Semua Bab RENDEZVOUS: Bab 31 - Bab 40
42 Bab
30. RENDEZVOUS - First Sight
— Seno's pov Pertama kali gue liat Jihan itu di Kafe habis nge-gigs sama Moonrise. Dari pertama gue lihat Jihan, mata gue seolah gak mau lepas memandang dia. Gue suka cara dia ngomong, cara dia ketawa, cara dia mengekspresikan rasa bahagianya. Dia cewek yang bener-bener enak diajak ngobrol ngalor ngidul nyambung. Sejak pertama kali juga gue merasakan hal yang sama sekali gak asing di diri gue. Gue masih belum percaya dengan namanya 'love at the first sight' karena itu kayak gak mungkin. Secara logika gimana bisa orang jatuh cinta pada pandangan pertama padahal dia gak ngenal orang itu dengan baik? Ternyata penyangkalan gue kini dibuktikan di diri gue sendiri, gue suka sama Jihan sejak pertama kali pertemu. Lucu emang. Kalau ceritain gimana itu Jihan, jelas banyak sekali kelebihan yang Jihan miliki. Rasa percaya diri, mandiri, kepribadiannya meskipun agak bar-bar tapi dia baik. Cuma kekurangan Jihan juga cukup banyak. Jihan yang kelihatannya kuat terny
Baca selengkapnya
31. RENDEZVOUS - Khawatir atau Iba
Bukan khawtir tapi Iba "Jihan, keputusan gue buat kost kayaknya udah fix. Gue bukan takut balik ke rumah lo, alasan gue pindah karena jam kerja gue gak memungkinkan bisa balik ke rumah gak mungkin juga gue nyusahin Pak Abian buat nganterin balik terus, 'kan?" Begitulah perkataan Kanza setelah pulang dari rumah sakit membuat Jihan kepikiran selama beberapa hari ini. Beberapa hari ini juga ia tidak di rumahnya melainkan menumpang di apartment Seno.  Kondisinya tidak baik-baik saja, awalnya dia merasa tidak masalah tetapi entah mengapa ia memiliki ketakutan sendiri untuk keluar rumah atau pulang ke rumahnya. Ia semakin bersalah tidak tahu kondisi Kanza yang sudah memilih kost di dekat kantornya itu. Hanya bisa memastikan melalui Abian, tapi percuma lelaki itu terlalu diam atau malah tidak peduli entah Jihan tidak tahu. "Hey? Ji?" Jihan mengedipkan matanya beberapa kali ketika tangan Seno melambai di depannya.  Melamun lagi. "Eh
Baca selengkapnya
32. RENDEZVOUS - Runtuh
[PENGUMUMAN, Pukul 19.00 wib] Grup Tim Cirrus From : Pak Burhan Selamat malam semuanya. Ada pemberitahuan baru terkait jadwal dan shift untuk TIM CIRRUS. Terima Kasih kepada Kanza Syafira yang sudah mengusulkan konsep perubahan jadwal dan shift untuk TIM CIRRUS dan telah disetujui oleh Kepala. Berikut adalah daftar shift dan Tim yang dirombak kembali. Terima kasih selamat malam dan selamat istirahat......... "Ini Pa minumnya," ujar Fara meletakkan secangkir teh untuk Burhan yang sedang sibuk dengan tabnya. Burhan menegakkan tubuhnya dan langsung meletakkan tab di meja. Sedangkan Fara ikut duduk bersantai di ruang tengah dengan secangkir teh hijau yang ia buat untuk dirinya. "Makasih sayang," jawab Burhan. "Papa kayak lagi seneng banget kenapa?" tanya Fara ketika melihat raut wajah Burhan yang cerah. Seperti ayahnya itu sedang sangat senang, mungkin ada hal baik yang terjadi. "Cuma masalah kantor, oh iya gimana kamu
Baca selengkapnya
33. RENDEZVOUS - Maybe If
Mungkin jika saat itu tidak berakhir, maka kedua insan itu masih merasakan bagaimana letupan-letupan rasa bahagia dalam hati mereka. Menciptakan banyak kenangan dari masa ke masa. Namun keadaan yang memaksa mereka untuk berhenti, berhenti mencintai satu sama lain sehingga meninggalkan sebuah kenangan yang tidak berarti dan hanya terasa seperti luka tidak mengering. Bersikap layaknya tidak terjadi apa-apa bahkan menjaga jarak merupakan yang mereka sekarang. Sebuah formalitas membingkai setiap pertemuan mereka. Dan terus sampai begitu. Apakah bisa seperti dulu? Mungkinkah? Entahlah. Wanita berparas cantik itu tersenyum ketika seorang pria berseragam pegawai itu berjalan menghampiri dirinya di luar ruangan. Dari dulu sampai sekarang menurutnya pria itu tidak berubah, paras dingin, langkah tegap, penampilan rapi selalu menjadi kesukaannya. Mungkin jika dulu ia bisa melihat senyum tipis terpatri pada wajah tegas pria itu sekarang tidak. Senyum yang jujur saja ia rindukan menghila
Baca selengkapnya
34. RENDEZVOUS - Professionalitas
Mungkin bagi Kanza, menjadi anak perempuan pertema sekaligus cucu pertama yang bisa memenuhi permintaan mendiang Kakeknya itu adalah hal yang luar biasa. Beban ia langsung terangkat begitu saja sehingga pundaknya menjadi ringan. Bagi Kanza itu semua dilakukan dengan mudah, tidak banyak mengeluh dan mengiyakan perkataan orang tua. Lalu bagaimana cara dia bertahan dan menjadi kuat? Pura-pura adalah jawabannya. Kanza terbiasa berpura-pura untuk menjadi lebih kuat disaat dia pada titik terendah. Dia juga terbiasa berpura-pura untuk baik-baik saja karena ia yakin besok akan baik-baik saja, padahal pikirannya berbanding terbalik. Kanza selalu menekan kelelahan secara psikisnya hanya dengan tidur karena ia percaya dengan begitu ketika bangun ia bisa kembali berlindung dalam kata 'pura-pura', seolah tidak terjadi apa-apa.Seolah menutup telinganya rapat, Kanza keluar dari bilik kamar mandi setelah beberapa orang tadi pergi. Kanza menghela nafas berat, topik
Baca selengkapnya
35. RENDEZVOUS - Seorang Nata
Obrolan kemarin sore baik Abian dan Kanza mulai menjaga jarak, bahkan hanya bertegur sapa singkat dan bekerja sesuai dengan jadwalnya. Gosip tentang Kanza pun belum mereda, masih banyak yang menyinggung jadwal shift yang ditetapkan. Mungkin prinsip Kanza sekarang ia akan bekerja dan dibayar lalu pulang, tidak mencampuri urusan lain ataupun ikut nongkrong apapun. Dia akan biasa tidak akan terlalu dekat dengan rekan kantor karena tidak ada yang dapat dipercaya.Ia harus fokus kembali tujuan awal yaitu mencari uang untuk adiknya sekolah dan dirinya. Hanya itu. Ia harus mengingat jika ada orang yang perlu ia bahagiakan yaitu keluarganya.Agaknya beberapa kali Abian mencuri pandang ke arah dimana Kanza bekerja. Wanita itu tengah fokus dengan dahi yang berkerut, rambut pendek sebahu yang ia kucir satu menyisakan beberapa helai anak rambut, gurat wajahnya yang terlihat lelah dan sepertinya bertambah kurus. Pipi chubby saat pertama kali ia kemari berkurang.Abian menghe
Baca selengkapnya
36. RENDEZVOUS - Candy and Chocolate
Kanza tersenyum cerah ketika tidak sengaja tadi melihat sekelompok mahasiswa di ruang sebelah setelah ia dari kamar mandi. Ia langsung bergegas menuju ruangannya untuk bersiap menyambutnya. Dibanding harus terlihat seperti orang yang keren saat bekerja, Kanza justru malah ingin berinteraksi dengan mereka tapi tidak bisa karena hanya dia saja yang merasa begitu yang lain begitu fokus dengan pekerjaan mereka. Tentang Nata, mereka sama sekali tidak bertegur sama semenjak kemarin. Masa bodoh, Kanza tidak peduli. "Selamat siang semuanya," suara Bapak Humas Instansi menyapa semua orang di ruangan Cirrus. Sontak semuanya menoleh dan membalas sapaan dari Bambang si Humas yang membawa kelompok mahasiswa tersebut. Abian yang tadinya di dalam ruangannya lantas keluar menghampiri Bambang untuk menyambut mereka. Kanza tersenyum cerah ketika melihat para Mahasiswa di luar, beberapa anak mengintip dan tersenyum ke arahnya. "Baik semuanya, karena ada sekitar 7 orang
Baca selengkapnya
37. RENDEZVOUS - Afraid
Kanza membuka matanya terkejut ketika mimpi buruk itu seolah ingin menangkapnya. Peluh berjatuhan, nafasnya tersenggal. Ia lantas mendudukkan dirinya mencoba menetralkan nafas, tangan Kanza meraih ponsel guna melihat pukul berapa sekarang. Masih pukul 3 pagi. Kanza mengambil gelas disamping meja dan meminum sekali tandas.Akhir-akhir ini ia merasa gelisah, bahkan ia sering mimpi buruk kejadian itu terulang lagi. Tapi sebelum-sebelumnya ia menyangkal jika hanya pikirannya saja yang penuh. Kanza menghela nafas lalu kembali merebahkan dirinya. Ia menatap langit-langit menerawang jauh memikirkan kondisinya. Ia merasa baik-baik saja, tapi terkadang ia merasa sangat kacau. Kanza sedikit takut jika ia harus menemui psikolog karena kondisi psikis yang akibatnya berdampak pada kondisi perut. Sejak kejadian itu, perut Kanza menjadi sangat sensitif, dari sering melilit atau paling parah yaitu kram. Padahal ia sudah cek ke dokter dan tidak ada apa-apa. Dokter hanya bilang itu dikarenakan
Baca selengkapnya
38. RENDEZVOUS - Takdir
Setelah Seno berbincang dengan Abian hanya sekitar 10 menit, Abian langsung mengirimkan pesan ke Kanza untuk mengirimkan lokasinya sekarang juga. Boleh jadi sekarang ia bertemu dengan Panca. Kira-kira ini obrolan sebelum Abian menancapkan gas motor menuju lokasi yang Kanza kirimkan. "Lo denger gue gak sih, Al?" Abian melirik sejenak, "Denger.""Terus kenapa lo malah main hp?"Tidak menanggapi pertanyaan Seno, Abian kembali mengecek pesan masuk dari Kanza tetapi nihil."Al?!" Seno emosi sendiri karena Abian sedari tadi seperti tidak memperhatikan ia bicara.Abian menghela nafas kasar, "Gue tahu. Gue tahu dari lama, lo pikir gue gak mastiin Kanza balik sesuai permintaan lo? Makanya gue lagi—"Suara notifikasi masuk ke dalam ponsel milik Abian. Kanza mengirimkan lokasi yang tidak jauh dari Kafe Seno. Tidak menghiraukan Seno yang tengah mengomel panjang, Abian langsung mengambil kunci motor dan langsung bergegas menuju lokasi meninggalkan Seno yang men
Baca selengkapnya
39. RENDEZVOUS - Denial?
Lorong rumah sakit nampak cukup sepi. Setelah kejadian tadi, Kanza hanya terdiam di depan kamar rawat setelah membersihkan diri tadi. Wajah Kanza masih terlihat bengkak sedikit pucat, tangannya juga masih bergetar. Ia masih terlalu kaget dengan kejadian ini, menyesali segalanya.  Di dalam kamar rawat ada Saras yang masih menunggui kakaknya itu siuman, sedangkan Seno mengurus Panca di kantor polisi. Penyerangan akan memberatkan tuntutannya. Drrt drrt Suara getar ponsel Kanza terdengar, ia mengeluarkan ponsel dari saku. Ada panggilan masuk dari Jihan membuat seketika ia menghela nafas berat sebelum menerima. Cukup lama ia hanya memandang kosong layar ponsel bercantumkan nama Jihan tiba-tiba Saras keluar dengan tergesa dan sontak membuat Kanza otomatis langsung berdiri. "Mbak, mbak kenapa belum pulang?" tanya Saras cukup ketus. Saras masih belum bisa berpikir rasional sekarang, ia masih syok juga atas kejadian yang menimpa kakaknya. "Pak Abi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status