"Kau jahat sekali...! Dunia ilusi buatanmu ini, kejam sekali! Aku belum pernah menemui orang sejahat dirimu sebelumnya, DEMI TUHAN! Belum puas aku menangisi kematiannya saat itu, sama sekali belum puas. Kesedihanku baru saja dimulai, bahkan hari-hari sulitku belum dimulai sama sekali. Mengapa kau tidak membiarkanku merasakan semua itu dan menahanku selama bertahun-tahun seperti ini? Ini bahkan lebih sakit berkali-kali lipat rasanya!!!"
View MoreSedari kecil, Keira suka bermain piano. Ia dan kakaknya sering belajar bersama di rumah dan di sebuah toko jual beli alat musik dekat rumahnya, toko Bluestone milik paman Noir. Kakaknya sangat pandai bermain piano saat itu. Namun, sekarang tidak mungkin karena piano yang berada dirumah telah dihancurkan dan dibuang oleh ayahnya ketika ia masih kecil. Tidak banyak yang Keira ingat, yang dia ingat hanyalah amarah ayahnya yang menggebu-gebu melarang mereka untuk bermain piano lagi. Pun kakaknya yang kini sudah tidak berada dirumah.
Seperti biasa, hari ini Keira ada kelas di kampusnya. Ia harus mulai bersiap dan berangkat ke sana. Waktu tempuh menuju kampusnya hanya 15 menit dengan berjalan kaki.
Setelah Keira sampai di kampus, ia langsung menuju kelasnya dan menempati tempat duduknya. Sekitar lima menit lagi kelasnya akan dimulai. Ruang kelas pun sudah penuh.
“Selamat pagi..” ucap dosen yang tiba-tiba masuk, dan kelaspun dimulai seperti biasa.
Sekarang ini merupakan tahun kedua Keira berada di kampus itu. Sangat menyenangkan baginya menempuh studi disana, meskipun banyak badai dan rintangan yang harus ia lewati sendirian. Keira memang sudah terbiasa melakukan segalanya sendirian, karena memang tidak ada satupun orang yang bisa ia andalkan.
Hari ini kelas keira berakhir dengan lancar. Ia diberi tugas mengaransemen sebuah lagu untuk ujian semester, yang akan diadakan tiga bulan lagi. Tapi disamping hal itu, ia sedikit lega karena lagu yg dipilih oleh dosennya untuk diaransemen adalah lagu yang tidak asing baginya. Canon. Canon adalah salah satu lagu klasik yang sangat terkenal. Lagu tersebut adalah lagu yang paling sering ia mainkan sejak kecil. Banyak memori yang terkandung di dalamnya.
Selesai kuliah, Keira pergi ke tempat paman Noir. Ia bergegas kesana karena bekerja paruh waktu. Meskipun kehidupan Keira sangat amat tercukupi, ia tetap bekerja untuk menghabiskan waktu diluar rumah. Ia sangat benci dengan suasana rumahnya yang sepi serta kedua orangtua yang tidak pernah peduli padanya. Sebisa mungkin ia hanya pulang saat ingin tidur dan mengambil barang saja. Sebenarnya dahulu paman Noir tidak menyetujui rencana Keira yang ingin bekerja paruh waktu ditempatnya, karena paman Noir sangat paham seberapa banyak beban pikiran maupun beban tugas-tugas dari kampus yang harus Keira tanggung. Paman Noir akan senang jika Keira hanya bermain dan melakukan hal apapun di tempatnya, seperti kebiasaannya dari dulu. Namun, Keira tetaplah Keira. Ia selalu keras kepala ingin membantu paman Noir yang bahkan hanya mampu menggaji Keira dengan nominal yang sangat kecil. Namun, memang bukan itu yang Keira cari. Ia hanya ingin membantu paman Noir dan juga ingin menghabiskan lebih banyak waktu di luar rumah saja. Dan akhirnya, paman Noir menyerah lalu membiarkan Keira melakukan hal yang ia mau.
Hari ini hujan gerimis, untung saja Keira membawa payung lipat ditasnya. Ia mulai berjalan dengan sedikit cepat diatas jalanan yang licin namun hati-hati. Saat hampir tiba di toko tersebut, Keira melihat nenek tua penjual buah disebelah toko paman Noir sedang kesusahan mengumpulkan buah tomat yang berserakan di depannya. Sepertinya, keranjang buah tomat tersebut telah terjatuh. Dengan segera Keira melipat payungnya yang basah dan membantu nenek tua tersebut.
“Keira bantu ya nek,” ijin Keira sesaat sebelum ia mulai memungut tomat tersebut.
Saat itu juga nenek langsung berkata, “Terimakasih, kei.” sambil tetap mengambil buah tomat yg berada di bawah.
“Sama-sama nenek madu yang manis legit…” ucap Keira sambil tertawa lebar.
“Kau ini tidak pernah berubah,” ujar nenek madu melihat tingkah Keira.
Dibawah hujan gerimis Keira mengambil beberapa buah yang terlempar agak jauh dari posisi keranjang.
Saat Keira mengambil tomat-tomat tersebut, ada seorang pria yang keluar dari toko paman Noir. Pria itu tinggi dengan memakai kemeja bewarna coklat garis-garis hitam dan memakai topi hitam, sehingga matanya tidak begitu terlihat. Bagian lengannya setengah terlipat. Celana bahan bewarna hitam dan sepatu tali bewarna coklat senada dengan bajunya. Saat ia berjalan keluar dan hendak pergi dari toko paman Noir dengan sedikit kesal, pria itu tak sengaja menginjak dua buah tomat yang ada di depan Keira dengan kaki kanan dan kirinya secara beruntun.
“Apakah aku perlu meminjamkan mataku agar kau bisa melihat dengan jelas? Lihatlah apa yang kau lakukan!!!” semprot Keira dengan nada tertahan agar nenek madu tidak mendengar kegaduhan yang sedang terjadi.
Pria tersebut terlihat masih berkutat dengan dengan sepatunya yang terondai cairan tomat dengan sedikit ampas yang menempel. Ia menarik napas lelah karena selain kesialan yang terjadi pada sepatunya, sepertinya ia akan menghadapi amarah gadis yang ada dihadapannya ini.
“Heii!!!” gertak Keira sekali lagi.
“Ma’afkan aku, aku tidak sengaja. Aku sedang buru-buru tadi sehingga tak sadar menginjak tomat milikmu,” kata pria itu dengan sedikit mendongak agar dapat melihat gadis didepannya ini karena tertutup oleh topi miliknya.
Saat baru saja akan terlihat wajah gadis didepannya, Keira langsung membungkuk dan kembali memunguti tomat-tomat yang berserakan di bawah sambil berkata,
“Terserah kau saja! Minggir! Aku akan mengambil tomat-tomat yang ada di sekitarmu. Kau menghalangiku!”
kekesalan pria itu sedikit teralihkan dengan tingkah dan sifat Keira. Tingkahnya mengingatkannya pada seseorang. Seseorang yang dahulu pernah memakaikan plaster luka pada siku dan lututnya, karena jatuh tersandung balok mainan yang terbuat dari plastik yang ia susun sendiri untuk membuat sebuah benteng-bentengan waktu kecil.
Tapi tak lama pria tersebut langsung pergi dari tempat tragedi tomat itu, karena telah diusir dengan galak oleh Keira.
Akhirnya, selesailah pertarungan Keira dan nenek madu dengan para tomat nakal tersebut. Mereka berdua mengangkat keranjang berisi tomat kedalam toko buah nenek madu untuk segera dibersihkan dan disortir lagi.“Bagaimana kabar Rega, kakakmu kei?” tanya nenek madu.Air muka Keira berubah seketika dan terlihat ada sedikit kesedihan didalamnya.“Seperti biasa nek, tak pernah ada kemajuan dari dulu. Masih di tempat yang sama,” kata Keira dengan matanya mengawang ke arah gedung rumah sakit besar di pusat kota yang dapat terlihat dari tempat ia berdiri saat ini.Keira selalu merindukan sosok kakaknya yang seperti dahulu. Sosok yang selalu menjaga dan membantunya disetiap saat. Yang bisa membuatnya merasa menjadi seseorang yang sangat berharga. Namun apalah dayanya kini, giliran Keira yang menjaga kakaknya. Serta membuatnya merasa menjadi orang yang sangat berharga. Karena memang kakaknya sedang sangat membutuhkan Keira disaat seperti ini.
“Ya.. Kini giliranku,” ucap Keira lirih sambil terus menatap gedung rumah sakit tersebut.
Percakapan yang berlangsung singkat tersebut berakhir dengan kalimat pamit dari Keira untuk masuk ke toko Bluestone dan mulai bekerja.
“Terkutuklah, kau, Setan sialan!” teriak Keira sambil memejamkan mata.“Enak saja setan, dokter tampan seperti ini tidak pantas di sama-samakan dengan setan manapun. Ternyata kau ini juga penakut rupanya,” ujar sang pelaku yang membuat jantung Keira hampir terpental dari asalnya ini.Keira langsung menyadarkan diri, lalu melihat siapa pria di hadapannya saat ini. Dan setelah mengenalinya Keira mulai menarik napas jengah, sambil menampakkan muka yang sangat datar.“Sepertinya aku tidak salah, tuh. Kau kan memang manusia berperilaku seperti setan, mengageti orang seperti itu. Itulah pekerjaan setan, dan kau melakukannya dengan sangat baik.”Astaga, Keira berusaha setengah mati menahan rasa malunya dan berusaha mengalihkan pembicaraan saat ini. Mengingat tingkahnya yang ketakutan tadi, ia benar-benar menyesal sempat bercerita horror dengan Rega sebelumnya. Karena hal itulah ia jadi merasa lebih was-was terhadap sekitarnya,
“Kau mengaku saja!” seru Noel dengan nada santai, namun penuh selidik. “Itu tadi kekasihmu yang waktu itu kan?” lanjutnya sambil tersenyum menggoda menatap Keira yang telah duduk di mejanya kini. Keira pun hanya memutar bola matanya malas. Pria satu ini sepertinya memang sangat kurang kegiatan, hingga memiliki banyak waktu luang untuk mengganggunya saat ini. “Paman Noir, kenapa Paman membiarkan orang aneh ini masuk, sih?” tanya Keira kesal. “Aku kira dia temanmu, Kei. Katanya dulu dia juga sering bermain denganmu,” ucap Paman Noir sambil fokus menatap layar komputer di depannya. Seperti biasa, Paman Noir pasti sedang memainkan permainan katak Zuma kesukaannya. “Tidak, dia bukan temanku,” jawab Keira acuh, sambil memutar bola matanya malas. Paman Noir hanya terkekeh mendengarnya, ia berpikir bahwa mungkin Keira dan Sean sedang bertengkar saat ini. “Paman, apakah Paman ingat dulu aku suka bermain di depan toko ini juga? Bahkan ak
“Matamu sangat indah. Jadi, aku ingin melihatnya dari dekat seperti ini... Sebentar saja,” ujar Noel sambil memajukan mukanya dan terus menatap mata Keira dalam-dalam.Sangking terkejutnya dengan perlakuan Noel tersebut, Keira hanya bisa terdiam tanpa melakukan apapun. Ia hanya bisa sedikit melebarkan matanya dengan degupan jantung yang tidak karuan karena semua yang terjadi terlalu tiba-tiba.Namun, dengan waktu yang sangat singkat mata Noel dengan mudah dapat mengunci pandangan milik Keira. Disaat yang bersamaan pun Keira ikut tenggelam di dalam mata Noel yang tampak sangat dalam itu. Rasanya terlalu dalam hingga hatinya ingin ikut terbawa, di sisi lain juga ada ketakutan jika ia akan terjatuh terlalu dalam dan sulit untuk keluar dari dasar sana.Hingga beberapa detik berlalu. Angin pun berhembus mengarah ke dataran muka milik Keira yang membuat anak-anak rambutnya ikut tersampir oleh gelombang angin yang lembut, serta membawa sebuah aroma khas mas
“Halo, Noel! Ada apa?”“..........”“Ah, iya..”“..........”“Baiklah..”“.........”“Iya, sampai jumpa besok!”Panggilan terputus.Setelah panggilan berakhir, Keira pun menaruh ponselnya kembali ke tempat asalnya lalu kembali berbaring dan memejamkan mata. Baru saja ia memejamkan matanya, lagi-lagi dering ponselnya berbunyi nyaring. Dan entah mengapa kini rasanya dering tersebut semakin terdengar menyebalkan saja, sebab Keira benar-benar sudah hampir terlelap tadi. Tapi, ada saja yang membuatnya memaksakan kedua matanya untuk terbuka secara mendadak.Keira duduk dengan perasaan fustasi, ia mengambil poselnya dengan tidak santai. Ia sekilas melihat layar ponsel, yang ternyata nama Sean lah yang terpampang di sana dan membuatnya sangat kesal. Dengan terpaksa, ia menekan tombol hijau dan mengerahkan benda pipih i
“Apa?!” tanya Keira sewot.“Sudah, ikut saja. Aku jamin kau akan merasa sangat senang nanti,” jawab Sean sambil memberikan salah satu helm nya.“Tidak, pergilah!” cetus Keira sambil melipat tanganya di depan dada.Sean menghembuskan napas sambil berpikir bagaimana cara untuk membujuk gadis pemarah di depannya ini.“Ayolah..”“Tidak!” gertak Keira lalu berbalik pergi meninggalkan Sean menuju halte di depan sana.Sean tak tinggal diam, ia sedang dalam mode pantang menyerah saat ini. Ia turun dari motor dan memarkirkannya sembarangan lalu mengekor pada Keira.“Kalau begitu aku akan terus mengikutimu seperti ini,” ancam Sean.Ia terus mengekori Keira dengan banyak tingkah. Ia mengikutinya dengan keadaan masih mengenakan helm. Kelakuannya tersebut sampai membuat Keira malu, karena beberapa orang di halte menatap mereka dengan tatapan yang sedikit aneh.Ke
Ia terlihat berdiri dengan tatapan yang sangat sulit diartikan, sangat aneh, dan terlihat seperti tengah bersedih.“Apakah Sean menangis?” batin Keira sambil mengerutkan dahi.Ia berjalan mendekati Sean dengan langkah cepat dan raut yang khawatir. Ia takut, mungkin saja saat ini Sean sedang kerasukan hantu Noni Belanda yang tengah bersedih ria.Sedangkan di sisi yang berlawanan, Sean terus menatap Keira yang kini tengah berjalan ke arahnya. Keira, dengan gaun indah serta rambut panjangnya yang terurai itu menunjukkan raut khawatir.Sean menghembuskan napas yang semakin memberat sejak beberapa waktu terakhir, banyak sekali penyesalan yang harus ia tanggung sendirian selama bertahun-tahun ini. Namun disaat yang bersamaan, ada kelegaan di hatinya. Usaha pencariannya kini telah menemui akhir, dan sama sekali tidak terduga.Beberapa bulan terakhir memang terasa makin sulit bagi Sean, ia terus terpikirkan oleh rasa bersalahnya t
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments