itu? apa kau baru melihat hantu?”Semua melihat Alpha, sama herannya dengan tatapannya.“Alpha, ada apa?” tanya Zeera yang penasaran karena Alpha sedari tadi melihatnya.“Nyonya Zeera, saya… saya… saya-“Apaan sih? Ngomongnya putus-putus gitu? Apa ada masalah?” sela Izzati yang kesal karena Alpha berbicara tidak jelas.Semua jadi ikutan kesal karena Alpha.“Nyonya, saya… saya tahu dimana Tuan Shean sekarang.”Deg… deg… deg…Terasa seperti angin yang berhembus didalam perasaan Zeera. Terus terang dia sangat bahagia mendengar kabar dari Alpha tentang keberadaan suaminya, yang sudah tidak pulang selama beberapa bulan.“Alpha, kamu tidak salah lihat kan? Dimana dia sekarang? Kenapa kau tidak membawanya kesini? Kenapa hanya kau sendiri saja
Baca selengkapnya
99. Zeera? nama itu..?
“Hhuuweekk… hhuek… hhuekk…” “Uhuk.. uhuk.. uhuk…” “Fehmeed, ada apa denganmu? Kenapa awak muntah?” Aishah mengusap-usap punggung Fehmeed yang sedari tadi muntah-muntah. “Tak tahulah,” Fehmeed mengusap bibirnya dari cairan muntahnya. Aisah masih terus mengusap-usap punggung suaminya yang sedang berada dikamar mandi. ‘Apa masalah suami saya? Kenapa dia muntah sejak beberapa hari lalu? Adakah dia sakit?’ Sudah beberapa hari memang Fehmeed memang muntah-muntah, dalam satu hari, bisa 2 hingga 3 hari. “Awak, Nak kami pergi hospital?” “Tak perlu risau, tak usah.” Fehmeed menolak dibawa kerumah sakit. Sementara itu ditempat lain, Zeera juga beberapa kali muntah-muntah, itu karena efek dari kandungannya. Beruntungnya, Zeera memiliki teman-teman yang perduli padanya, apalagi Izzati. Izzati selalu tahu dan peka, kapan dan kenapa Zeera mengalami perubahan. “Ini, kamu minum dulu,” Izzati memberikan segelas a
Baca selengkapnya
100. Aku Merasa Seperti Dekat Dengannya
‘Seperti ada yang memperhatikanku, tapi tatapan dari mana ini?’ gumam Zeera dalam hati. Dia menoleh melihat kebelakang, tapi tidak menemukan dimana dia merasa di tatap. “Nyonya, ada apa?” “Tidak, aku tidak apa-apa,” jawab Zeera tersenyum sekilas, dia tidak ingin membuat Alpha khawatir dan gelisah. Fehmeed, yang kebetulan sedang berada disana, dialah yang sedang memperhatikan Zeera. Saat Zeera menoleh kebelakang, kearahnya, dia sengaja menutup wajahnya dengan koran yang ada ditangannya. Sehingga Zeera tidak bisa melihat dan tidak tahu dimana Fehmeed. ‘Kenapa aku merasa seperti pernah bertemu dengan wanita itu?’ Fehmeed terus memperhatikan Zeera. Saat wanita itu berbicara, tersenyum kecil, terus diperhatikannya. Dan tidak ada yang menyadari sosok Fehmeed disana. “Nah, makanannya sudah datang. Ayo dimakan, aku sudah sangat lapar sekali.” Izzati dan Saga datang dengan makanan yang ada di tangannya. Mereka lalu meletakkan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status