“Lu udah lihat beritanya?” tanya Max
“Udah kok, kenapa sih? Biasa aja kali! Kalo lu naksir sama Zelen ya ambil aja.”
“Dih! Mulut babi bilangnya.”
“Pindah kamar buru. Mau ada yang datang.” ucap Dion sambil berjalan menuju kamarnya
“Siapa?” jawab Max
Akan tetapi Dion tidak menjawab balik pertanyaan dari Max. Ia fokus menaiki satu persatu anak tangga. Sesampainya di kamar, Dion memilih duduk diatas kasurnya sambil bermain ponsel. Sedangkan Max, ia memainkan gitar, karena sedang mencoba lagu baru untuk memperdalam skill nya. Ia belajar kata kunci dari lagu tersebut melalui akun youtube miliknya.
Dion kembali mengamati layar ponselnya dengan cepat, berharap gadis itu segera membalasnya. Tetapi nihil, hasilnya masih sama saja. Sofia belum membalas lagi pesan dari Dion. Berbarengan dengan suara teriakan Pak Johan dari bawah, yang suaranya tidak cukup jelas bag
Semua sudah berkumpul di meja makan, dengan seragamnya masing-masing. Menghabiskan sarapan buatan Bu Sisi. Seperti biasa sebelum menjalankan rutinitas hariannya, Pak Johan dengan terang-terangan mencium kening istrinya di depan anak-anak dan Max.Lalu Maxel segera membuntuti Pak Johan sampai masuk ke dalam mobil. Sedangkan Dion dan Max masih asyik bermain ponselnya, mereka berdua menunggu waktu masuk sekolah kurang dari 5 menit. Karena jarak rumah dan sekolah Dion yang kini sangat dekat.***-Sekolah-Tepat jam 07.00 pagi, Dion dan Max sudah berada di kelas. Mereka siap mengikuti ujian terakhir di sekolahnya. Sebelum memulai, pengawas yang dimana merupakan guru dari sekolah itu sendiri merasa sedih, karena dalam waktu dekat ia akan melepas anak-anaknya untuk berlanjut ke SMA atau SMK.“Anak-anak berhubung hari ini adalah ujian terakhir bagi kalian semua, semoga kalian bisa benar-benar mengerjakan dengan bai
“Gandengan baru nih? Cepat banget ya move on nya.” ledek salah satu teman Dion“Bacot lu! Kalian pesan apa?”“Biasa lah.” jawab teman Dion sambil menirukan intonasi anak kecil di sebuah aplikasi dance viralDisusul tertawa kencang dari teman-temannya. Suasana geng mereka selalu ramai daripada geng tongkrongan pengunjung lain. Dan penuhnya asap yang berterbangan muncul dari gerombolan tongkrongan mereka. Semua anggota adalah perokok dan vapers.Karena pelayanan cafe yang cukup baik dan tanggap, tiba-tiba table mereka di datangi seorang waiters.“Siang, mau pesan makanan dan minuman apa?” ucap seorang waiters “Sebentar mba.” jawab Dion“Sayang, kamu mau pesan apa?”“Aku mau pesan cookies and cream aja sayang.” jawab Sofia“Oke mba, cookies and cream nya 1.”“Lalu apal
Pak Johan kembali dengan segelas air hangat yang sedikit tumpah-tumpah. Lalu memberikannya kepada Bu Sisi. Dan Bu Sisi pelan-pelan membantu Dion untuk meminumnya dan menelan obat.Sedangkan Maxel, diperintah mengambilkan pakaian Dion di dalam lemari. Ia mengambil sebuah kaos berwarna hitam.“Koko bajunya hitam semua? Ga ada warna yang lain?”“Terus mau pakai warna apa? Axel ga mau warna hitam.” gerutu Axel dengan polosnya“Xel, buruan jangan diperlambat! Cepat sini berikan.” ucap Bu SisiAxel melemparkan pakaian Dion, dan tepat mendarat diatas kasur. Kali ini giliran Pak Johan dan Bu Sisi membantu anak sulungnya ini memakai pakaian.***Posisi Dion masih dalam keadaan duduk, kepalanya ia sandarkan di pundak Bu Sisi. Pak Johan dan Maxel memilih untuk menunggu di ruang tamu. Lagi-lagi sesak nafasnya kambuh. Sungguh rasa itu menyiksa baginya, andai saja ada alarm yang me
Sisa dari kejadian kemarin, setelah Pak Johan tiba, keluarga Dion menghabiskan malam dengan dinner bersama.***-Keesokan paginya-Jam menunjukkan pukul 09.00 pagi. Bayangan sinar matahari sudah terlihat, dibalik gorden yang tertutup. Dion masih menggeliat kan badannya, ia masih bermalas-malasan untuk 15 menit ke depan.Melepas ponsel dari charger yang terpasang. Lalu membuka lockscreen, beberapa notif dari media sosialnya sudah bermunculan di jendela ponsel.Terlihat pesan dari Sofia di aplikasi chatting, tanpa pikir panjang Dion langsung membukanya.“Tipikal kamu emang kaya gini? Pacarnya ngambek justru kamu yang hilang.” send: 23.00“Gua kira pacaran sama lu itu asyik parah, tapi ternyata semua yang gua bayangin benar-benar ga sesempurna ekspetasi!” send 00.00Dion yang membaca pesan dari kekasihnya, mulai jengkel. Di dalam pikirannya, ia mudah mendapatkan wanita lain tanpa
Maxel sudah berada di kamarnya, ia siap melawan Dion di dalam permainan playstation ini. Sembari ia memakan telur mata sapi, yang di lumuri kecap buatan Bu Sisi.Antusias mereka saat memainkan sangat heboh, keduanya gemas habis-habisan. Menambah skill bermainnya agar tidak kalah tanding.“Koko pasti kalah, Axel udah jago main permainan ini.” ucapnya dengan nada menyombongkan diri“Ga boleh kamu yang menang! Kamu aja mainnya cupu.” jawab Dion sambil mengakakPertarungan sengit sedang berlangsung, mata mereka menatap sangat tajam layar komputernya. Sampai pada skor terakhir, Dion lah yang memenangkan dengan jumlah tertinggi. Terdapat kekesalan di raut wajah Maxel, ia langsung tidak bersemangat.Akhirnya Maxel memutuskan meninggalkan kamar Dion, menuju dapur dengan membawa piring kotornya. Mereka bermain dengan waktu yang cukup lama, mata Dion lelah. Ia memilih untuk memejamkan matanya sebentar di siang hari.&
Bakso cuanki sudah habis, meletakkan sisa bungkus makanan di tengah-tengah lingkaran duduk yang mereka buat. Untuk penutup, berupa minuman dingin, mereka membeli segelas es teh manis.Setelah selesai menghabiskan camilan ringannya, mereka berpindah tempat sembari membuang sampah. Disana sudah disediakan kotak sampah yang cukup besar, yang terbuat dari besi.Sambil berjalan mencari tempat kosong untuk duduk, mata mereka tertuju pada suatu komunitas hewan. Farren merengek, ingin melihat komunitas apakah yang sedang dikerumuni banyak orang itu? Akhirnya semua memutuskan menuruti permintaan Farren. Semakin dekat langkah mereka, semakin jelas bahwa komunitas itu adalah komunitas kucing. Tetapi mereka belum tau jenis kucing apa di dalam komunitas itu.Ketika sudah tiba, baru lah mereka melihat dengan jelas jika komunitas itu membawa kucing persia. 5 kucing persia itu ditaruh dalam kandang. Sungguh ialah kucing yang menggemaskan!&n
-Farren-Velma dan Iris sudah pulang lebih awal. Merupakan sesuatu hal yang baik, agar kedua temannya itu tidak iri kepada dirinya. Karena Dion hanya mengajak Farren saja.Kini Farren sudah selesai mandi, ia sedang mengeringkan rambut dengan hair dryer. 10 menit berlalu ia segera mencari setelan pakaian berwarna kuning di lemarinya.Farren memilih memakai crop t-shirt putih dengan motif bunga-bunga yang berwarna kuning. Dipadu dengan celana jeans nya, kemudian memakai sepatu sneakers berwarna hitam.Setelah urusan penampilan selesai, ia langsung menuju meja riasnya. Memoles sedikit wajahnya dengan make up tipis. Lalu ia menaruh baju renang, yang cukup sexy. Ia masukkan ke dalam tas ransel kecil yang juga berwarna kuning.Karena persiapan Farren sudah sempurna, dirinya segera menghubungi Dion.***-Rumah Dion-Maxim yang sudah menghabiskan cerealnya, hanya menyisakan mangkuk kotor di tangan Dion.&nb
Beberapa menit kemudian pesanan mereka datang. Sepaket nasi dan lauk, serta minuman dingin lemon tea sebanyak 3 buah. Mereka melahapnya dengan cepat.Setelah sekian menit mereka telah menghabiskan waktunya di cafe, kini makanan dan minuman yang mereka pesan pun sudah habis. Memberi waktu kepada perutnya, agar semua makanan yang mereka makan bisa cepat turun dalam kurun 1 jam. Dalam 1 jam itu pun Dion dan Max mengisinya dengan mengobrol santai, lagi-lagi menghisap vapornya kembali. ***-Perjalanan pulang-Mereka bertiga sudah meninggalkan cafe itu, kini Dion dan Max sedang mengantarkan Farren ke rumahnya.“Akhirnya sampai.” ucap Dion kepada Sofia“Thanks pacar!” jawab Farren sambil mencubit pelan hidung Dion“Aku masuk ya,” timpal Farren lagi sambil berjalan memasuki rumahnyaRespon Dion hanya mengangguk saja, lalu ia segera menuju rumahnya yang hanya selisih 1 rumah.&