Waktu telah menunjukkan hampir pukul dua belas siang saat Gerald tiba di kantor utamanya yang ada di London. Kantor itu merupakan kantor pusat Infinite Corp, perusahaan miliknya yang paling pertama ia dirikan, kini perusahaan itu pun menjadi perusahaannya yang terbesar yang bergerak di bidang keuangan.
Gerald menghela napas panjang kala ia selesai membaca surat pengunduran diri dari sopir pribadinya. Alan, pria yang telah menjadi sopirnya selama beberapa tahun terakhir itu kini akan pindah ke Amerika bersama keluarganya dan tampaknya Gerald harus segera mencari penggantinya.
Namun, ia tak mau terlalu buru-buru.
“Infinite Corp akan merayakan hari jadi yang ke dua puluh sebentar lagi, aku memikirkan tentang rekrutmen besar sebelum perayaan itu, ini sudah menjadi pertimbanganku sejak beberapa bulan terakhir.” Mike, pria yang berusia sepuluh tahun lebih muda dari Gerald yang tak lain adalah CEO Infinite Corp sejak tadi sibuk membicaraka
Halo, semuanya! Author di sini. :) Hanya ingin menyapa kalian yang kebetulan sudah sampai pada bab ini. Bagaimana? Menikmati ceritanya sejauh ini? Jika ada komentar yang ingin disampaikan, jangan segan-segan, ya! Sebagai author, saya harap cerita ini bisa menghibur dan menginspirasi kalian. Stay safe, y'all. xx
Esok paginya saat di kantor, Gerald melihat banyak sekali orang-orang mengantri di luar. Ia mengendarai Mercedes silvernya sendiri setelah Alan resmi berhenti kemarin.“Kenapa ada banyak sekali orang di luar?” tanya Gerald pada Jamie yang telah menunggu di ruangannya.“Bukankah ada perekrutan karyawan baru? Aku mendengar dari Mike.”“Ah, benar.” Gerald mengangguk. Ia sungguh lupa.“Oh, ngomong-ngomong ... aku sudah tahu hiburan apa yang akan memeriahkan acara pesta nanti!” Jamie mendadak antusias. “Kita akan mengundang Take That! Boyband paling sukses di Inggris!”“Apa? Aku tidak setuju.” Gerald menggeleng seketika. “Aku benci boyband.”“T-tapi, Tuan ... Take That sangat fantastis! Mereka berkali-kali menggelar konser di Wembley Stadium dan tempat itu selalu penuh oleh ratusan ribu orang, se
Jonas membaca e-mail yang masuk di ponselnya, sebuah pemberitahuan dari Infinite Corp terkait lamaran pekerjaannya.Ia tidak diterima.“Apa yang terjadi?” tanya Zekey. Ia bersiap berangkat kerja pagi itu.“Mereka tidak menerimaku.” Jonas menghela napas berat, bingung dan cemas.Zekey menepuk pundaknya untuk menenangkan. “Kau pasti akan menemukan pekerjaan lain, tetaplah semangat.”Jonas menggeleng. “Aku akan ke sana,” lanjutnya, “aku akan dapatkan pekerjaan apa pun yang mereka berikan.”“Tapi, Jo-” Zekey meragukan keputusannya, tapi ia juga tak bisa menahan kakaknya.***Gerald menyelesaikan sarapan di restoran miliknya pagi itu. Ia masih memikirkan tentang pialanya yang ada di dalam lemari hias Catherine, juga pianonya, ia benar-benar tak bisa memastikan perasaannya saat ini tertuju pada siapa.Apakah Ellaine, cinta pertamanya yang
“Kau akan tinggal di sini selama di London. Ini bukan keadaan darurat yang mengharuskanmu tinggal di lokasi yang dekat dengan rumah sakit seperti saat di Paris kemarin, jadi tidak perlu mencari hotel.”“Aku mengerti.” Catherine mengangguk setelah mendengar penjelasan Gerald.“Kau bisa tinggal di kamar mana pun yang kau inginkan.”“Okay ....” Catherine mengangkat alis. “Sungguh?”“Kecuali kamarku, tentu saja,” lanjut Gerald yang entah mengapa merasa perlu untuk memberi klarifikasi semacam itu. “Aku sarankan kau tidur di salah satu kamar tamu yang ada di lantai dua, semuanya baru saja dirapikan.”“Baiklah.” Catherine bersiap menarik kopernya tetapi Gerald lebih dulu memerintahkan Jonas untuk membantu.“Terima kasih, Jonas.” Catherine tersenyum padanya dan ia pun berlalu pergi. Catherine memandang sekeliling ruangan itu. Begitu l
Gerald memandang cermin sekali lagi sebelum melangkah keluar dari kamarnya. Ia sudah menyiapkan pidato terbaiknya dan memastikan bahwa penampilannya telah cukup rapi untuk dipotret oleh para wartawan yang datang nanti.Ia melangkah ke luar, Catherine masih belum muncul, diliriknya arloji sekali lagi. Pukul lima lewat tiga puluh menit.Tak lama kemudian terdengar langkah kaki. Gerald mengangkat wajahnya dan melihat Catherine ada di sana, menuruni tangga dengan gaun model mermaid silhouette merah yang begitu memesona. Rambut cokelatnya digulung dan ia tak memakai aksesoris atau perhiasan apa pun, tetapi gaun merah yang dikenakannya itu cukup untuk membuat Gerald terpukau selama beberapa saat hingga ia tak menyadari bahwa Catherine telah sampai di hadapannya.Barangkali karena ia tak pernah melihat Catherine dalam penampilan semacam itu. Dulu mungkin iya, tapi itu sudah belasan tahun yang lalu.Keduanya berjalan menuju limosin yang telah siap di hal
♪~But in your dreams whatever they be, dream a little dream of me~♪ “Sejak tadi aku tidak melihat ayah dan ibuku,” ucap Davin di tengah-tengah dansanya bersama Tania. “Aku juga tidak melihat ibuku, atau Rob.” Tania ikut melirik sekelilingnya. “Apa mereka sudah pulang?” “Kenapa mereka pulang awal sekali??” *** Gerald duduk di sofa dan berusaha meringankan rasa sakit di wajahnya dengan mengompreskan air hangat. Setelah Rob menghajarnya tadi, ia langsung menghubungi Jamie, memberitahunya bahwa ia meninggalkan pesta lebih awal. Sepanjang perjalanan, ia tak bicara pada Catherine yang tentu saja ikut pulang bersamanya. Catherine datang dengan satu mangkuk berisi es batu serta handuk kecil lalu duduk di samping Gerald. “Seharusnya kau jangan mengompresnya dengan air hangat dulu, untuk satu atau dua hari ke depan lebih baik gunakan es.” Gerald tak menanggapi ucapannya. “Sini, biar aku membantu.” Catherine menye
Ellaine menyeka air matanya sekali lagi. Jika ia tak memaksa Rob untuk menceritakan tentang apa yang Rob ketahui soal hubungan Tania dan Gerald, Ellaine mungkin tak akan merasa sepilu ini, tetapi apa yang kemarin malam diucapkan Rob di hadapannya, mengenai Gerald yang menjadi sugar daddy Tania, membuat Ellaine tak bisa melepaskan pikirannya dari hal itu.“Ini salahku,” bisik Ellaine lirih.“Dengar, aku tak menyalahkan Tania atas apa yang pernah dipilihnya, tapi aku juga tidak akan menyalahkanmu, apa lagi membiarkanmu menyalahkan dirimu sendiri.” Rob menggenggam tangan istrinya. “Kau tahu? Tania kini sebenarnya terjebak dalam situasi yang rumit, tapi aku tahu dia akan bisa melaluinya.”“Kenapa aku merasa seperti kau lebih mengenal Tania dari pada aku, ibunya?” Ellaine mengerutkan dahi. “Aku merasa telah menjadi ibu yang buruk.”“Tidak.” Rob menggeleng. “Kau tahu aku menc
Ketika Gerald kembali ke rumah sore itu, dilihatnya Davin ada di ruang tamu, mengobrol bersama Catherine.“Oh, Ayah kira kau sudah kembali ke Paris.” Gerald mengangkat alis.“Tania dan aku berencana pulang besok karena kami ingin menghabiskan waktu di London sedikit lebih lama.” Davin tersenyum melihat ayahnya telah tiba. Diam-diam ia merasakan ada hal yang berbeda, seperti ... telah terjadi sesuatu antara ayah dan ibunya.Namun Davin lebih memilih untuk tak membahasnya.Gerald hanya mengangguk singkat lalu masuk ke kamarnya.“Jadi apa rencanamu selanjutnya, Davin?” Catherine menyentuh tangan putranya, menyadarkan Davin kembali akan pembicaraan serius mereka beberapa saat yang lalu. Davin menghela napas berat, kemudian menggeleng samar.Sementara itu di kamarnya, Gerald mengeluarkan dua tiket resital dari saku jasnya. Ia akan memberikannya pada Catherine nanti setelah Davin pergi.Ketika mentari ter
Pukul sembilan malam ketika Caspian sampai di flat Tania. Ia membuka pintu dengan kunci cadangan yang memang disimpan olehnya. Pintu terbuka dan tampak seisi flat yang gelap, tak ada siapa pun. Caspian sengaja menunggu hingga malam untuk memastikan bahwa Tania telah kembali ke Paris bersama Davin.Dinyalakannya lampu. Untuk beberapa saat, ia memandang sekeliling ruangan. Terbersit sesal di hatinya karena telah mengusir Tania dari rumahnya kemarin. Ingin sekali ia menelepon dan meminta maaf. Memang, itu akan membuatnya terkesan tidak konsisten-atau bahkan mungkin memang ia tidak bisa konsisten sama sekali-sebab hati selalu sulit ditebak. Dan saat ini, perasaan sungguh mengambil kontrol penuh atas dirinya, dibandingkan logika.Caspian menghela napas panjang, pasrah. Ia lalu berjalan masuk ke kamar yang pernah ditempatinya. Kameranya ada di atas meja di dekat ranjang.“Eh?!” Caspian terkejut saat memeriksa kameranya dan mendapati satu pemberitahuan yang