Share

2 - Bantuan Loura

Loura sudah menunggu selama satu jam di kafe. Belum ada tanda-tanda tamu yang ditunggunya datang. Namun, Loura optimis akan tetap bisa bertemu. Harapannya sudah terlalu besar.

Sudah belasan tahun cukup baginya menanti untuk mendapatkan informasi tepat soal Bear. Dan kali ini, ada kesempatan baginya untuk tahu.

Loura bahkan sudah berandai-andai. Jika Bear memang masih hidup dengan keadaan yang baik, ia akan bahagia luar biasa.

Tentu, menemui Bear adalah keinginan terbesar Loura selanjutnya. Permintaan maaf hendak ia lakukan secara langsung pada Bear.

Tak sekadar itu, Loura akan memberikan imbalan atas pertolongan yang Bear lakukan padanya dulu. Apa pun itu nanti, akan disanggupinya.

Memikirkan berjumpa dengan Bear, entah mengapa membuat Loura sangat takut. Ia tidak tahu akan bagaimana reaksi Bear.

Peluang dirinya untuk dibenci oleh pria itu begitu memungkinkan rasanya. Masa lalu mereka yang sangat membahayakan Bear, sudah pasti bukan perkara main-main. Loura tak apa menerima kebencian pria itu.

Drrttt …

Drrttt …

Drrttt …

Lenyap seketika semua pemikiran Loura yang buruk soal Bear, ketika ponselnya berbunyi. Tanda ada panggilan masuk. Dari nomor tanpa nama.

Loura enggan memikirkan lebih lama siapa yang tengah menghubunginya. Segera diangkatnya.

"Maafkan aku, Miss Loura Quinn. Aku tidak bisa menemuimu di dalam."

Seorang wanita berbicara. Suara lembut, tapi gugup.

"Bisakah kau saja yang datang ke parkiran? Aku sudah sampai. Hm, baru tiba."

Loura tak lekas memberi jawaban. Justru timbul beberapa pertanyaan di kepalanya. Terutama soal siapa gerangan tengah menghubunginya. Loura begitu bingung. Tentu, juga curiga.

"Aku akan memberikanmu informasi tentang pria yang kau cari. Kau tidak lupa bukan?"

Otak Loura bekerja dengan cepat memikirkan orang yang dimaksud si penelepon. Loura pun tak perlu waktu lama mencari jawaban.

"Bear." Digumamkan nama penyelamatnya dengan mantap. Suara sedikit bergetar.

"Iya benar itu."

"Kau ada di parkiran, ya? Baik, aku akan ke sana sekarang juga." Loura berucap sangat sopan.

Tanpa menunggu jawaban di seberang telepon, segera diambil tindakan. Ya, Loura lekas bangun dari kursi. Lalu, berlari menuju pintu keluar kafe.

Beberapa anak tangga harus dituruni menuju ke areal parkir luas yang terletak di bawah. Sesampai di sana, Loura mengedarkan pandangan. Dalam mencari kendaraan si penelepon kemudikan.

Feeling memberikan petunjuk untuk Loura. Sebuah mobil mewah warna merah menjadi pusat perhatiannya. Namun, harus tetap dipastikan.

Loura membawa ponsel tengah berada di tangannya ke telinga. Panggilan belum berakhir. Ia punya kesempatan untuk bertanya.

"Kau ada di mana, Ma'am?" tanya Loura to the point.

"Mobil SUV warna mewah. Aku menunggumu."

Dugaan Loura tepat. Instingnya bekerja dengan baik. Atensi masih ke arah kendaraan yang dimaksud oleh si penelepon.

Sedangkan, kaki Loura sudah melangkah ke sana sama cepatnya seperti tadi saat keluar dari kafe.

Saat sudah berada dekat dengan mobil tersebut, pintu pun dibuka oleh si penelepon dari dalam.

Loura segera saja naik. Duduk di jok penumpang, tepat di samping pengemudi.

Sosok seorang wanita berambut hitam diikat kuda dan memakai topi, kini sudah ada di hadapannya.

Wanita itu menyambut dengan ramah. Walau, mengenakan masker menutupi wajah, Loura dapat melihat senyum wanita itu dari cara memandang dirinya. Loura merasa tidak terancam.

"Terima kasih sudah mau datang menemuiku di sini. Maaf, aku tidak bisa masuk ke kafe. Aku punya waktu yang terbatas."

Loura menggeleng pelan. "Tidak apa-apa."

"Waktuku bicara denganmu juga sedikit. Jadi, aku akan memberikan kau informasi yang kau mau."

"Pria selama ini kau cari masih hidup. Aku adalah salah satu kerabatnya."

"Saat ini, hidupnya bisa dibilang tak beruntung. Aku tidak mau menyebut dia dalam bahaya."

Loura merasakan rasa lega luar biasa mendengar kalimat pertama yang wanita itu lontarkan. Namun, saat ucapan berikutnya diloloskan dengan nada cemas oleh wanita itu, maka Loura seketika menjadi tidak tenang sama sekali.

"Aku akan langsung saja meminta bantuanmu. Kau boleh menerima atau menolaknya."

"Soal apa?" Loura menanggapi cepat.

"Kesediaanmu menolong. Dia harus diselamatkan hidupnya. Aku berencana melakukan. Tapi, aku tidak bisa sendiri. Aku butuh orang lain."

"Apa yang harus aku lakukan?"

Loura tak mendapat jawaban atas pertanyaan diluncurkannya. Namun, ia tetap memerhatikan wanita itu secara saksama yang tengah mengambil botol air mineral. Lalu, serbuk obat dimasukkan.

"Minumlah ini dulu. Aku akan membawa kau ke suatu tempat. Tapi, kau tidak boleh tahu. Di sana kau akan kami beri tahu rencana kami."

Tanpa menaruh prasangka buruk, Loura segera mematuhi perintah wanita. Ditenggak air dari dalam botol hingga menyisakan setengah saja.

Tak lama kemudian, Loura diselimuti rasa kantuk yang hebat. Ia pun tertidur. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status