All Chapters of PERFECT FAKE HUSBAND: Chapter 1 - Chapter 6
6 Chapters
1 - Hantu Masa Lalu
"Kau pasti lapar, ya?"Loura yang mulai kehilangan fokus penglihatan karena kepeningan menghantam kian kuat kepala, namun masih bisa dilihat si pemilik pertanyaan yang berdiri menjulang di hadapannya.Loura tidak sempat memberikan respons, tak ingin juga menyahut. Tapi, di tangannya sudah diletakkan sebuah bungkusan. Entah berisi apa."Aku kelebihan membeli burger. Aku rasa aku hanya akan makan satu. Jadi, ada sisa untukmu."Loura belum menunjukkan reaksi apa pun. Mulut dibungkam, padahal ia ingin mengucapkan terima kasih atas kebaikan
Read more
2 - Bantuan Loura
Loura sudah menunggu selama satu jam di kafe. Belum ada tanda-tanda tamu yang ditunggunya datang. Namun, Loura optimis akan tetap bisa bertemu. Harapannya sudah terlalu besar.Sudah belasan tahun cukup baginya menanti untuk mendapatkan informasi tepat soal Bear. Dan kali ini, ada kesempatan baginya untuk tahu.Loura bahkan sudah berandai-andai. Jika Bear memang masih hidup dengan keadaan yang baik, ia akan bahagia luar biasa.Tentu, menemui Bear adalah keinginan terbesar Loura selanjutnya. Permintaan maaf hendak ia lakukan secara langsung pada Bear.
Read more
3 - Mayat?
"Jadi, dia tertangkap?" Berrand memastikan.Rahang wajah semakin mengeras, mendengar penjelasan dari salah satu anak buahnya di seberang telepon.Berrand sangat jelas tidak menyukai informasi yang didapatkan, tak sesuai akan rencana sudah dibuatnya.Berrand mengartikan kegagalan sebagai sebuah kelemahan. Untuk menutupi dan melampiaskan, maka ia akan murka."Apa kau bilang?" Berrand menggeretakkan gigi."Mereka mempunyai bukti yang kuat?" Nada suaranya semakin meninggi karena emosi."Shit!""Sialannn!" Berrand mengumpat lagi, lebih emosi.Selesai mengumpat dengan cukup kencang, Berrand pun bangun dari kursi kerjanya. Ia mengambil gelas berisi wine terlebih dulu, sebelum berjalan menuju ke balkon.Handphone dijauhkan dari telinga, tetapi tetap dipegang dengan erat di tangan kiri.Benda tersebut tak m
Read more
4 - Amnesia Si Wanita Asing
"Apa kau tidak capek berdiri terus?"Berrand mengangguk segera, walau dalam gerakan yang pelan, tanpa menoleh ke arah Lauren. "Tidak.""Bagaimana keadaan dia sesungguhnya?"Berrand masih memusatkan objek pandang paa si sosok wanita asing dengan tatapan tajam, namun ekspresi datar. Bahkan, tidak terbaca emosi yang Berrand sedang rasakan."Entahlah ... belum pasti."Berrand menoleh ke arah Lauren, kali ini. "Apa maksudmu menjawab seperti itu?" Kecurigaan pun muncul."Kau sungguh tidak tahu siapa dia?"Berrand menggeleng kecil, dilakukan sekali saja. "Tidak," jawabnya dengan nada datar."Kapan kau menemukan dia di depan?""Aku lupa," sahut Berrand jujur. Karena, ia memang tidak ingat sedikit pun kapan waktunya."Dia tidak mengalami luka-luka yang parah di wajah atau badannya, hanya lecet-lecet."Berrand
Read more
5 - Suami?
Pukul tiga dini hari, lebih tiga puluh menit.Kurang lebih dua jam lagi yang tersisa, menuju pertunjukkan sunrise dan langit California kesukaannya dari atas balkon kamar.Berrand pun memutuskan memperpanjang waktunya untuk tak tidur, jika sampai nanti terlelap, maka tidak dapat diabadikannya momen sang fajar meninggalkan peraduan.Prediksi cuaca yang bagus, tanpa mendung, merupakan kesempatan bagus.Pasti akan dihasilkan pemandangan yang memanjakan mata. Berrand enggan untuk melewatkan.Kopi menjadi solusi guna mencegah kantuk. Memang tidak benar-benar berhasil hingga seratus persen bekerja dengan baik. Namun, yakin bisa bertahan sampai jam enam nanti.Berrand pun menikmati peracikan kopinya yang dilakukan seorang diri, walaupun rasa dihasilkan tidak akan sesempurna barista profesional.Namun, layak diminum. Berrand juga membuat dua buah pa
Read more
6 - Ungkapan Cinta?
"Mr. Berrand ...,"Panggilan namanya dalam suara sopan dan segan oleh Arnen Louis, membuat perhatian segera dialihkan dari dokumen ke sosok salah satu ajudan terbaiknya itu. Arnen sedang berdiri di depan meja kerjanya."Kapan Lauren akan tiba di sini?" Langsung saja dilontarkan informasi yang ingin diketahui."Miss Lauren tidak mengangkat telepon.""Shitt!" umpat Berrand kesal, secara spontan.Suasana hatinya yang sudah buruk, semakin diperburuk oleh pemberitahuan tak dikendakinya. Jelas memicu emosi dan amarahnya menjadi tambah meluap."Mr. Bryan juga tidak bisa saya hubungi."Berrand tak menanggapi apa-apa kali ini untuk laporan diberikan oleh Arnen, tetapi kedua tangan semakin mengepal di meja. Rahang wajahnya juga tambah mengetat."Apa saya perlu menelepon dokter lain saja? Saya punya kenalan seorang dokter da—""Tidak perlu."
Read more
DMCA.com Protection Status