All Chapters of Viona: Chapter 11 - Chapter 20
46 Chapters
10. Perhatian
Bagaimana bisa gue gak peduli kalau lo orang pertama yang menarik perhatian gue.-Levin-Motor Levin berhenti di depan bangunan tua, dari luar tampak gelap tapi terlihat ada cahaya di dalamnya. Levin turun, ia berjalan tanpa ragu mendobrak pintu hingga menimbulkan  bunyi nyaring. Orang-orang di dalamnya terperanjat, mereka menoleh ke arah kedatangan Levin."Cari mati tuh anak," gumam salah seorang."Siapa?" tanya teman di sebelahnya."Temannya Sam.""Wow, coba lihat siapa yang datang? Kita kedatangan tamu tak diundang gaesss!" seru salah seorang yang Levin yakini pentolan dari geng itu. Geng ga
Read more
11. Kiss Me
Terkadang manusia itu sok tahu segalanya, padahal tidak tahu apa-apa. Hanya bermulut besar untuk terlihat tangguh. -Viona- Langkah Vio memelan ketika selentingan itu mengusik gendang telinganya. Vio berusaha keras untuk tidak terpancing, sebisa mungkin mengontrol emosi yang mencuat ke ubun-ubun. "Oh, jadi dia cuma anak pungut dong." "Atau mungkin anak pembantunya yang dibiayain sekolah gitu kaya disinetron-sinetron." "Gue kira dia beneran saudaranya Keyla, tapi emang gak mungkin sih kan mereka beda." "Kasian ya gak diakui bapaknya."
Read more
12. Karma
Keyla pulang dengan wajah tertunduk, menyembunyikan matanya yang sembab karena berjam-jam ia habiskan untuk menangis di UKS."Kok udah pulang?" tanya Lina yang baru saja keluar dari dapur, ia melirik ke jam dinding yang baru menunjukkan pukul 13.00. Biasanya sekolah dibubarkan pukul 14.00, Lina jadi merasa curiga, ditambah Viona juga tidak ikutan pulang bersamanya. "Viona mana?"Keyla masih memilih diam, meremas jemarinya. Mendengar nama Viona disebutkan, hatinya kembali sesak, sakit luar biasa ketika mengingat kejadian tadi di kantin. Saat dengan lantangnya Vio bilang jika dirinya anak pelakor.Keyla tahu Vio tidak pernah bisa menerimanya, apa pengorbanannya untuk bisa dekat dengan Vio masih kurang? Keyla menurunkan egonya, terus berusaha mendekat meski berkali-kali ditolak. Tapi apa
Read more
13. Peringatan
Don't touch mine if you still want to live-Levin-Vio memiringkan kepalanya, bersandar menatap keluar jendela. Ia masih bisa melihat pantai di sepanjang jalan yang dilaluinya. Vio tersenyum tipis, mengingat banyak hal yang ia lakukan tadi bersama Levin.Untuk pertama kalinya, Vio merasa hidup. Ia tertawa lepas, merasakan debaran bahagia meski tubuhnya berkali-kali di lempar ke dalam air. Bahkan Vio lupa kapan terakhir ia merasa sebahagia ini dan itu semua berkat Levin.Vio menolehkan kepalanya ke samping, menatap Levin yang tampak fokus menyetir. Wajahnya masih sama, terlihat datar dan terkesan dingin. Tapi kenapa Vio merasa hatinya menghangat setiap kali bersama.
Read more
14. Diculik
Kamu, kelemahan terbesarku.-Levin-🌺🌺🌺Vio memandangi layar ponselnya, beberapa notifikasi pesan dan panggilan tak terjawab memenuhi notifikasi bar-nya.Vio hanya memandangi pesan-pesan itu tanpa berniat membukanya. Pesan dan panggilan tak terjawab dari keluarganya, keluarga semu-nya.Untuk apa mereka mencari?Untuk apa mereka menyuruhnya pulang? Jika kehadirannya saja tak diinginkan.Apa mereka peduli?Mustahil!Pertanyaan demi pertanyaan mu
Read more
15. Terkurung
Vio duduk di kursi tunggu, ia terus merapalkan doa. Sedari tadi Vio gusar menunggu Levin yang tengah ditangani oleh Dokter. Bahkan jantungnya masih berdegup kencang, merasakan gejolak luar biasa akibat melihat kecelakaan yang menimpa Levin di depan matanya langsung."Berengsek!!"Vio terkesiap, ketika suara lantang terdengar bersamaan dengan suara lain yang memekakkan telinga. Vio menoleh, memperhatikan seorang cowok yang baru saja datang. Cowok itu terus mengumpat dan memaki, kakinya tak bisa diam. Dia menendang apa pun yang ada di sekitarnya termasuk tempat sampah yang baru saja ia tendang."Regan berhenti!" bentakan Mario mampu menghentikan Regan seketika.Cowok bernama Regan itu berjongkok di dekat dinding. Memegangi kepalanya, te
Read more
16. Bunuh Diri
Bara baru saja tiba, ia segera masuk ke rumah Lando. Di dalam banyak anggota gengnya yang sedang bermain bilyard, namun tak ada Lando di sana. Bara pun naik ke lantai satu dan menemukan Lando berada di balkon. Cowok itu sedang berdiri menatap langit, sambil menyebulkan asap rokok ke udara."Gimana?" tanya Lando ketika mendengar suara langkah kaki mendekat, tanpa perlu menoleh pun Lando tahu kalau itu sudah pasti Bara.Bara berhenti di samping Lando, ia menghela napasnya sejenak, kemudian menatap Lando lekat-lekat. "Kayanya lo musti berhenti sampai di sini aja."Lando seketika menoleh, menaikkan sebelah alisnya. Bara mengembuskan napas kasar, bingung harus menjelaskan dari mana. Tapi yang jelas situasinya sangat buruk saat ini.
Read more
17. Pelakor
Kabut menyelimuti, udara dingin berembus menusuk kulit. Sementara Viona hanya bisa berdiri kaku di tengah kegelapan. Ia sendiri tidak tahu sedang berada di mana, seakan buta arah Viona bingung harus melangkah ke mana."Viona." Terdengar suara lembut memanggilnya, sontak Viona berbalik."Mama," gumam Viona, matanya berkaca-kaca saat melihat seorang perempuan mengenakan gaun putih berdiri di ujung sana. Dari atas kepalanya muncul cahaya yang menyinarinya di kegelapan. "Mama ... Mama."Viona memberanikan diri untuk melangkah maju, semakin mendekat ke arah sang mama. Namun yang terjadi mamanya tiba-tiba menghilang, seketika berubah menjadi asap putih."Mama!" pekik Viona, setengah berteriak memanggil mamanya. "Mama, jangan tinggalin Viona
Read more
Sakit
Dua jam berlalu, Dimas hanya duduk memandangi Viona yang tengah tertidur pulas. Ia sama sekali tak bergerak ataupun membuka mulutnya.Entah apa yang ada di pikiran Dimas saat ini. Mungkinkah dia menyesal? Namun raut wajahnya yang datar sama sekali tak menunjukkan rasa bersalah sedikitpun. Bahkan bibirnya terus terkunci rapat, sama sekali tak ada kata yang meluncur dari mulutnya.Dimas beranjak dari duduknya, menatap sekilas Viona. Lalu berbalik, melangkah keluar dari ruangan itu.Ketika pintu tertutup, Viona perlahan membuka matanya. Menolehkan kepalanya ke arah pintu, memandangi pintu yang sudah tertutup rapat. Lalu mendongakkan kepalanya ke atas, menatap langit-langit ruang rawatnya.Vio perlahan membuka mata, kala merasakan usa
Read more
Jadian
Viona memperhatikan Levin yang tengah mengupaskan buah apel untuknya. Tangannya begitu lihai memainkan pisau kecil, menguliti apel."Lo bolos?" tanya Viona, menyadari Levin masih mengenakan seragam sekolah, ditambah sekarang baru pukul 11:00.Levin mengangguk, tanpa mengalihkan fokusnya dari buah apel yang sedang ia kupas."Kenapa?"Levin berhenti, mengalihkan perhatian sepenuhnya ke Viona. Sebelah alisnya terangkat. "Kenapa?" beo Levin, menirukan pertanyaan Viona.Viona menghela napas pendek. "Maksudnya kenapa lo harus bolos?" jelas Viona. "Lo kan bisa ke sininya nanti pas pulang sekolah, gak harus bolos begini."Levin melanjutkan
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status