All Chapters of Viona: Chapter 21 - Chapter 30
46 Chapters
Pengakuan
Vio baru saja akan memejamkan mata ketika mendengar suara derit pintu. Matanya seketika terbuka, menyadari suara langkah kaki yang mendekat.Apa itu papanya?Rasa penasaran mendorong Vio untuk menyingkap selimutnya, namun Vio juga ragu. Bagaimana jika ternyata itu papanya, Vio dilema."Viona." Terdengar suara bisikan memanggilnya.Siapa? Vio semakin penasaran."Vio, udah tidur?" Suara yang begitu familiar di telinga Vio.Perlahan, Viona menurunkan selimutnya. Betapa terkejutnya Vio saat melihat seseorang yang dikenalnya berdiri di samping tempat tidur."Levin!" pekik Vio.
Read more
Benci
Hari ini Viona sudah diperbolehkan pulang oleh Dokter. Sepanjang perjalanan, Vio memilih diam memalingkan wajahnya keluar jendela. Seakan tak peduli dengan atensi papanya, maupun mama tirinya dan Keyla."Berarti Vio besok udah bisa masuk sekolah dong Pa?" tanya Keyla disela-sela obrolan orangtuanya."Iya," jawab Dimas, melirik ke arah kaca spion di atasnya. Memperhatikan Vio yang menyenderkan kepalanya ke kaca."Asyik, kamu dengar Vio. Besok kamu bisa sekolah lagi, aku seneng. Akhirnya aku gak kesepian lagi." Keyla hendak memeluk Vio, namun tepisan kasar tangan Vio mengurungkan niatnya.Vio mendesis, merasa terganggu dengan suara Keyla. Tak ingin menggubris Keyla yang masih mengoceh, Vio memilih memejamkan mata. Hingga tak terasa mobi
Read more
Gosip
Vio melotot saat Lando memajukan wajahnya, saraf-saraf dalam otaknya tiba-tiba tumpul, tubuhnya tak mampu merespon. Vio membeku ketika embusan napas cowok itu menerpa wajahnya, sampai dia tak menyadari Lando sudah memiringkan kepala dan mencium sudut bibirnya.Vio terkesiap, tangannya refleks mendorong dada Lando sampai terdorong mundur, menciptakan jarak lebar di antara keduanya. Napas Vio memburu, matanya menatap tajam Lando yang sedang mengusap bibir. Sialan!"Manis, kaya cherry. I like it," komentar Lando, tersenyum manis tapi di mata Vio seperti seringai setan jahanam."Stupid!" Satu kata yang berhasil lolos dari mulut Vio."What?" Lando sedikit terperangah mendengarnya.
Read more
Skandal
Lando tersenyum miring saat melihat foto hasil jepretan Bara, foto dirinya saat mencium Vio di depan toilet."Lo yakin mau disebarin?" Bara tak habis pikir dengan jalan pikiran Lando yang meminta dia untuk memposting foto cowok itu. "Lo gak takut bokap lo tahu? Ini bakal jadi skandal buat lo bro." Untuk kesekian kali, Bara memperingatkan."Gue gak peduli." Lando mengembalikan ponsel Bara setelah mengirim foto tadi ke ponselnya. "Sisanya lo." Dia menepuk bahu Bara, kemudian melangkah pergi dari parkiran.Dari arah koridor kelas X, Levin baru saja keluar dari kelas Vio ketika bel masuk berbunyi. Dia berjalan santai, tak terpengaruh dengan beberapa siswa kelas X yang berlarian ke kelas. Namun suara dering ponsel menginterupsi langkahnya, lantas Levin berhenti sejenak untuk mengecek notifi
Read more
Squishy
Levin tersenyum tipis, matanya tak lepas memandangi bibir Viona yang terus bergerak. Bahkan disaat cewek itu tengah mengomel, Vio justru terlihat sangat imut."Kamu dengerin aku nggak?""Aww!" Levin meringis, sudut bibirnya terasa perih karena Vio baru saja menekannya dengan kapas. "Dengerin kok.""Bohong," dengus Vio."Beneran." Levin meraih tangan Vio."Aku ngomong apaan coba?""Kamu bilang." Tangan Levin berpindah ke pipi Vio. "Kalau aku nggak boleh berantem-berantem lagi. Karena kamu nggak mau lihat wajah aku yang ganteng ini babak belur."Vio memutar bola matanya. "I don't
Read more
Kebenaran
Motor Levin berhenti di depan gerbang rumah Vio, cewek itu segera turun, melepas helem dan jaket milik Levin."Kamu beneran nggak papa kan?" Pertanyaan sama untuk yang kesekian kali, semenjak kepulangan mendadak dari mall.Vio mengangguk, mengulas senyum tipis sembari memberikan helem dan jaket milik Levin. "No problem, kita masih punya waktu besok, lusa dan seterusnya."Levin meraih tangan Vio, mengusapnya lembut. "Maaf, aku janji sebagai gantinya waktu libur kita bisa habiskan waktu berdua buat kencan, gimana?""Oke." Jawaban singkat ditambah kerlingan mata Vio, berhasil menarik kedua sudut bibir Levin ke atas."Pacar aku mulai genit ya."
Read more
Jangan Pergi
Suara pukulan berkali-kali terdengar dari dalam ruangan. Tak lama setelah itu pintu ruangan terbuka, dua remaja yang masih mengenakan seragam putih abu-abu keluar dalam keadaan babak belur."Lando." Wanita yang sedari tadi menunggu di sofa, lantas beranjak menghampiri salah satunya. "Pasti sakit banget?" Wanita itu menatap miris wajah putranya yang penuh dengan lebam, kemudian dibalas gelengan kepala oleh Lando.Sementara cowok yang berdiri di samping Lando, memutar bola matanya, muak melihat adegan yang menurutnya lebay. Cowok itu lebih memilih untuk pergi, namun suara mama Lando berhasil menghentikan langkahnya."Kamu puas, Levin?"Ya, cowok itu memang Levin. Sepulangnya dari rumah Vio, dia langsung disambut oleh papanya yang naik p
Read more
Menantang Maut
"Mama meninggal lima tahun yang lalu, tepat di hari ulang tahunnya yang ketiga puluh delapan," ucap Levin, memecah keheningan beberapa saat yang lalu, setelah Vio selesai bercerita tentang masalah orangtuanya.Sontak Vio seketika menoleh, memperhatikan wajah Levin yang menatap lurus ke depan. Terlihat jelas raut kesedihan di wajah cowok itu. Merasakan kesedihan yang sama atas kehilangan orang yang dicintai, membuat Vio tergerak untuk menguatkan Levin. Dia menggenggam jemari tangan Levin, menatap lekat wajah cowok itu yang kini berganti menatap sendu dirinya."Kamu tahu, apa yang lebih menyakitkan dari kepergian mama?" Tentu Vio tidak tahu, dia tak bereaksi, namun genggaman tangannya pada Levin semakin erat. "Alasan mama meninggal yang lebih menyakitkan. Bahkan sampai detik ini aku belum bisa maafin mereka."
Read more
Kissing Effect
Keyla berjalan menuruni tangga, langkahnya memelan ketika melihat orangtuanya berada di meja makan. Mengabaikan eksistensi keduanya, Keyla terus berjalan. Namun suara bariton Dimas berhasil menghentikan langkah gadis itu."Keyla." Keyla berbalik, menatap papanya yang memanggil tanpa bersuara. "Sarapan dulu." Gadis itu mendengus pelan, ekspresinya begitu dingin. "Key——""Aku nggak laper," tukas Keyla, memotong ucapan papanya. "Mama nggak usah nganter aku." Keyla kembali bersuara saat melihat mamanya hendak beranjak dari tempat duduk. "Hari ini aku naik busway." Tanpa menunggu respon dari keduanya, Keyla berjalan keluar, mengabaikan panggilan mamanya."Key, Keyla." Lina menghela napas berat, cobaan datang bertubi-tubi. Selepas kepergian Viona kini Keyla juga ikut menghakiminy
Read more
Hampir
Sepuluh menit berlalu, tak ada percakapan yang keluar dari mulut Vio maupun Keyla. Keduanya duduk di tepi kolam dengan pandangan lurus ke depan. Keyla yang sedari tadi ingin membuka suara selalu urung setiap kali melirik ekspresi datar Vio, dia tampak ragu-ragu untuk memulai percakapan lebih dulu.Vio menghela napas, jenuh karena harus terperangkap dalam situasi yang tidak nyaman. Hingga akhirnya dia membuka suara lebih dulu agar bisa cepat terbebas dari situasi canggung ini. "Ngapain lo ke sini?" Vio langsung to the point."Hah?" Keyla refleks menoleh, sedikit terkejut mendengar suara Vio namun dengan cepat dia menormalkan ekspresinya. "Aku khawatir sama kamu," ucap Keyla. "Tapi syukurlah ternyata kamu baik-baik saja. Aku sempat cemas karena kak Levin nggak bisa dihub————"
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status