All Chapters of Heartbeat: Chapter 11 - Chapter 20
77 Chapters
The Beginning
“Aku harap setelah kau mendengarkan ceritaku, kau tidak akan lagi memiliki niat untuk mengintai Dokter Sbastian,” ucap Suster Jane ketika Carla berpamitan padanya untuk kembali ke toko bunga.“Aku memang sudah tidak berniat untuk mengintainya lagi atau sembunyi-sembunyi memperhatikannya,” ucap Carla diiringi senyum misterius.“Aku tidak menyukai senyuman itu, aku sangat tahu arti senyuman itu Carla,” ucap Suster Jane dengan tatapan kesal.Carla memainkan matanya, “Jangan terlalu khawatir, aku akan baik-baik saja,” Carla mencoba untuk menyakinkan Suster Jane.“Kau memang keras kepal.”Carla tersenyum kecil, “Ya, itulah aku. Tapi aku masih penasaran bagaimana Suster tahu tentang ancaman yang diberikan oleh Kakek Sbastian?” Carla menatap penuh selidik suster kenalan baiknya itu.“Aku tidak akan mengatakan alasannya, lagi pula bukankah kau harus kembali ke toko bunga?&
Read more
Beautiful
“Gaun itu sangat cocok untukmu Carla,” ucap Joy dengan raut bahagia ketika gadis bermata abu-abu itu keluar ruang ganti.Halter dress berwarna cokelat muda nampak begitu indah dipakai Carla. Membuat leher gadis berambut panjang itu terlihat jenjang. Gaun sepanjang kaki Carla itu terbuat dari bahan Barbie Crepe kualitas nomor satu hingga terasa nyaman saat dipakai dan kainnya yang jatuh akan mengikuti bentuk tubuh. Terdapat belahan di bagian samping gaun itu dari bagian paha hingga ujung gaun yang akan terbuka jika digunakan untuk berjalan. Hal itu menambah kesan seksi dan membuat kaki jenjang Carla tampak terlihat indah.“Kau membuatnya dengan sempurna Joy. Ini indah sekali,” puji Carla dengan tulus.“Aku senang jika kau menyukainya,” Joy merapikan gaun itu sambil melihat jika ada kekurangan di gaun rancangannya.“Aku sangat menyukainya, bagiamana bisa kau membuat gaun ini begitu
Read more
The Stubborn
Jalanan London terlihat begitu berkilau di malam hari. Lampu-lampu bergaya clasik menghiasi jalanan kota yang sedang menyambut musim gugur itu. Kafe-kafe di sepanjang jalan menuju rumah sakit St Thomas’ nampak ramai pengunjung. Itu memang sudah waktunya untuk makan malam.Carla dengan wajah ceria kembali ke rumah sakit St Thomas’, ia tahu hari itu Suster Jane sedang bertugas malam dan siang sebelumnya dia juga mengecek ke bagian adiministrasi bahwa Sbastian ada jadwal untuk mengoperasi pasiennya pukul enam sore. Oleh karena itu, Carla memutuskan untuk kembali berkunjung ke rumah sakit yang hanya berjarak sekitar dua puluh menit dari toko bungannya itu.“Kau ada di sini?” Suster Jane yang sedang berada di pos jaga bagian depan terkejut dengan kedatangan Carla.Gadis bermata abu-abu itu tersenyum riang sambil memberikan pelukan hangat pada sang suster.“Carla, apa yang kau lakukan di sini malam-malam begini?” tanya Suster
Read more
The Truth
Carla tak menyerah meski di malam sebelumnya ia menerima penolakan dari Sbastian bahkan menerima amarah pemuda itu. Ia akan berusaha untuk mendekati si dokter angkuh dan dingin itu. Siang hari, ketika jam makan siang tiba, Carla kembali mengunjungi rumah sakit St Thomas’ dengan membawa makan siang berupas Fish and Chips. Salah satu hidangan yang umum di sajikan di Inggri. Ikan yang telah dibersihkan bagian durinya digoreng dengan baluran tepung yang telah diberi bumbu. Kemudian, disajikan dengan kentang goreng dan dipadukan dengan saus tartar dan saus sambal. Carla berharap agar kali ini Sbastian menerima makanan yang dibawanya.Pada saat Carla hampir tiba di ruangan si deokter bermata hijau itu, ia melihat seorang perempuan yang sangat dikenalnya dengan baik keluar dari ruangan sang dokter dengan wajah berurai air mata. Rasa panik menyergap diri Carla. Buru-buru ia menghampiri perempuan itu.“Evelyn, apa yang terjadi? Kenapa kau keluar dari ruangan ahli ka
Read more
Locked
Carla berjalan ke ruangan Sbastian dengan rencana di kepalanya. Kali ini ia tidak akan membiarkan dirinya kalah dari sang dokter keras hati. Kali ini ia akan pastikan bahwa Sbastian pasti akan memakan siang yang dibawakannya.Sesampainya di depan ruang Sbastian, Carla mengetuk pintu itu beberapa kali, suara Sbastian yang terlihat kesal mempersilahkannya masuk. Tangan Carla meraih gagang pintu ruangan itu, membukanya perlahan. Kemudian, dengan hati-hati ia melangkahkan kakinya, masuk ke dalam ruangan dan setelah itu kembali menutup pintu dengan hati.Sbastian yang saat itu nampak sedang menundukkan kepalanya sambil memijat-mijat keningnya dengan tangan segera mengangkat kepalanya ketika mendengar suara pintu ditutup kembali setelah dibuka.“Kau?” Sbastian nampak terkejut melihat Carla berada di depan pintu ruangannya. Ia tak menyangka yang mengetuk pintu itu adalah si gadis yang dianggapnya sebagai pengganggu. Ia kira orang yang mengetuk pintu ruangan
Read more
The Plan
“Perempuan itu pasti yang meminta bantuanmu untuk mengusik hidupku bukan?” Sbastian kembali berbicara setelah duduk di kursi kerjanya.Carla menghentikan gerakan tangannya yang akan kembali memasukkan makanan ke dalam mulutnya, “Perempuan itu? Ah…maksudmu Evelyn? Kakakmu?”Sbastian menghembuskan nafas kesal, “Terserah apa katamu!”“Kau harusnya tidak menyebut kakak kandungmu sendiri dengan sebutan ‘perempuan itu’,” Carla mencoba unutk menasihati si dokter berkepala batu itu.“Itu bukan urusanmu, jawab saja pertanyaanku!” bentak Sbastian.“Aku sudah menjawabnya tadi. Aku baru tahu kau adik Evelyn dan aku tegaskan sekali lagi kakakmu itu tidak pernah meminta bantuanku untuk mendekatimu,” ucap Carla asambil menatap tajam Sbastian yang berjarak beberapa meter darinya.Sbastian tersenyum sinis, “Apa kau pikir, aku akan percaya ucapanmu itu?”
Read more
Never Give Up
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya seorang tukang kunci pun datang ke depan ruangan Sbastian. Dokter muda itu melampiaskan amarahnya pada si tukang kunci yang malang. Carla hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat Sbastian yang sedang meluapkan emosinya. Gadis bermata abu-abu itu merasa kasihan pada si tukang kunci yang terpaksa mendengarkan omolen dari si dokter berhati dingin.“Diamlah Sbastian! Jika kau terus memarahinya, dia akan sulit untuk berkonsentrasi,” tegur Carla yang sedang duduk di sofa ruangan Sbastian.“Kau jangan berani-berani menasihatiku!” bentak Sbastian yang membuat Carla memutar bola matanya malas.“Kau pasti sudah tidak sabar keluar dari sini karena sudah terlalu lapar bukan?” goda Carla.“Suaramu hanya membuat kepalaku semakin pusing gadis gila, jadi sebaiknya tutup mulutmu itu!” ucap Sbastian dengan kasar.Carla berdiri dari sofa yang didudukinya, berjalan mendekat
Read more
Morning
Udara pagi musim gugur terasa lebih dingin, namun tetap menyenangkan untuk dinikmati. Berjalan-jalan santai pun terasa menyenangkan karena matahari tak bersinar terlalu terik. Pagi itu Carla pergi ke kawasan Golders Hill Park, taman tak jauh dari Compton Avenue, tempat Sbastian tinggal. Gadis bermata abu-abu itu mendesak Evelyn untuk memberikan alamat tempat tinggal Sbastian. Meski awalnya, Evelyn menolak untuk memberikan alamat sang adik, namun akhirnya Carla berhasil menyakinkan sahabatnya itu.Selain meminta alamat, Carla pun mendesak Evelyn untuk memberinya informasi lebih tentang Sbastian. Tidak banyak yang Evelyn tahu tentang sang adik karena mereka memang tidak dekat.  Namun, Evelyn beberapa kali di pagi hari pernah datang ke mansion sang adik, ternyata tak menemukan Sbastian di mansionnya, dokter muda itu sering menghabiskan waktu pagi dengan berolahraga di kawasan Golders Hill Park.Oleh karena itu, Carla pun rela pergi jauh-jauh hingga ke Golders Hill Pa
Read more
Worry?
Sbastian terperanjat, ia kembali memeriksa nadi Carla, “Syukurlah denyut nadimu sudah kembali normal,” ucap Sbastian dengan suara datar.Carla tersenyum kecil, ia melepaskan oksigen yang terpasang di hidungnya.“Apa yang kau lakukan?” tanya Sbastian.“Aku sudah baik-baik saja, aku tidak membutuhkan oksigen ini lagi,” ucap Carla sambil menatap Sbastian lekat-lekat.“Kau yakin sudah membaik?” tanya Sbastian dengan raut khawatir.Carla tersenyum riang, “Ah…rupanya kau mengkhawatirkanku ya?” Carla meledek.Sbastian menelan salivanya, “Aku akan mengkhawatirkan siapa pun yang tiba-tib apingsan di depanku,” ucap Sbastian dengan suara dingin.Carla mencoba untuk duduk dari posisinya yang berbaring, Sbastian ingin membantu tetapi mengurungkan niatnya itu, ia tidak mau membuat gadis bermata abu-abu itu semakin meledeknya.“Anggap saja aku mempercayainya.
Read more
In Your Car
Sbastian menyetir mobil mewahnya dengan wajah dilipat. Carla terus memperhatikan wajah tampan dokter itu. Mereka berdua meninggalkan mansion Sbastian setelah Carla menghabiskan sup ayam buatan Sbastian.“Kenapa kau terus menatapku?” tanya Sbastian dengan dingin.“Karena kau terus menekuk wajahmu,” ucap Carla sambil terus menatap wajah Sbastian.“Itu karena kau terus membuatku kesal,” Sbastian melirik Carla beberapa detik.Carla menggeleng-gelengkan kepalanya, “Meski aku tidak membuatmu kesal, kau pasti akan tetap menekuk wajahmu, itu sudah kebiasaanmu dan kebiasaan itu susah dihilangkan.”“Bukan urusanmu!” bentak Sbastian.Carla menghembuskan nafas kesal, gadis itu menyenderkan punggunya di sandaran kursi mobil Sbastian, kini tatapan matanya menatap lurus jalanan depan. suasana jalanan London mulai dipenuhi kendaraan bermotor.“Antarkan aku ke Oxford Street,” ucap
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status