Share

PERFECT FAKE HUSBAND
PERFECT FAKE HUSBAND
Author: Di_evil

1 - Hantu Masa Lalu

"Kau pasti lapar, ya?"

Loura yang mulai kehilangan fokus penglihatan karena kepeningan menghantam kian kuat kepala, namun masih bisa dilihat si pemilik pertanyaan yang berdiri menjulang di hadapannya.

Loura tidak sempat memberikan respons, tak ingin juga menyahut. Tapi, di tangannya sudah diletakkan sebuah bungkusan. Entah berisi apa.

"Aku kelebihan membeli burger. Aku rasa aku hanya akan makan satu. Jadi, ada sisa untukmu."

Loura belum menunjukkan reaksi apa pun. Mulut dibungkam, padahal ia ingin mengucapkan terima kasih atas kebaikan Bear

Ya, Loura memang punya panggilan khusus. Nama asli dari Bear tidak diketahui secara pasti. Tidak ada niatan untuk bertanya juga. Biarkan menjadi misteri.

"Terima kasih." Loura berucap tulus.

"Sama-sama. Nanti, kalau aku punya makanan lebih lagi, aku akan berikan padamu."

Loura hanya mengangguk. Tak ada kata-kata yang ingin dilontarkan. Namun kemudian, ia hendak mengatakan sesuatu. Sebuah pertanyaan.

Mulut yang sudah dibuka untuk berbicara, kembali ditutup karena sebuah mobil berhenti tepat di depannya dan Bear. Selang beberapa detik saja, empat orang pria bertubuh besar dengan wajah sangat keluar. Lalu, mendekati mereka.

"Akhirnya, kita menemukan gadis kecil bernama Loura Quinn ini, setelah satu jam mencari."

Saat namanya disebut, seluruh tubuh Loura pun merinding. Rasa takut mulai menyerangnya. Firasat memberi tahu bahwa akan ada buruk terjadi.

Loura hendak kabur menyelamatkan diri. Namun, Bear memeluknya dengan erat. Seketika Loura merasa bahwa ia tidak sendiri. Ada orang lain yang akan melindunginya.

"Untuk apa kalian mencari Loura Quinn?"

"Kami akan mengajak dia pergi jauh, Bocah. Jadi, serahkan temanmu itu kepada kami."

"Aku tidak akan membiarkan kalian membawa Loura pergi! Sialan kalian semua!"

"Kau menyebut kami apa? Sialan? Kurang ajar sekali kau bocah tengik!"

"Kau akan mati di tangan kami bocah kecil!"

Bughh!

Bughh!

Bughh!

Tubuh Loura semakin gemetar menyaksikan perkelahian hebat di depannya. Hantaman demi hantaman dilakukan para penjahat pada Bear.

Tidak hanya pukulan, senjata tajam berupa pisau juga digunakan untuk melukai tubuh Bear. Darah mengalir cukup deras dari beberapa bagian tubuh Bear. Para penjahat tidak segan menyakiti.

Loura merasakan guncangan hebat. Tubuh menggigi hebat karena takut. Sementara, rasa pusing di kepala terus menghantam.

Beberapa detik kemudian, akhirnya Loura kehilangan kesadaran. Ia tak akan pernah bisa melupakan wajah lebam Bear yang dipenuhi luka dan tetesan darah, sebelum dirinya menutup mata.

………………..

"Arghhh!" seru Loura kesakitan karena hantaman pusing luar biasa menyerangnya, saat kedua mata sudah membuka.

Badan Loura bergetar hebat. Air mata begitu deras mengaliri kedua pipinya. Keringat juga keluar kian banyak. Sudah membasahi wajah dan bahkan pakaiannya. Tubuh Loura juga menggigil kuat.

Mata yang masih tergenangi oleh cairan bening, coba diedarkan untuk melihat sekeliling. Loura tak perlu lama menyadari, dimana dirinya berada.

Benar, ruangan kerja. Loura sendiri tengah duduk di kursi kebesarannya yang mewah.

"Ak … Aku bermimpi lagi." Loura berucap sangat pelan dengan napas beratnya.

Loura berupaya untuk kembali berpikir jernih, walau tekanan dari rasa takut terus menguji keberanian dirinya melawan jerat kejadian keji di masa lalu.

Menghantui menerus sebagai mimpi mengerikan setiap saat. Paling sering di malam hari. Namun, tak jarang dialaminya ketika siang juga, seperti sekarang.

Loura tidak pernah bisa merasakan terlelap dengan nyaman dan mendapatkan bunga tidur yang indah. Sebuah kemustahilan tak mungkin terwujud selama rasa bersalah menghantuinya setiap waktu.

Drrtt ….

Drrtt ….

Dengan tangan masih gemetar, Loura berupaya cepat mengambil ponselnya di atas meja. Nama penelepon tidak ada. Nomor yang tak dikenalnya.

Loura tidak bisa memfungsikan otaknya secara baik, memikirkan kemungkinan-kemungkinan kenapa ada orang asing bisa menghubunginya.

Loura tak berniat mengabaikan. Ia mengangkat panggilan tersebut. Namun kemudian, diam. Ditunggu si penelepon bicara dahulu.

"Selamat siang. Apa aku benar bicara dengan Loura Quinn?"

Suara berat seorang pria. Nadanya datar.

"Iya, benar. Saya sendiri Loura Quinn. Maaf, ini dari siapa? Ada kepentingan apa menghubungi saya?" Loura bertanya dengan hati-hati.

"Aku saudara Bear. Kau mencari dia bukan? Kau menyewa seorang detektif dewasa?"

Loura seketika merasakan sekujur tubuhnya jadi merinding bukan main. Ucapan si pria di ujung telepon selanjutnya, tak bisa Loura dengar. Masih diselimuti ketidakpercayaan dan rasa kaget besar.

"Kau membicarakan soal Bear? Apakah dia masih hidup? Tolong beri tahu ak--"

"Kau akan tahu, kalau kau bersedia bertemu denganku, Loura Quinn. Aku juga ingin tahu alasanmu mencari saudaraku."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status