Lahat ng Kabanata ng Lost You in the Melody: Kabanata 11 - Kabanata 20
29 Kabanata
BAB 11 ~ FREE DAY
(Sean pov.) Hari ini, Sean akan pergi mencari orang yang ingin ia cari sejak pulang ke negara ini. Ia berencana untuk naik angkutan umum saja, karena daerah itu dekat dengan halte. Mungkin saja, ia akan bertemu dengan mereka saat di perjalanan. Sebelum pergi dari asrama yayasan, Sean meminta ijin dari paman Moza terlebih dahulu agar beliau tidak khawatir bila melihat Sean tidak berada di tempatnya. Tak lama menunggu di halte terdekat dari asrama itu, bus yang menuju ke tujuan Sean telah tiba. Ia segera naik, lalu menggesekkan kartu angkutan umum yang diberikan pamannya pada mesin pembayaran otomatis dan segera mencari duduk di bagian belakang bus ini. Sudah lama sekali rasanya, Sean tidak menumpangi kendaraan umum seperti saat ini. Terlihat banyak sekali yang telah berubah. Semua sudah serba canggih dan terlihat lebih modern dibanding dulu.       -------------------- Setelah sampai di sana, Sean langsung turun dan mulai
Magbasa pa
BAB 12 ~ FREE DAY
“Bukankah kau Keira? Aku Noel..” kata pria itu sambil memastikan gadis di depannya ini benar-benar orang dia maksud atau bukan. Keira melihat pria itu berbadan tinggi, memakai kaos warna putih polos yang berukuran lebih besar dari badannya, dan menyelipkan sedikit bagian bawah depan bajunya ke dalam celana yang ia pakai. Memakai sandal selop bewarna hitam dan celana selutut yang juga bewarna hitam. Rahangnya tampak tegas dan memiliki bulu mata serta alis yang lebih tebal dari pada Keira. “Noel? Ma’af, sepertinya aku tidak mengenalmu..” “Benarkah? Tapi kau ini Keira anak jurusan piano, kan? Aku teman sekelasmu,” kata pria itu lagi untuk memastikan. “Benar.. Aku Keira jurusan piano. Tapi aku sama sekali tak mengenalmu,” kata Keira sambil terus memandangi pria di depannya, berharap akan mengingat sesuatu tentang teman sekelasnya ini. “Sepertinya kau memang benar-benar tidak mengenalku. Aku memang jarang aktif sih di kelas, tapi sepertinya kau leb
Magbasa pa
BAB 13 ~ DAY 2
keira membantu paman Noir untuk meunutup toko, ia membereskan barang-barang yang berserakan lalu menyapu lantai. Hari ini Keira akan mengunjungi kakaknya dengan membawa buah pemberian nenek Madu tadi siang. Ada beberapa apel dan juga buah naga ungu kesukaan kakaknya. “Selamat beristirahat paman,” kata Keira sambil memakai tas di punggungnya. “Kau juga, Kei.” Keira pergi keluar dari toko tersebut dan segera berjalan menuju rumah sakit. Seperti biasa ia akan membeli bunga krisan terlebih dahulu di toko dekat rumah sakit. Setelah sampai di kamar Rega, Keira langsung duduk di sebelahnya dan mengambil piring di atas nakas. “Kak, aku membawakan buah kesukaanmu. Buah Naga!” kata Keira sambil menujukkan kantung buah di tangannya. “Dari nenek Madu?” tanya Rega sambil menoel-noel kantung buah tersebut. “Tepat sekali. Tunggu sebentar aku akan mencuci tangan terlebih dahulu.” Keira berjalan menuju wastafel di dalam kamar tersebut l
Magbasa pa
BAB 14 ~ DAY 2
“Mari kita berangkat tuan pengangguran,” kata Keira sambil menaiki motor Sean dengan senyum penuh kemenangan. Sean memejamkan mata sambil menghembuskan napas lelah. Gadis di depannya ini jauh lebih licik dari yang ia kira. Tak lama setelahnya, Sean langsung menjalankan motornya untuk segera berangkat. Sesekali Keira mengingatkan Sean agar tidak mengantuk saat di perjalanan. “Hei, jangan mengantuk!” kata Keira sambil menepuk bahu Sean. Beberapa kali ia mengucapkan kata-kata tersebut dan hanya dijawab dengan dehaman saja oleh Sean. Sampai akhirnya mereka tiba di parkiran asrama, dengan sigap Keira melepas helm nya dan memberikannya pada pria di depannya ini. “Terima kasih.” Setelah mengatakan itu Keira langsung pergi meninggalkan Sean yang masih sibuk menaruh helm yang dipakai Keira lalu mencopot helm yang dipakainya sendiri. Baru saja masuk ke dalam asrama, Keira langsung diserang oleh tiga anak kecil yang berlari menuju
Magbasa pa
BAB 15 ~ SUSU PISANG
“Ayolah. Ada yang ingin sekalian kubicarakan padamu. Ini sangat penting bagiku,” ucap Sean dengan nada memohon. “Kau kan bisa langsung bicara saja tanpa harus membawaku ke sini.” Sean menatap Keira dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. Keira membalas tatapan Sean dengan raut garang, namun  sepertinya ia gagal karena malah terlihat menggemaskan. Tanpa banyak bicara lagi, akhirnya Sean memutuskan untuk langsung menarik tangan Keira menuju ke ruko tujuannya. Mungkin meski terlihat sedikit kasar, namun sebenarnya Sean tidak menariknya dengan keras. Keira tersentak kaget, namun tidak memberontak. Ia tak melepaskan genggaman tangan Sean. Ia terus menatap tangannya yang sedang ditarik lembut oleh seorang pria di depannya ini. Entah mengapa, terasa sangat... hangat. Tess... Tiba-tiba air mata Keira jatuh dari mata bagian kanannya. Tess.. tess.. Dalam waktu sepersekian detik, kedua matanya terus mengeluarkan a
Magbasa pa
BAB 16 ~ DAY 3
Pagi ini, Keira duduk di depan cermin sambil beberapa kali memejamkan mata. Sejak bangun tidur tadi ia merasa pusing dan sedikit lemas. Ia memijat kepalanya pelan, lalu mengoleskan minyak angin super panas di titik-titik kepala yang terasa berdenyut. Namun sepertinya ia masih bisa berangkat ke kampus, karena tidak begitu terasa parah. Ia segera bersiap dan berangkat seperti biasa. Tak lupa ia memakai outer rajut yang lebih tebal dari biasa karena merasa sedikit kedinginan. --------------- Sampai di kelas, Keira langsung duduk di bangkunya dan membenamkan kepala di lipatan tangannya di atas meja. Karena dengan begitu ia merasa lebih baikan. “Pagi, Kei!” Suara Noel terdengar menyapa. Keira hanya menolehkan kepala saja karena terlalu malas untuk mengangkatnya. “Hmm..” “Kau kenapa? Suaramu terdengar lemas,” tanya Noel sambil mengambil kursi di sampingnya yang masih kosong. “Aku baik-baik saja, aku.. kurang tidur, mu
Magbasa pa
BAB 17 ~ BISKUIT PISANG
“Ada apa? Anak-anak mengatakan ada yang pingsan tadi.” “Iya, gadis ini pingsan. Aku tadi sempat menyentuh keningnya. Sepertinya ia demam,” jawab Sean sambil memilih beberapa peralatan medis yang ia butuhkan dengan tenang. Paman Moza berjalan mendekat ke arah Keira, ia melihat keadaannya. Memang muka Keira terlihat sangat pucat sekali, dan warna gelap di bawah matanya sangat kontras. Sean datang dengan membawa barang-barang yang diambilnya tadi. Di kedua tangannya sudah terdapat minyak angin dan sebotol alkohol, serta stetoskop yang sudah bertengger manis di lehernya. Paman Moza terus memperhatikan semua yang dilakukan Sean pada Keira. Ia melihat Sean yang sedang memasang stetoskop pada telinganya, lalu memeriksa bagian dimana denyut jantung Keira dapat terdengar dan juga di beberapa bagian perutnya. Setelah melakukan hal tersebut, Sean mencoba untuk membangunkan Keira dengan minyak angin yang telah dibawanya tadi. Namun, tidak ada respon.
Magbasa pa
BAB 18 ~ TERTIDUR
Sean memutuskan untuk segera menghampiri Keira dan melihat bagaimana kondisinya sekarang. Ia menyentuh keningnya dan merasa bahwa suhu tubuh gadis itu tidak banyak menurun, serta gestur tubuhnnya menandakan jika ia sedang merasa gelisah. Jadi, Sean memutuskan untuk mengompres kening Keira saja, agar dia bisa merasa lebih nyaman dan tidak gelisah seperti itu. Sebenarnya di tempat ini tersedia kompres instan, tapi itu hanya diperuntukkan untuk anak-anak kecil saja. Sehingga, jika Keira menggunakannya sekarang maka efeknya tidak akan begitu membuahkan hasil. Sean pun pergi ke dapur untuk menyiapkan air kompresan, lalu mengambil sebuah handuk kecil. Setelah semuanya siap, ia segera kembali untuk melaksanakan niatnya tadi.   Ditaruhnya baskom berisi air tersebut di atas nakas, dan mulai memeras handuk yang sudah di celup-celupkannya barusan. Ia melipat handuk tersebut sedemikian rupa hingga pas untuk ditaruh ke atas kening Keira lalu menepuk-nepuknya pelan.
Magbasa pa
BAB 19 ~ ANAK KUCING
Keira membuka matanya perlahan setelah mendengar suara beberapa anak kecil yang sedang tertawa dengan samar-samar. Suara mereka terdengar sangat menyenangkan dan juga menenangkan. Saat matanya benar-benar terbuka, entah kenapa penglihatannya menjadi kabur sehingga tidak bisa melihat apapun dengan jelas. Meskipun Keira telah berusaha mengedipkan matanya beberapa kali, tapi tetap saja terlihat,, buram. Keira mencari sumber suara anak-anak kecil yang didengarnya tersebut. Setelah berjalan beberapa langkah, akhirnya tampaklah mereka semua. Tiga anak kecil yang sedang bermain di depan sebuah toko. Sebentar, Keira sepertinya sangat mengenali lingkungan tempat ini. “Ini..... Toko paman Noir?” Ucap Keira pelan. Keira berjalan mendekat ke arah anak-anak kecil tersebut, mereka tampak sangat asik sekali bermain lari-larian. Lalu dilihtnya ada satu anak yang terjatuh, se
Magbasa pa
BAB 20 ~ KELUARGA?
Tepat detik ini, mata mereka berdua bertemu. Rasa-rasanya, kini waktu berhenti untuk beberapa saat.   Tak berselang lama, Keira tersenyum tipis sambil mengacungkan jempolnya pada Sean sebagai tanda paham atas perkataannya tadi. Sementara Sean, “cantik...” ungkapnya lirih, matanya terpaku pada semua pergerakan Keira yang sedang berjalan di depannya ini. Sean menggelengkan kepalanya berkali-kali untuk menyadarkan diri. Tidak seharusnya ia memandang seseorang diam-diam seperti itu, tidak sopan. “Lantas, kau tidak makan?” Tanya Keira sebelum berjalan pergi meninggalkan ruangan itu menuju ruang makan. “Makan, nanti..” Jawab Sean sambil mengalihkan pandangannya menuju laptop dan belagak sok sibuk dan serius. “Mau pergi bersama?” “Tidak, kau duluan saja.” Keira mengedikkan bahu sambil berkata, “yasudah..” Lalu berjalan keluar sambil menggenggam obatnya di tangan. Kei
Magbasa pa
PREV
123
DMCA.com Protection Status